Menu BacaanMu
- Perfect Hero (309)
- Puisi (121)
- My Experience (118)
- Rumah Literasi Kreatif (86)
- Novel MLB (80)
- Cerpen (70)
- Then Love (57)
- Belajar Menulis (52)
- Esai (47)
- Artikel (42)
- Puisi Akrostik (40)
- Review Novel (21)
- Review Drama (18)
- Relima Perpusnas RI (16)
- Ekonomi & Bisnis (9)
- Novel The Cakra (8)
- Wisata (8)
- Aku dan Taman Bacaku (6)
- Review Aplikasi (6)
- Kumpulan Novel (5)
- Novel ILY Ustadz (4)
- Pendamping Nakal (3)
- Biografi Penulis (2)
- Opini (2)
- Daily (1)
- Donasi (1)
- Dongeng (1)
- Komunitas (1)
- Materi Cerdas Cermat (1)
Thursday, October 23, 2025
Wednesday, October 15, 2025
Audiensi Forum TBM Kukar ke Kantor Wakil Bupati Kukar
Terkadang, kita merasa sangat sedih karena kehilangan sesuatu. Tapi kemudian Allah menggantinya dengan rencana yang lebih indah.
Aku bahkan masih belum bisa benar-benar melupakan konflik internal di dalam komunitasku sendiri. Hikmahnya, aku jadi punya waktu untuk mengembangkan program lain dan tidak terkungkung dalam satu wadah saja. Salah satunya adalah Forum TBM yang telah membawaku berjalan begitu jauh. Hingga aku tidak menyangka jika aku akan bertemu dengan orang-orang hebat lewat jalan literasi.
Memasuki Bulan Bahasa, Ketua Forum TBM Kukar mencoba untuk membuat kegiatan literasi. Entah apa bentuk kegiatannya, saya juga belum terpikirkan. Selain sibuk dengan kegiatan Relima, aku juga sibuk membagi waktu antara pekerjan dan kegitan sosial.
Banyak hal yang harus dihadapi oleh Forum TBM Kukar yang baru terbentuk ini. Salah satunya ialah pendanaan karena semua kegiatan membutuhkan dana.
Monday, October 6, 2025
Kenangan Bersama Ketua Yayasan Sebelum Lanjut Studi Ke Jogja
Dari Samboja ke Tenggarong, Menjemput Ilmu di Bimtek Perpustakaan Khusus
Tenggarong, 22 September 2025
Dari Samboja ke Tenggarong, Menjemput Ilmu di Bimtek Perpustakaan Khusus
Perjalanan kali ini terasa sedikit berbeda. Biasanya, aku dan suami hanya menempuh rute Samboja–Balikpapan atau ke Samarinda untuk urusan literasi dan kegiatan komunitas. Tapi kali ini, arah kami menuju Tenggarong, kota yang menjadi jantung budaya dan administrasi Kutai Kartanegara. Tujuannya? Menghadiri Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus yang diadakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kutai Kartanegara pada 22–23 September 2025.
Dari Samboja ke Tenggarong, jaraknya memang tidak bisa dibilang dekat. Sekitar tiga jam perjalanan darat, melewati jalanan yang sebagian berliku dan berbukit. Karena acara dimulai pagi sekali, aku dan suami memutuskan menginap dulu di Rapak Lambur, sebuah keputusan bijak agar perjalanan tidak terlalu melelahkan dan kami bisa sampai di lokasi acara dengan segar.
Malam itu di Rapak Lambur terasa tenang. Angin malam menyusup lembut dari sela jendela, sementara aroma kopi buatan kakak sepupuku menenangkan pikiran. Kami sempat berbincang ringan tentang pentingnya kegiatan seperti ini, tentang bagaimana perpustakaan, tak hanya milik sekolah atau instansi besar, kini juga bisa tumbuh di tempat-tempat khusus seperti musholla, komunitas, hingga lembaga kecil yang punya semangat berbagi ilmu. Aku tersenyum, pikiranku melayang pada Taman Baca Bunga Kertas yang menjadi awal langkahku menapaki dunia literasi.
