Hai, Peers ...!
Ketemu lagi sama tulisan aku.
Kali ini aku mau ngebahas soal salah platform menulis novel yang udah menaungiku selama ini, yakni platform Novelme.
Kenapa aku mau bahas ini? [Disclaimer dulu kalo ini adalah asumsi dan opini-opini aku setelah mengikuti perkembangan Novelme dari nol]
Karena sejujurnya aku rindu dengan platform yang pernah menjadi rumah kontrakan aku ini. Di platform inilah aku bisa tumbuh dan berkembang menjadi seorang penulis novel panjang. Sayangnya, aku nggak bertahan lama ngontrak tinggal di platform ini karena perubahan regulasi dan peraturan di platform itu sendiri.
Awalnya, aku pikir semua akan baik-baik saja sejak aku memilih untuk ngontrak di platform lain untuk sementara waktu. Nyatanya, platform yang katanya sebagai “Karya Anak Bangsa” ini justru diambil alih atau diakuisisi sama perusahaan asal Hongkong.
Sejak diambil alih sama perusahaan itu, Novelme justru tidak berkembang. Postingan terakhir di media sosial adalah di bulan Mei 2023 saat proses pengambilalihan kekuasaan itu terjadi. Aku nggak begitu paham apa yang sebenarnya terjadi di managemen Novelme. Entah Novelme itu dijual atau diakuisisi, masih belum jelas. Karena semuanya terjadi secara tiba-tiba saat ajang NTW 17 baru akan berlangsung. Dampaknya, NTW 17 ditiadakan begitu saja.
Apa Novelme bangkrut?
Kemungkinan besarnya, iya.
Novelme sudah pasti mengalami defisit anggaran sampai akhirnya tidak mampu untuk membayar royalty penulis sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebelumnya. Yang awalnya pembagian hasil penjualan koin adalah 60% untuk penulis dan 40% ke platform, nyatanya 60% yang didapatkan penulis masih harus dipotong dengan biaya operasional yang tidak jelas ketentuan nilainya.
Novelme juga bahkan berusaha untuk mendapatkan tambahan penghasilan dengan menerbitkan buku cetak. Tapi hasilnya masih tidak maksimal. Karena Novelme sejak awal sudah mengusung konsep buku digital yang jumlah halamannya tidak terbatas, tidak ada beban ongkir, bisa diakses di mana saja dan kapan saja. Sehingga, ketika Novelme memilih untuk menerbitkan buku versi cetak, target pasarnya tidak lebih dari 50% penjualan versi digitalnya. Hal ini sudah menunjukkan kalau Novelme sedang mencoba untuk berinovasi, tapi justru melakukan kesalahan yang membuatnya semakin terpuruk.
Aku yang sudah bergabung di Novelme sejak tahun 2018, sangat tahu bagaimana perkembangan platform ini. Mulai dari event menulis cerpen, sampai akhirnya bisa membuka sebuah event Next Top Writer Season 1 dengan hadiah jutaan rupiah. Saat itu, menulis novel di Novelme belum menghasilkan uang karena belum berbayar seperti sekarang ini. Hanya mengandalkan menjadi sang juara untuk mendapatkan hadiah uangnya. Di sana, aku melihat nama-nama penulis besar dari platform lain seperti Shanty Milan, Adellelia, Majarani, dan masih banyak lagi penulis yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu.
Masuknya penulis-penulis besar yang sudah memiliki basis pembaca banyak, membuat Novelme begitu mudah untuk naik daun. Sayangnya, strategi pengembangan Novelme justru membuatnya semakin jatuh ketika Novelme memberikan bonus tanda tangan kontrak sebesar Rp 400.000 sampai Rp 600.000 untuk setiap naskah baru dari semua penulis, baik penulis lama maupun penulis baru. Begitu banyaknya akun baru dan antusiasme pengguna untuk mendapatkan bonus tanda tangan kontrak, membuat Novelme seperti keblinger untuk terus mendapatkan penulis-penulis baru.
Kehadiran penulis baru, tentunya dibarengi dengan masuknya oknum-oknum nakal yang hanya ingin mendapatkan uang saja dari Novelme. Cerita asal masuk tanpa memperhatikan kualitas penulisnya. Meski ada editor, tapi editor tidak bisa menyaring naskah ratusan satu per satu sehingga yang menjadi penyaring naskah tetaplah sistem atau robot aplikasi itu sendiri. Yang namanya robot, pasti masih bisa diakali sama manusianya. Sehingga banyak banget penulis baru yang nakal. Banyak naskah plagiasi, penulisannya tidak jelas dan lain sebagainya.
Kehadiran penulis baru yang diberi bonus tanda tangan kontrak pertama, tentu mengancam penghasilan penulis-penulis lama yang sudah berpenghasilan lebih dahulu di Novelme. Kenapa? Karena penghasilan Novelme didapatkan dari hasil penjualan koin, bukan iklan/adsense. Sehingga, bonus yang diberikan untuk penulis baru, secara otomatis diambil dari hasil penjualan koin para penulis lama. Pembagian royalty untuk penulis lama menjadi semakin berantakan dan terus menurun setiap bulannya karena potongan biaya operasional yang tidak “transparan” ke penulis. Sementara, para pembaca tahunya, mereka membaca tulisan berbayar untuk memberikan apresiasi pada penulisnya. Sayangnya, apresiasi itu tidak sepadan karena besarnya potongan dari platform.
Ketentuan yang tidak lagi menguntungkan penulis lama, membuat para penulis yang sudah memiliki basis pembaca banyak, memilih untuk hengkang, termasuk aku (meski aku nggak punya banyak pembaca). Dengan begini, Novelme hanya mengandalkan kemampuan para penulis-penulis baru dan meningkatkan biaya promosi mereka. Kemungkinan, biaya operasionalnya semakin tinggi jika penulis baru yang masuk, tidak membawa basis pembaca yang banyak. Hal inilah yang membuat Novelme semakin merosot.
Seharusnya Novelme bisa memperhatikan beberapa aspek saat merekrut penulis baru seperti track record karyanya, attitude, pengalaman dalam industri kepenulisan, dan sebagainya. Hal ini, bisa menjadikan kredibilitas Novelme semakin baik. Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Sehingga Novelme yang pernah menjadi platform terbaik dalam mensejahterakan penulis, tenggelam secara perlahan karena tidak bisa mempertahankan kredibilitas dan loyalitas penulis-penulis lama yang memiliki banyak pembaca setia. Terlebih hadirnya platform baca novel gratis yang juga ikut membayar penulisnya, membuat Novelme semakin kehilangan sinarnya.
Bukan hanya kehilangan sinar, Novelme seolah menjadi platform yang sedang “Mati Suri” karena tidak ada pembaharuan apa pun sejak PT. Funsoft Mobindo Indonesia itu diambil alih oleh perusahaan asal Hongkong bernama .....???
Bagaimana nasib Novelme selanjutnya?
Akankah dia kembali bersinar atau justru semakin meredup?
Mari kita lihat perkembangan ke depannya.
Semoga, aku masih bisa menuliskan tentang serba-serbi platform yang satu ini.