Deretan
mobil mewah terparkir di sekitar Kasinoa, pusat perjudian yang terkenal di kota
tersebut.
“Chan,
kamu yang paling deket sama Jheni. Gimana bisa dia berhubungan sama Ben?” tanya
Yeriko.
“Aku
nggak tahu, Yer. Yang aku tahu, dia nggak pernah main judi. Seharusnya, nggak
ada hubungan apa pun sama Ben.”
“Aku
curiga, ada yang manfaatin dia,” sahut Lutfi.
Mereka
bertiga menatap gedung tinggi yang menjulang ada di hadapan mereka dan bergegas
masuk ke dalamnya.
“Malam,
Mbak!” sapa Lutfi sambil tersenyum manis pada pelayan berpakaian seksi.
“Iya,
ada yang bisa dibantu?” sahutnya dengan suara manja sambil menatap Lutfi.
“Di
mana acara lelang malam ini?” tanya Lutfi.
“Oh
... mau ikut lelang?”
Mereka
bertiga menganggukkan kepala.
“Mari,
saya antar!” Pelayan tersebut langsung membawa Chandra dan yang lainnya menuju
lantai tempat diadakannya pelelangan.
Chandra
mulai gelisah. Ia tidak bisa membiarkan Jheni berada di tangan preman-preman
tersebut. Apalagi, mereka menjual Jheni pada orang-orang biadab yang ada dalam
ruangan itu.
Mata
Chandra berusaha mencari sosok Ben. Mereka pernah terlibat perseteruan di masa
lalu. Dalam dunia perjudian, Ben menjadi musuh bebuyutan David. Keduanya
sama-sama kuat dan memiliki banyak anak buah.
“Sabar,
Chan! Jangan gegabah!” pinta Yeriko saat Chandra akan melangkah pergi.
“Aku
nggak tahu di mana dan keadaan Jheni. Gimana aku bisa sabar?” sahut Chandra
menahan amarah.
“Kalau
kamu gegabah, Jheni justru dalam bahaya.”
“Iya,
Chan. Kita pastikan dulu kalau Jheni bisa kita selamatkan dengan baik.”
Chandra
menarik napas dalam-dalam. Ia melipat kedua tangan sambil menunggu acara lelang
dimulai.
Tepat
jam dua belas malam, acara lelang di mulai. Seorang wanita dengan pakaian yang
seksi dan menggairahkan keluar dari belakang panggung.
“Selamat
malam semuanya ...!” sapa wanita itu yang langsung mendapat sambutan meriah
dari semua orang yang hadir.
“Malam
ini ada barang lelang yang sangat berharga. Sangat indah dan menggairahkan.
Kalian bisa langsung pakai sekarang juga. Gimana? Seru?” suara wanita itu
menggelegar ke seluruh ruangan.
“Mari
kita sambut barang antik dan cantik untuk malam ini!” seru wanita itu sambil
menoleh ke belakang.
Jheni
muncul dalam kurungan kotak transparan. Pakaiannya acak-acakan, tubuh yang
menjulang tinggi itu membuat pemandangannya menjadi sangat sensasional.
“Aurel
akan buka dengan harga lima juta!” seru wanita berpakaian seksi pemilik nama
Aurel yang membawakan acara lelang tersebut.
“Tujuh
juta!” seru salah seorang yang hadir.
“Delapan
juta!”
Jheni
terus memberontak dari dalam kotak tersebut. Membuat semua orang yang ada dalam
ruangan tersebut semakin bergairah. Mereka mulai menawar secara gila-gilaan.
Chandra
semakin gelisah. Ia tidak tahan melihat Jheni yang menjadi bahan rebutan
pria-pria hidung belang.
Lutfi
dan Yeriko menahan lengan Chandra agar tidak gegabah menghadapi situasi ini.
Terlebih, ada banyak pengawal dan yang ada di dalam ruangan tersebut.
“Chan,
kita harus temukan dulu dalang yang ada di balik ini semua,” bisik Yeriko. Ia
terus mengedarkan pandangannya.
Jheni
dikeluarkan dari dalam kotak. Kedua tangannya dipegang oleh pria yang
mengawalnya. Jheni terus memberontak. Ia menatap semua orang yang hadir di
sana. Pria-pria di dalam ruangan tersebut menatap dirinya seperti sedang
menikmati kue yang sangat manis.
Chandra
berusaha melepaskan diri dari tangan Yeriko dan Lutfi.
“Jangan
gegabah, Chan!” sentak Yeriko.
“Dua
puluh juta!” Pria-pria hidung belang itu masih terus menawar Jheni.
“Tiga
puluh juta!” seru Yeriko. Cara satu-satunya menyelamatkan Jheni adalah
memenangkan lelang.
“Lima
puluh juta!” sahut salah seorang preman tak mau kalah.
“Yer,
udahlah. Kita kelarin sekarang aja!” tutur Chandra semakin geram.
“Wait!”
perintah Yeriko sambil menunjuk salah seorang preman dengan dagunya.
“Delapan
puluh juta!” seru salah seorang preman bertubuh kekar dengan banyak tattoo di
tubuhnya.
“Gila!”
Chandra makin kesal dengan penawaran yang semakin tinggi.
“Ada
yang mau menawar lebih tinggi lagi?” tanya Aurelia dari atas panggung. “Aurel
akan hitung mundur dari angka lima.”