Pagi di Aula Perpustakaan Daerah Tenggarong
Pagi itu, udara Tenggarong terasa segar dan bersahabat. Seperti biasa, gedung perpustakaan daerah yang penuh warna selalu menarik perhatian. Aku langsung melangkah masuk ke dalam gedung perpustakaan begitu suami berhasil memarkirkan sepeda motor. Sedang ia menungguku di taman yang berada di area perpustakaan tersebut. Taman yang asri, nyaman dan penuh pengetahuan.
Aula Perpustakaan Daerah berada di lantai dua. Meski aku datang terlambat, tapi acara masih belum dimulai. Aku bisa tersenyum lega. Di lantai atas, ada senyum sumringah dari Ibu Yuni yang menyambutku. Senyumannya selalu hangat kepada siapa saja.
Acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai lembaga dan komunitas. Ada yang dari sekolah, dari instansi, bahkan ada beberapa pustakawan komunitas seperti aku.
Acara dibuka dengan lagu Indonesia Raya yang selalu membuat dada bergetar setiap kali dinyanyikan bersama-sama. Setelah doa dan sambutan dari oerwakilan Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kukar, kegiatan resmi pun dimulai.
Materi pertama disampaikan oleh Plt. Kepala Dinas, membahas tentang penyelenggaraan perpustakaan khusus. Rasanya seperti membuka jendela baru. Ternyata ada begitu banyak regulasi, sistem, dan inovasi yang bisa diterapkan agar perpustakaan kecil di komunitas juga bisa diakui secara formal.
Sesi kedua tak kalah menarik, narasumber dari Perpustakaan Khusus Musholla Al-Fattaah berbagi kisah inspiratif tentang bagaimana rumah ibadah bisa menjadi pusat belajar dan membaca bagi masyarakat sekitar. Aku mencatat banyak hal hari itu. Tentang promosi, inovasi, dan cara membangun program yang berkelanjutan. Terlebih perpustakaan khusus ini adalah satu-satunya perpustakaan khusus yang telah ter-Akreditasi A di wilayah Kalimantan Timur.
Hari Kedua: Menemukan Irama Baru dalam Dunia Perpustakaan
Hari kedua diisi dengan materi dari Pandu Perdana Adhi Putra, S.Sos, seorang pustakawan ahli dari Provinsi Kalimantan Timur. Topiknya tentang pengelolaan perpustakaan khusus yang lebih teknis, tapi sangat membuka wawasan. Aku jadi sadar, mengelola taman baca tak cukup hanya dengan niat baik dan rak buku seadanya. Dibutuhkan sistem, dokumentasi, bahkan promosi yang konsisten agar perpustakaan bisa terus hidup dan berkembang.
Suasana di aula terasa hangat. Para peserta saling bertukar cerita, pengalaman, bahkan menukar nomor WhatsApp untuk kolaborasi di masa depan. Aku merasa berada di tengah orang-orang yang satu frekuensi, yakni para pejuang literasi yang mungkin jarang disorot, tapi terus bekerja dengan cinta.
Pulang dengan Hati Penuh Semangat
Selesai acara penutupan, aku dan suami duduk sejenak di gazebo baca perpustakaan. Matahari sore jatuh perlahan di langit Tenggarong, sementara angin membawa aroma khas kota yang dikelilingi sungai Mahakam.
Aku menatap jauh ke depan, membayangkan bagaimana ilmu yang kudapat akan kubawa pulang ke Rumah Literasi Kreatif yang dahulu bernama Taman Baca Bunga Kertas. Bukan sekadar pengetahuan baru, tapi semangat untuk memperkuat ekosistem literasi di akar rumput.
Salam literasi dari hati untuk masa depan bangsa.
