Sunday, August 7, 2022

Bab 18 - Pura-Pura Cinta

 



Usai pulang kerja, Nanda melangkahkan kakinya perlahan, memasuki rumah dan menyusuri anak tangga menuju ke kamarnya dengan santai. Pandangannya langsung tertuju pada Ayu yang sedang duduk di depan meja rias.

“Udah siap?” tanya Nanda sambil menyentuh lembut pundak Ayu.

Ayu mengangguk. “Kamu mandi dulu! Aku sudah siapkan pakaian ganti untukmu.”

Nanda langsung menoleh ke atas ranjang, tempat Ayu biasa menyiapkan pakaian ganti untuknya. Ia pikir, Ayu akan bersikap baik kepadanya jika ia bisa memperlakukan wanita ini dengan manis. Ia tidak ingin wanita ini menghancurkan keluarganya dan harus bisa membuat keluarga keraton itu menarik surat perjanjian yang jelas-jelas mencekik keluarganya. Jika seperti ini terus, ia tidak akan bisa bebas melakukan apa pun di luar sana. Ia sangat kesal dengan Ayu yang terlalu cerdik dan licik. Tapi tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa.

“Kamu mau cari gaun di mana dulu?” tanya Nanda sambil tersenyum ke arah Ayu.

“Galaxy Mall aja,” jawab Ayu sambil menatap wajah Nanda dari balik cermin.

Nanda manggut-manggut. Ia segera melangkah perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian, Nanda keluar dari dalam kamar mandi, hanya mengenakan handuk yang digulung asal di pinggangnya. Ia langsung meraih pakaian yang telah disiapkan Ayu dan mengenakannya. Matanya terus mengawasi Ayu yang sedang menundukkan kepala sambil memainkan ponselnya.

Setiap kali melihat jemari tangan Ayu bergerak cepat di atas layar ponselnya. Ia selalu penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu. Tapi ia gengsi untuk mencari tahu isi ponsel istrinya itu. Ia pikir, apa yang dilakukan oleh Ayu yang banyak diam, malah benar-benar berbahaya baginya. Ia harus memikirkan banyak cara untuk menjinakkan wanita ini.

“Ay, kita berangkat yuk!” ajak Nanda sambil menyentuh pundak Ayu.

“He-em.” Ayu mengangguk sambil mematikan ponsel di tangannya. Ia menarik tas tangan, memasukkan ponsel tersebut dan bangkit dari kursi.

“Chatting sama siapa?” tanya Nanda lembut sambil merangkul pinggang Ayu. Kalimat itu, akhirnya keluar juga dari mulutnya.

“Bunda,” jawab Ayu santai sambil melangkah keluar dari kamarnya.

“Oh.” Nanda manggut-manggut mendengar jawaban dari Ayu. Ia langsung membawa Ayu menuju ke Galaxy Mall.

Dua puluh menit kemudian, Nanda dan Ayu sudah berada di dalam salah satu butik ternama yang ada di pusat perbelanjaan tersebut.

“Pilih aja gaun yang kamu mau. Aku tunggu di sana, ya!” perintah Nanda.

Ayu mengangguk sambil tersenyum. Ia melangkahkan kakinya perlahan sambil memperhatikan gaun-gaun yang terpajang dengan cantik di butik tersebut.

“Nanda ...! Kamu lagi di sini?” Suara seorang wanita yang memanggil nama Nanda, mengalihkan perhatian Ayu. Ia langsung beringsut, mencari tempat lain yang tidak akan terlihat oleh Nanda.

“Lita ...? Kamu ngapain di sini?” tanya Nanda. Ia langsung mengedarkan pandangannya ke semua ruangan. Mencari sosok Ayu yang mungkin saja akan melihat kehadiran Arlita.

“Mau cari gaun baru. Aku nggak nyangka kamu ada di sini. Apa kabar?” tanya Arlita sambil duduk di samping Nanda dan bergelayut manja di pundak pria itu.

Nanda langsung menepis tubuh Arlita dan menggeser tubuhnya menjauhi Arlita. “Ada istriku di sini, Lit. Kamu jangan deket-deket!” pintanya.

“Ada Ayu?” tanya Arlita sambil celingukan, mencari sosok Ayu yang mungkin saja ada di dekat mereka. “Di mana? Jauh kali, Nan.”

Nanda tak bereaksi. Ia juga ikut kebingungan, khawatir kalau Ayu memergokinya bersama Arlita.

“Kenapa? Kamu takut sama Ayu? Sejak kapan kamu tunduk sama wanita, Nan?” tanya Arlita sambil merapatkan tubuhnya ke Nanda.

“Ck. Kamu nggak usah bikin aku kena masalah, deh! You know Roro Ayu. Diam-diam, dia udah ngendalikan keluargaku. Kamu ngertiin posisiku dong, Lit!” pinta Nanda sambil bangkit dari sofa.

