Rocky langsung melangkah masuk
ke dalam salon tempat Nadine dan Roro Ayu merias dirinya. Ia menghampiri Nadine
yang sedang berdiri di depan cermin sambil memperhatikan hasil make-up di
wajahnya.
“Udah selesai make-up?” tanya
Rocky. Ia langsung merangkul pinggang Nadine tanpa meminta izin terlebih
dahulu.
“Udah,” jawab Nadine sambil
melepas lengan Rocky perlahan dari pinggangnya. “Gimana, cantik atau nggak?”
tanyanya sembari memutar tubuh menghadap Rocky.
“Cantik banget,” jawab Rocky
sambil tersenyum. “Temen kamu mana?”
“Lagi ke toilet. Katanya
kebelet,” jawab Nadine sambil menoleh ke arah Nanda yang berdiri tak jauh di
belakang Rocky. Ia tidak menyapa pria itu, ia tidak tahu apa yang akan
dilakukan Rocky jika mengetahui kalau Nanda adalah suami Roro Ayu. Tidak tahu
mengapa, mereka berdua bisa datang bersamaan.
“Oh ya ... kenalin, ini Nanda.
Anaknya Oom Andre.” Rocky menunjuk Nanda yang tak jauh darinya. “Kebetulan, dia
mau jemput istrinya juga di sini. Ternyata, dia diundang ke acara ulang tahun
bunda. Kita bisa berangkat bareng.”
Nadine tersenyum kecut. Ia
mengulurkan tangannya ke arah Nanda. “Nadine,” ucapnya memperkenalkan diri.
Nanda balas tersenyum dan
menjabat tangan Nadine. “Oh. Ini Dokter Nadine? Temennya Dokter Sonny?” tanya
Nanda. “Aslinya jauh lebih cantik dari foto.”
Nadine meringis mendengar
pertanyaan Nanda. Perasaannya tak karuan dan membuatnya jadi salah tingkah.
“Hei, cewekku ini ...!” Rocky
langsung menepis tangan Nanda. “Jangan lama-lama salamannya! Ingat istri!”
Nanda tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan
kepala. “Aku nggak mungkin ngambil cewek orang. Bentar lagi bakal jadi bapak,”
ucapnya sambil melirik wajah Nadine. Ia tahu, Nadine adalah salah satu teman
Roro Ayu sejak kecil saat di sanggar tari. Tapi ia tidak tahu kalau Nadine memiliki
hubungan khusus dengan Rocky, salah satu anak dari orang paling kaya di Asia
dan ditakuti banyak para pebisnis di luar sana.
Beberapa saat kemudian, Roro
melangkah keluar dari kamar mandi. Ia langsung tersenyum ke arah Nanda yang
sudah menjemputnya. “Sudah datang?” tanyanya lembut.
Nanda mengangguk. Ia merangkul
pinggang Ayu dan mencium kedua pipi wanita itu. “Udah siap?”
Ayu mengangguk sambil tersenyum
manis.
Sementara itu, Rocky
mengernyitkan dahi saat melihat pria yang menjadi suami Ayu adalah Nanda, anak
dari sahabat orang tuanya. Ia menatap wajah Nadine untuk mendapatkan jawaban
dari pertanyaan yang tiba-tiba bersarang di kepalanya dan senyum kecut dari
bibir Nadine, membuatnya mengerti kalau pria brengsek yang telah menghancurkan
hidup Roro Ayu adalah Ananda, putera mahkota dari Amora Internasional.
“Nanda, kamu suaminya Roro
Ayu?” tanya Rocky sambil mengernyitkan dahi.
“Iya. Kalian udah saling kenal,
ya?” tanya Nanda balik. “Sorry, aku nggak tahu kalau Dokter Nadine ini pacarmu.
Aku pikir, dia malah pacaran sama Sonny.”
“Kamu ...!?” Rocky mengepalkan
kedua tangan sambil menatap geram ke arah Nanda. Rahangnya mengeras ketika
wajah Nanda terlihat sangat santai menghadapinya.
“Ky, nggak usah bikin keributan
di sini!” bisik Nadine sambil menahan dada Rocky agar tidak menyerang Nanda.
“Sorry, Ky ...! Aku bener-bener
nggak tahu. Aku nggak bermaksud fitnah pacarmu,” ucap Nanda yang menyadari
kalau Rocky sedang emosi.