Monday, September 8, 2025
Hasil Panitia Nekat Adakan Senam dan Jalan Santai 2025 di Desa Beringin Agung
Catatan Digital di Hari Literasi Internasional 2025
Dalam webinar tersebut, Kepala Perpusnas RI, E. Aminudin Aziz, mengajak kita semua pengelola perpustakaan, guru, pegiat literasi, hingga saya yang kecil ini untuk melakukan transformasi total. Perpustakaan tidak lagi boleh menjadi ruang usang penuh tumpukan buku. Kini, transformasi adalah kata kunci agar Perpusnas tetap relevan di era kecerdasan buatan.
Tuesday, July 22, 2025
Audiensi Relima Ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara
Saturday, July 19, 2025
Bersilaturahmi dan Bersinergi Bersama Komunitas Penggerak Literasi Kabupaten Kutai Kartanegara
Tak seperti hari kemarin, pagi ini langit di Rapak
Lambur cukup cerah. Sinar matahari yang hangat masuk lewat celah-celah jendela,
tapi aku masih enggan membuka mata. Kondisi tubuhku yang kurang sehat sejak
kemarin, membuatku terpaksa mengonsumsi obat dan tertidur dalam waktu yang
cukup panjang.
Pukul 07.30 WITA, aku masih memasak di dapur.
Padahal, setengah jam lagi jadwal kegiatan sudah harus dimulai. Aku tidak bisa
membeli sarapan karena rumah kakakku jauh dari kota dan tidak ada yang
berjualan nasi saat pagi hari. Jadi, aku pilih untuk memasak atau sekedar
menghangatkan sayur kemarin lebih dahulu.
Aku baru bisa berangkat dari Rapak Lambur pada jam
08.00 WITA menuju ke Aula SMA Negeri 2 Tenggarong. Meski datang terlambat,
acara baru saja dibuka dan aku segera duduk di kursi yang aku tempati pada hari
sebelumnya.
Kondisi tubuhku hari ini cukup fit dan bersahabat,
tidak seperti hari kemarin. Entah kenapa, aku tiba-tiba berubah menjadi manusia
tropis yang tidak bisa terkena hawa dingin. Hawa dingin benar-benar menyiksa
hidung dan tubuhku.
Materi pertama kali ini disampaikan kembali oleh
M. Arsyad dari GLK (Gerakan Literasi Kutai) yang melanjutkan materi tentang
pembuatan proposal komunitas. Kemudian, materi selanjutnya diisi oleh Ibu Mimi
Nuryanti dari Yayasan Lanjong Indonesia yang memberikan materi tentang
penyusunan RAB (Rancangan Anggaran Biaya) dan Laporan Keuangan Komunitas.
Materi-materi yang diberikan kali ini tentunya
sangat penting dan sangat bermanfaat, terutama bagi komunitas literasi. Sebab,
masih banyak komunitas literasi yang belum memiliki pelaporan administrasi yang
lengkap dan belum memiliki legalitas. Dengan adanya kegiatan ini, aku berharap
kalau semua komunitas literasi di Kutai Kartanegara bisa saling menguatkan demi
terwujudnya literasi untuk kesejahteraan masyarakat.
Tidak seperti hari kemarin, kegiatan bimtek hari
ini selesai lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan. Seharusnya selesai
jam lima sore, tapi jam setengah empat sore sudah selesai.
Aku cukup terkejut karena jadwal berjalan lebih
cepat dari sebelumnya. Sementara, aku belum mengabari suamiku yang posisinya
masih berada wilayah PLTGU Tanjung Batu yang jaraknya sekitar 15km dari SMA
Negeri 2 Tenggarong. Alhasil, aku harus menunggu jemputan terlebih dahulu.
Peserta dari beberapa kecamatan mulai beranjak
satu per satu. Aku masih bersantai di tempat dudukku. Kebetulan, ada Asih
(Anggota FLP Kukar) yang juga sedang menunggu jemputan.
Beberapa menit kemudian, ruang pertemuan ini mulai
kosong. Aku juga ikut berkemas. Mengemas laptop dan segala pernak-perniknya ke
dalam tas ranselku, kemudian melangkah keluar. Menunggu di luar ruangan lebih
mengasyikkan dan lebih menghangatkan tubuhku.
