“Anak-anak, mulai besok libur sampai 14 hari ke depan. Karena negara kita sedang ada wabah Covid-19,” tutur Bu Raya, wali kelas di kelas IX SMA Mangga.
“Hore ...!” teriak semua murid sekelas.
“Tetap belajar online dari rumah ya! Nanti Ibu akan share jadwalnya lewat WA Group!”
“Huft ...!” Murid-murid yang awalnya ceria langsung berubah tak bersemangat.
“Ingat ya! Nggak boleh keluyuran! Stay at home! Tetap belajar dari rumah. Ibu pantau lewat ini!” perintah Bu Raya sambil tersenyum menunjukkan ponselnya.
“Iya, Bu!” jawab murid serentak.
“Kalau waktunya belajar online dan ada yang absen, nggak ibu naikkan kelas!” ancam Bu Raya.
“Yah .. Bu, kalo nggak punya paket gimana?”
“Beli dong!”
“Kalo nggak punya duit buat beli Bu?”
“Pakai uang bensin kalian yang biasa kalian pakai pergi ke sekolah. Uang jajan dan uang bensin kalian bisa dipakai buat beli paket data.”
“Yah, Bu ... kalo nggak sekolah, saya nggak dikasih uang jajan dan uang bensin,” sahut Rio.
“Lah? Inyong juga Bu.” Bejo menambahkan.
“Kumaha euy?” sahut Asep yang duduk di samping Bejo.
“Kumaha-kumaha!? Lah kepriben?” sahut Bejo.
“Bu, saya kan pakai wifi di rumah. Kalau pas lagi jadwal belajar online dan mati listrik gimana, Bu?” tanya Sinta.
“Ya beli paket internet dong!?” sahut Bu Raya.
“Kalo di rumah udah pakai wifi. Nggak bakal dikasih uang buat beli paket, Bu.”
“Uang jajan dan uang bensin yang kamu pakai ke sekolah kan bisa disisihkan untuk beli paket internet,” tutur Bu Raya.
“Lah? Saya tinggalnya di kampung, di pelosok, Bu. Nggak ada sinyal di sana. Gimana dong?” tanya Febrian.
“Naik ke gunung cari sinyal!” jawab Bu Raya.
Febrian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Bu ...!” Si Gembul ikut mengacungkan tangan. “Saya nggak punya hape. Gimana, Bu?”
“Pakai hape orang tua kamu!”
“Orang tua saya nggak pake hape yang ada WA-nya, Bu.”
“Emangnya orang tua kamu hapenya merk apa?”
“Nokia 3315.”
“Suruh orang tua kamu ganti hape ya! Biar bisa belajar dari rumah!” pinta Bu Raya sambil tersenyum.
“Tapi, Bu ... orang tua saya nggak punya uang. Saya juga nggak pernah dikasih uang jajan dan uang bensin.”
“Kok, kamu bisa sampai ke sekolah?”
“Numpang sama Rio,” jawab Si Gembul lirih.
“Bener, Rio?” tanya Bu Raya sambil menatap Rio.
Rio menganggukkan kepala.
“Terus, kamu di sekolah nggak jajan?” tanya Bu Raya.
Si Gembul menggelengkan kepala.
“Betah nggak jajan?” Bu Raya mengernyitkan dahi. Ia tak percaya kalau murid bertubuh gempal itu tidak pernah pergi jajan.
Si Gembul mengannggukkan kepala. “Mamak bawakan singkong rebus dari rumah,” tutur Si Gembul lirih.
“Singkong rebus!?”
Semua murid di dalam kelas tertawa.
“Heh!? Nggak ada yang boleh ketawa!” tegur Bu Raya.
“Rumah kamu deket sama Rio?”
Si Gembul menganggukkan kepala.
“Kalo gitu, kamu belajarnya ke rumah Rio. Numpang belajar sama dia!”
Si Gembul menundukkan kepala sambil meremas jemarinya.
“Gimana Rio?”
“Siap, Bu!” jawab Rio.
“Oke. Semuanya sudah jelas ya? Sekarang, kalian semua boleh pulang. Ingat ya! Nggak boleh ngeluyur! Nggak boleh nongkrong apalagi pergi ke tempat-tempat hiburan!”
“Siap, Bu!”
Murid-murid langsung berhambur keluar kelas.
Sebagian ada yang bergembira karena tidak masuk sekolah. Sebagian lagi ada yang merasa menderita karena tidak masuk sekolah.
Kamu ... bagian yang mana?
( Bersambung ...)
Jangan lupa subscribe untuk dapetin update cerita terbarunya ya... bye ... bye...!
Follow instagram : @rin.muna
Facebook : Rin Muna