Lima.
Empat.
Tiga.
Dua.
Satu.
“Oke.
Gadis cantik ini akan jatuh pada Mr. Eighty Million!” seru Aurelia.
Pria
yang disebut sebagai Mr. Eighty Million itu tersenyum penuh kemenangan. Ia
mulai melangkah naik ke atas panggung sambil melepas pakaiannya sendiri. Ia
bersiap memperkosa Jheni saat itu juga di depan semua pria hidung belang.
Aurelia
bersorak, disambut dengan tepuk tangan riuh dari peserta lelang yang lainnya.
Mereka mulai keluar satu per satu karena tidak bisa memenangkan lelang. Yang
lain, lebih ingin menikmati pertunjukkan seks di atas panggung.
Yeriko
mulai berlari menuju panggung, diikuti Chandra dan Lutfi.
Yeriko
langsung menjatuhkan tubuh preman tersebut dengan sekali tendangan.
Mr.
Eighty Million tidak terima dengan apa yang terjadi pada dirinya. Ia bangkit
dan melepaskan pukulan ke arah Yeriko.
Dengan
cepat, Lutfi menahan genggaman tangan Mr. Eighty Million dan memutar kuat
hingga tubuhnya terpelanting ke lantai.
Chandra
dengan emosi yang tinggi langsung memukuli wajah preman tersebut bertubi-tubi
tanpa ampun.
Semua
pengawal yang ada di dalam ruangan tersebut langsung menyerang Yeriko dan dua
orang yang bersamanya.
“Chan,
bawa Jheni keluar!” seru Yeriko sambil menoleh ke arah Chandra.
Chandra
langsung memukul dua orang yang memegangi tubuh Jheni. Ia menarik Jheni ke
dalam pelukannya sambil menatap sengit ke arah Aurelia yang terpaku di
tempatnya.
Aurelia
tidak menyangka kalau acara pelelangan malam ini akan terjadi perkelahian
besar. Ia hanya terpaku dan tidak bisa berbuat apa-apa.
“Chan,
tolong aku!” pinta Jheni lirih, ia berusaha berdiri dengan sisa-sisa tenaga
yang ia miliki.
Chandra
langsung menggendong tubuh Jheni dan membawanya keluar.
Yeriko
dan Lutfi masih terus bergulat dengan beberapa preman yang ada di ruangan
tersebut.
“Lut,
kamu lindungi Chandra sampai ke luar. Yang di sini, biar aku yang tangani!”
perintah Yeriko.
Lutfi
mengedarkan pandangannya. Preman yang harus mereka hadapi lebih dari dua puluh
orang. Ia tidak mungkin membiarkan Yeriko menanganinya seorang diri. “Nggak
bisa! Kita keluar sama-sama.”
BUG!
BUG!
BUG!
Yeriko
dan Lutfi terus berkelahi dengan preman-preman tersebut hingga menjatuhkan
merek satu persatu.
BRAAK
...!
Yeriko
membanting salah seorang preman ke atas meja hingga meja tersebut pecah.
“Kalian
bener-bener nggak becus!” maki Mr. Eighty Million melihat semua anak buahnya
terkapar tak berdaya.
Yeriko
menoleh ke arah Mr. Eighty Million. Ia meraih lengan pria itu tersebut dan
mematahkannya dengan mudah.
“Aargh
...!” teriakan Mr. Eighty Million melengking dan menggema di seluruh ruangan.
“Jangan
sampai kita ketemu lagi! Aku pastikan semua tulang di badanmu ini remuk!” ancam
Yeriko.
Yeriko
menoleh ke arah Aurelia yang berdiri di sudut panggung. Ia dan Lutfi langsung
menghampiri Aurelia dengan tatapan penuh kebencian.
Aurelia
melangkah mundur perlahan hingga punggungnya tersudut pada dinding ruangan
tersebut.
“Di
mana Ben?” sentak Yeriko sambil memukul dinding yang ada di sebelah kepala
Aurelia.
Aurelia
menggeleng ketakutan. “Aku nggak tahu.”
“Aku
tanya sekali lagi. DI MANA BEN!?” Yeriko berteriak lebih keras.
Aurelia
menatap mata Yeriko yang berapi-api. Tangan dan kakinya tiba-tiba lemas.
Tubuhnya langsung merosot ke lantai. Ia tidak memiliki kekuatan menghadapi
tatapan Yeriko yang mengerikan.
Yeriko
membungkukkan tubuhnya. Ia menekan rahang Aurelia. “Aku nggak pernah bedain
laki-laki dan perempuan. Semuanya sama di mataku. Kamu mau aku pakai kekerasan
supaya kamu jawab pertanyaanku?”
Aurelia
menggelengkan kepala dengan tubuh gemetaran.
“Di
mana dia?” tanya Yeriko lagi.
“Di
lantai atas,” jawab Aurelia lirih.
Yeriko
melepas rahang Aurelia. Ia dan Lutfi bergegas mencari Ben untuk membuat
perhitungan dengan pria itu dan menemukan dalang utama di balik penculikan
Jheni.
(( Bersambung ... ))
Uh, nulis adegan action, bikin aku tahan napas mulu ...
Dukung terus cerita ini dengan cara kasih Star Vote dan review baik di
kolom komentar. Terima kasih semuanya. I Love you
Much Love,
@vellanine.tjahjadi