Baru duduk beberapa menit, tiba-tiba ada
pemberitahuan di dalam grup bimtek kalau ada tas yang tertinggal dan itu adalah
tas milikku. Aku segera berlari masuk kembali ke dalam aula dan mengambil tasku
yang disimpankan oleh panitia. Beruntungnya, aku belum keluar dari tempat
tersebut dan tidak menyadari kalau tas tanganku ternyata berada di luar ransel
dan berada di meja peserta lain. Jika aku membawa sepeda motor sendiri, mungkin
ceritanya akan menjadi berbeda.
Aku menunggu sekitar 30 menit di teras aula SMA
Negeri 2 Tenggarong. Cuaca sore cukup bersahabat dan hangat. Rasanya sangat nyaman
untuk kondisi tubuhku yang sedang flu.
Pria bertubuh besar itu datang dengan senyuman
yang mengembang. Ia tidak berkata banyak dan langsung menghampiriku. Menemaniku
duduk bersantai di teras aula SMA Negeri 2 Tenggarong. Menemaniku mengobrol
sembari menyesap sebatang rokok favorite-nya.
”Mau ke mana lagi?”
Pertanyaan itu keluar dari bibir suamiku yang sudah
sangat memahami bagaimana kehidupanku. Ia tahu, aku tidak mungkin hanya bertemu
dengan satu orang di kabupaten ini. Ya, aku sudah janjian bertemu dengan Ibu
Listy (Dinas Pendidikan) dan Habib (Ketua Himasja & Komunitas Pixelarasi).
Tapi, aku masih menunggu konfirmasi dari mereka, apakah mereka bisa bertemu
atau tidak.
Setelah bersantai beberapa menit, kami segera keluar
dari tempat tersebut. Aku merasa sangat senang kali ini karena bisa bertemu
dengan beberapa pengelola perpustakaan desa/kelurahan dan tbm yang ada di
wilayah Kutai Kartanegara. Sejauh ini bergerak di dunia literasi, aku belum
pernah bertemu dan berkumpul dengan mereka.
Aku berharap, semua pengelola perpustakaan dan tbm
di wilayah Kutai Kartanegara bisa saling bersinergi dan saling menguatkan untuk
terus menggerakkan literasi. Mengingat lokasi geografis Kabupaten Kutai Kartanegara
yang sangat luas dan jarak tempuh ke ibukota kabupaten juga sangat jauh. Momen
ini menjadi momen berharga untuk bisa saling bersilaturahmi, saling sharing,
dan saling menguatkan satu sama lain agar literasi di Kutai Kartanegara
benar-benar bisa bergaung demi kebermanfaatan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Kutai Kartanegara, 16 Juli 2025
Wednesday, July 16, 2025
Berjuang Demi Literasi Bersama Rintik Hujan di Tenggarong
Pagi hari, langit di Rapak Lambur tampak redup.
Gumpalan awan mendekap dan menyelimuti desa ini, seolah enggan untuk pergi. Rintik
hujan seolah sedang menarik-narik diri untuk tetap bercengkerama dalam selimut.
Dingin angin yang masuk lewat sela-sela jendela, membuat enggan untuk bangkit
dari peraduan.
Keadaan berbanding terbalik dengan tanggung jawab.
Rasa malas harus dikalahkan dengan tanggung jawab dan komitmen yang telah aku
buat sendiri. Dengan enggan, aku mengangkat kepalaku dari atas bantal agar
tidak terlena dengan nikmatnya rintik hujan di pagi hari.
Aku mengecek jam di ponsel. Waktu masih sangat
pagi. Rasanya masih ingin malas-malasan di tempat tidur. Tapi kakak sepupuku
sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Aku ingin membantu, tapi
sepertinya dia tidak membutuhkan bantuan. Ia tidak membuat menu baru, hanya
memanaskan makanan yang aku beli semalam, juga menu yang ia buat kemarin.