“Bukan soal Nadine dan Sonny
yang bikin aku marah sama kamu, Nan. Tapi soal Sonny sama Roro Ayu ...!” sentak
Rocky sambil menatap tajam ke arah Nanda. “Aku udah tahu semuanya dari Nadine
dan Sonny. Ternyata kamu cowok biadab yang udah menghancurkan hidup Roro,
hah!?”
Nanda terdiam sambil menelan
salivanya dengan susah payah. Ia tidak tahu apa yang terjadi hingga membuat
salah satu putera Hadikusuma itu murka terhadapnya. “Kamu kenapa marah? Aku
bertanggung jawab sama Roro Ayu,” tanyanya kebingungan.
“Ky, nggak usah
dipermasalahkan, ya! Aku nggak mau ribut,” pinta Ayu sambil menatap wajah
Rocky.
Rocky menarik napas dalam-dalam
dan berusaha menurunkan emosinya saat melihat mata Roro Ayu yang penuh dengan
penderitaan. “Aku nggak bisa lihat cewek mana pun disakiti. Apalagi itu
orang-orang terdekatku dan itu wanita baik-baik. Parah kamu, Nan! Kalau dari
awal aku udah ketemu kamu, udah kuhabisi!”
“Ky, udah ...! Nggak usah ribut
di sini,” bisik Nadine saat mereka mulai menjadi pusat perhatian orang-orang
yang ada di salon tersebut. Ia langsung menarik lengan Rocky agar pergi dari
sana.
“Udah bayar?” tanya Rocky
sambil menatap Nadine yang merangkul lengannya sambil melangkah keluar dari
salon tersebut.
“Udah diurus sama ajudanku,”
jawab Nadine sambil menoleh ke arah ajudan yang ada di belakangnya.
“Kamu beneran bawa ajudan?”
tanya Rocky sambil menunjuk pria bersetelan jas rapi yang ada di belakang
mereka.
“Iya! Puas!” sahut Nadine
sambil mendelik ke arah Rocky. “Lagian, kenapa kamu nggak jemput aku? Aku
terlanjur sewain mobilku.”
“Kamu beneran sewain mobil? Aku
pikir, cuma guyon, Nad. Kamu nggak punya uang sampai sewain mobilmu?”
“Punya. Tapi mobilku disewa
sama orang buat bikin konten,” jawab Nadine sambil melangkahkan kakinya bersama
Rocky. Sementara, Ayu dan Nanda sudah ada di belakang mereka.
“Konten apaan pake Lambo? Film
gitu?” tanya Rocky.
Nadine menggeleng. “Buat bikin konten video gitu, loh. Apa sih
namanya? Aku nggak begitu paham. Konten pura-pura jadi orang kaya.”
Rocky menahan tawa mendengar
ucapan Nadine. “Serius!? Ada yang begitu?”
Nadine mengangguk. “Ada. Roro
tahu tuh orangnya.”
Rocky langsung menoleh ke arah
Ayu. “Iya, Ro?” tanyanya.
Ayu mengangguk sambil
tersenyum. “Videonya sering sliweran di media sosial pakai Lambo punya Nadine.”
“Terus, diakui kalau mobil itu punya
dia?” tanya Rocky sambil menahan tawa. “Parah!”
“Iya. Buat konten gitu,” jawab
Nadine.
“Kamu sendiri nggak pernah
pamerin mobil kamu ke orang lain. Kenapa malah biarkan orang lain pakai mobil
kamu buat pamer?” tanya Rocky sambil geleng-geleng kepala.
“Ya, nggak papa. Toh, aku juga
dapet duit,” jawab Nadine sambil tersenyum.
“Nggak gitu, Nad. Kamu ... ck, kalau butuh uang, ngomong ke aku!
Berapa sewain Lambo dalam sehari?” tanya Rocky.
“Sepuluh juta sehari,” jawab
Nadine.
“Serius!? Supercar aku di bengkel
ada banyak. Sepuluh unit aku sewain, udah dapet seratus juta sehari. Cari duit
gampang banget?” tanya Rocky sambil melebarkan kelopak matanya.
“Iih ... sepuluh juta tuh udah
yang paling murah. Sebenarnya, aku lagi berusaha melindungi diriku sendiri. Pakai
mobil mewah, bisa jadi incaran perampok atau orang-orang jahat di luar sana.