Ya, aku memang sudah sampai di rumah kakakku sejak
semalam. Perjalanan dari Samboja ke Tenggarong bukanlah perjalanan yang
pendek. Sementara, aku harus mengikuti kegiatan
”Bimbingan Teknis Komunitas Penggerak Literasi di Kabupaten Kutai Kartanegara” yang
dimulai sejak pukul 08.00 WITA. Tentunya tidak bisa bersantai di perjalanan
ketika harus berangkat di pagi hari. Jadi, aku memilih untuk berangkat di malam
hari dan menginap di rumah kakak sepupuku.
Satu-satunya tempat peraduan ketika aku ke pusat
kabupaten ialah rumah ini. Aku tidak punya tempat lain lagi untuk beristirahat.
Karena di sinilah rumah keluarga yang paling nyaman.
”Hatchiiim ...!”
Aku menggosok hidungku yang tiba-tiba gatal.
Tenggorokanku juga terasa sangat kering dan kepala pening. Sepertinya tubuhku tidak
terlalu bersahabat karena semalam terhempas oleh suhu dingin angin malam. Meski
sudah mengenakan jaket tebal, perjalanan panjang dan cuaca dingin setelah
hujan, membuat tubuhku yang tropis ini mulai protes.
Aku mencari obat di kotak obat milik kakakku. Aku harap
bisa menemukan salah satu obat yang biasa aku konsumsi dan cocok di tubuhku.
Sayang, aku tidak menemukannya.
Pukul 07.00 WITA, aku mulai resah karena rintik
hujan semakin rapat. Aku segera mengunduh aplikasi transportasi online agar
bisa sampai ke lokasi pelatihan menggunakan mobil, tidak menggunakan motor.
Mengingat cuaca hujan dan tubuhku sedang kurang sehat.
Hampir setengah jam aku mencoba mencari taksi
online. Beberapa aplikasi yang aku unduh tidak menemukan driver yang bersedia
menuju ke tempat tinggal kakakku. Mungkin karena lokasinya cukup jauh dari
pusat kota.
Akhirnya, aku terpaksa menggunakan sepeda motor
untuk bisa sampai ke SMA Negeri 2 Tenggarong, tempat di mana aku akan menimba
ilmu dan pengalaman baru.
Derasnya hujan, tak mengurungkan niatku. Usai sarapan
pagi, aku segera bersiap dan keluar dari rumah. Meski tubuh menggigil kedinginan,
tanganku tetap mantap mengenakan mantel dan helm. Usai berpamitan dengan kakak
dan suamiku, aku perlahan mengendarai sepeda motor menuju SMA Negeri 2
Tenggarong.
Rinai hujan membuat jalanan licin. Membuatku tidak
bisa melaju kencang seperti biasanya. Aku memilih mengendarai motor dengan hati-hati
sembari menahan gemeletuk gigi karena kedinginan. Semakin lama di perjalanan,
semakin lama juga tubuhku harus menahan dingin.
Di perjalanan aku terus berpikir ... di mana letak
SMA Negeri 2 Tenggarong ini. Sebab, aku belum pernah ke sana. Meski sudah diarahkan
berkali-kali, aku tetap tidak percaya diri karena aku adalah manusia yang buta
arah dan kesulitan membaca peta. Meski pakai Google Maps, aku masih saja sering
kesasar.
Pukul
08.20 WITA, aku masih berada di perjalanan. Sementara kegiatan akan dimulai pada
pukul 08.00 WITA apabila sesuai jadwal. Aku sangat khawatir jika terlambat
terlalu lama. Rasanya pasti akan sangat canggung ketika aku datang terlambat
seorang diri.
Beruntungnya, masih banyak peserta yang belum
datang ketika aku sampai di aula SMA Negeri 2 Tenggarong. Jadi, kegiatannya
belum dimulai.
Di depan aula, sudah ada beberapa orang. Aku
langsung menyapa salah seorang di sana. Dia juga langsung mengenaliku, padahal
kami belum pernah bertemu sama sekali. Biasanya hanya berkomunikasi lewat Whatsapp
karena jarak tempat tinggal kami yang sangat jauh meski masih berada dalam lingkup
satu kabupaten.
Beberapa menit kemudian, kami memasuki aula karena
Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur juga sudah tiba di lokasi. Acara
ini dibuka langsung oleh Bapak Asep Juanda, S.Ag., Hum. Bukan sekedar
memberikan sambutan, Bapak Asep Juanda juga memaparkan banyak materi tentang
Balai Bahasa kalimantan Timur.
Materi selanjutnya diisi oleh Ahmad Kosasih, Ketua
Yayasan Lanjong Indonesia yang memiliki banyak karya dan prestasi dalam bidang
seni pertunjukkan. Tentunya senang sekali bisa mendapatkan ilmu baru dari
pengelola Yayasan Lanjong Indonesia. Terutama tentang bagaimana membuat portofolio
yang baik bagi komunitas literasi.
Materi selanjutnya diisi oleh Muhammad Arsyad dari
Yayasan Gerakan Literasi Kutai. GLK merupakan salah satu komunitas literasi
yang sudah lama bergerak dan menjadi panutan bagiku. Tentunya sangat senang
bisa bertemu dengan orang-orang hebat di dalam forum ini. Kami mendapatkan bimbingan
langsung tentang bagaimana menyusun proposal komunitas yang baik dan benar.
Acara hari ini berjalan dengan baik. Sayangnya,
tubuhku yang kurang baik. Tubuh yang diterpa dinginnya angin malam, diguyur hujan
selama perjalanan, dan suhu ruang AC yang dingin, membuat tubuhku semakin
protes. Sepertinya ia tidak lagi menyukai kondisi dingin. Membuat tubuhku
terasa tidak nyaman karena flu menyerang untuk pertama kalinya.
Meski kondisi tubuh tak bersahabat, aku tetap
mengikuti kegiatan sampai selesai. Ini adalah komitmen yang telah aku buat
dengan diriku sendiri agar aku selalu bertangggung jawab atas apa yang telah
aku kerjakan hingga usai.
Bukan sekedar mendengarkan, aku juga masih
memiliki kekuatan untuk aktif berdiskusi di tengah kelemahan ini. Aku juga
masih menyempatkan diri untuk membuat tulisan ini. Aku harus terus bergerak
agar rasa sakit tak punya kesempatan untuk menggerogoti tubuhku yang mungil
ini.
Tentunya aku sangat bahagia bisa berada di tempat
ini karena aku bisa bertemu dengan orang-orang berhati mulia yang terus
bergerak memajukan literasi hingga pelosok negeri secara swadaya. Aku merasa mendapatkan
kekuatan dan semangat baru ketika bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi
dan senang berbagi pengalaman. Aku senang sekali mendengarkan banyak cerita
tentang suka-duka komunitas literasi yang ada di wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Seperti yang dimandatkan oleh pengurus pusat, literasi
itu gerakan, bukan bersaing program. Oleh karenanya, kita harus terus bergerak
bersama memajukan literasi di negeri ini agar bangsa Indonesia bisa menjadi
bangsa yang berdaya saing dan mampu memajukan daerahnya. Kita tidak bisa
memulai dengan hal besar, tapi kita bisa memulainya dengan hal kecil. Hal kecil
yang selalu bersinergi dan berkelanjutan, akan melahirkan gerakan yang besar.
Dengan menjadi besar bersama, maka kita akan menjadi bangsa yang kuat dan siap
bersaing.
Saturday, July 12, 2025
Hari-Hari Berat dalam Hidupku
Friday, July 4, 2025
Menyulam Mimpi Bersama Relima 2025 Perpusnas RI
Tuesday, July 1, 2025
Cerita Panitia Arena 5 Cabang Khattil Qur'an, MTQ Ke-46 Kecamatan Samboja








.jpg)