Aku ‘kan bisa pura-pura miskin dan bilang mobil ini punya si A kalau aku
diculik,” jawab Nadine sambil tertawa kecil.
“Hahaha. Otakmu cerdas juga.
But, lain kali nggak perlu sewain mobil kamu lagi! Lebih baik, taruh di rumah
aja! Nanti kalau ketemu di jalan dan aku kejar mobil itu karena ngira itu kamu,
gimana?” pinta Rocky.
Nadine tertawa kecil. “Aku
nggak pernah pake mobil sport setiap hari. Pakainya kalau balapan, kalau kunjungi
papa di Jakarta atau kunjungi nenek di Surabaya.”
“Alasan. Dulu, kamu sering bawa
Lambo buat jalan-jalan sama mama kamu,” sahut Rocky sambil mencebik ke arah
Nadine.
“Hehehe. Itu ‘kan dulu waktu
masih remaja, masih suka pamer sama cewek-cewek lain di luar sana. Sekarang,
aku lebih pentingin privasi dan keamanan. Aku nggak mau bikin Mama Nadia dan
Papa Satria panik terus karena aku selalu kabur dari penjagaan ajudannya.”
“Nakal!” celetuk Rocky sambil
mengetuk kening Nadine.
“Iih ... kamu yang ajari nakal
‘kan?” goda Nadine.
Rocky menahan tawa sambil
merangkul tubuh Nadine dan memasukkannya ke dalam mobil begitu mereka sampai di
parkiran.
Nanda juga ikut membawa Ayu
masuk ke dalam mobil. Mereka memilih untuk bungkam, tidak ada pembicaraan yang
bisa mereka bahas dan hanya menjadi pendengar Nadine dan Rocky.
Ayu menggigit bibir bawahnya sambil
menatap lurus ke depan. Ia mengelus perutnya yang mulai membuncit dan semua
rasa takut akan masa depan, terlintas di pelupuk matanya.
Nanda menoleh ke arah Ayu yang
masih bergeming. Ia langsung menarik safety belt dan memasangkannya di tubuh
Ayu. “Kenapa ngelamun?” bisiknya.
“Eh!?” Suara Nanda membuyarkan
lamunan Ayu. “Nggak papa. Lagi mikir aja.”
“Mikirin apa?” tanya Nanda
sambil menekan start engine dan mulai menjalankan mobilnya perlahan.
Ayu tak menjawab pertanyaan
Nanda. Ia memilih untuk berdiam diri sepanjang perjalanan. Semua perasaan yang
penuh sesak di dalam hatinya, tidak pernah bisa ia ungkapkan di hadapan Nanda.
Ia tidak ingin terus berdebat dan membuat perasaannya malah semakin memburuk
karena perlakuan Nanda terhadapnya tidak sesuai yang ia harapkan.
“Ay, kamu udah cantik banget
kayak gini ... nggak bisa bersikap manis ke aku?” tanya Nanda saat Ayu masih
saja bergeming ketika Nanda sudah memarkirkan mobilnya di depan mansion mewah
di wilayah Virginia.
“Bukannya setiap hari aku sudah
bersikap manis?” tanya Ayu balik.
“Bukan gitu, Ay. Aku mau, kamu
lebih manis lagi ... lebih nurut sama aku. Aku akan penuhi semua permintaan
kamu kalau kamu nggak pasang wajah pura-pura manis di depanku,” jawab Nanda
sambil tersenyum manis menatap Ayu.
Ayu tersenyum dan balas menatap
Nanda. “Kamu juga nggak perlu pasang sikap pura-pura sayang ke aku!” sahutnya
sambil melepas safety belt dan keluar dari dalam mobil Nanda.
Nanda menahan geram saat Ayu
keluar begitu saja dari dalam mobil. “Shit!” umpatnya sembari memukul setir di
hadapannya.
“Dia tahu kalau aku pura-pura
sayang? Gimana caranya bikin perempuan ini jatuh cinta sama aku, percaya sama
aku dan nggak perlu menyelidiki perempuan-perempuan lain di belakangku?” gumam
Nanda. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Roro Ayu dan
menyelamatkan kekayaan keluarganya.
((Bersambung...))
Terima kasih sudah mendukung
author untuk terus berkarya!
Doain authornya sehat terus dan
lancar ide, ya!
Juga dijauhkan dari hal-hal
yang bikin author terdistraksi saat nulis.
Much Love,
@vellanine.tjahjadi