Arlita menghela napas kecewa sambil menundukkan kepala. “Terus, aku harus gimana, Nan? Kamu masih cinta sama aku ‘kan? Nggak kasihan sama aku?”

Nanda menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Urusan kita nanti aja, deh! Jangan sampai Ayu ngadu ke orang tuaku dan bikin masalah lagi! Aku capek berdebat terus sama dia. Kamu bantu aku supaya bisa tenang!  Setelah aku berhasil mengendalikan Ayu, aku akan temui kamu.”

“Serius!?” tanya Arlita sambil tersenyum manis ke arah Nanda.

Nanda mengangguk.

“Mmh ... Nan, aku ada ambil job pemotretan. Aku ...” Arlita menatap Nanda penuh harap.

“Ambil aja baju yang kamu mau. Jangan sampai Ayu tahu! Aku bayarin,” perintah Nanda seolah ia sudah tahu maksud Arlita. Ia memang sudah sering memanjakan wanita-wanitanya dengan uang dan semua keperluan Arlita saat mereka masih pacaran, selalu ia penuhi.

“Beneran?” tanya Arlita sambil bangkit dari sofa dan mengecup pipi Nanda. “Makasih, ya! Kalau butuh aku, kamu call aja!” Ia tersenyum manis dan melenggang pergi.

Nanda menghela napas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menjadi serba salah. Di satu sisi, ia masih menyayangi dan membutuhkan Arlita. Di sisi lain, ia harus bertanggung jawab dengan rumah tangganya.

Nanda bergegas mencari sosok Ayu yang ada di butik itu. Ruang butik yang besar dan bersekat kaca, membuatnya tidak mudah menemukan Ayu. Ia hanya bisa mencari Ayu dari warna pakaian yang dikenakan istrinya itu saat pergi ke sana.

Begitu melihat Ayu keluar dari kamar pas, ia langsung menghela napas lega dan segera menghampiri wanita itu sambil meraih beberapa gaun yang ia lewati.

“Cobain ini, Yu!” pinta Nanda sambil menyodorkan gaun-gaun itu ke hadapan Ayu.

“Banyak banget?”

“Iya. Aku mau lihat kamu pakai gaun-gaun ini. Kali aja ada yang cocok,” jawab Nanda sambil tersenyum lebar ke arah Ayu. Ia berharap, wanita itu tidak melihat Arlita yang juga ada di sana.

 

Ayu tersenyum sambil menatap wajah Nanda. “Ini ... aku coba semua?”

Nanda mengangguk sambil tersenyum manis.

Ayu langsung meraih salah satu gaun yang disodorkan pelayan toko ke arahnya dan masuk ke dalam kamar pas. Ia menggigit bibir bawahnya, enggan untuk mengenakan gaun yang ada di tangannya. Ia mulai lelah berpura-pura manis seperti ini. Sebab, ia juga tahu kalau Nanda memperlakukannya dengan baik bukan karena ketulusan hatinya.

Ayu menyandarkan kepalanya sambil memeluk gaun di tangannya. Air matanya menetes perlahan. Semanis apa pun Nanda memperlakukannya, ia akan tetap merasakan sakit jika pria itu juga memperlakukan wanita lain dengan begitu manis.

Ayu membuka layar ponsel sambil mengusap bulir-bulir air mata yang jatuh membasahi pipinya. Ia membuka aplikasi chatting dan menyentuh pesan masuk dari Dokter Sonny. Ia tidak pernah menghapus pesan dari pria itu dan selalu mengunci ponselnya dengan baik. Ia tidak ingin kehilangan kenangannya dengan Sonny. Baginya, bersama pria itu adalah saat-saat paling indah yang tidak akan pernah ia lupakan.

Ayu menatap satu kalimat yang telah ia beri tanda bintang dan selalu ia baca setiap harinya. Sonnya yang selalu bersikap lembut, manis dan selalu bijaksana dalam menghadapi setiap masalah yang mereka hadapi.

“Ay, jangan sedih, ya! Takdir cinta kita hanya cukup sampai di sini. Aku tidak pernah menyesal mengenalmu. Bagiku, hatimu akan tetap suci untuk selamanya. Jika kamu tidak bahagia dengan Nanda, tell me! Aku akan merebutmu darinya,” tulis Sonny di dalam pesan yang ditandai oleh Ayu.

Air mata Ayu semakin berderai. Ia merasa tidak pantas untuk seorang pria sebaik Sonny. Kesucian cinta yang mereka jaga dengan sungguh-sungguh, dihancurkan dalam sekejap oleh Nanda. Sejak hari itu, setiap malamnya adalah mimpi buruk.

“Son, aku tidak bahagia bersama Nanda. Tapi dia adalah ayah dari calon anakku, aku harus bagaimana?” batin Ayu sambil menitikan air matanya. Ia benar-benar tidak tahan jika harus berbagi hati dengan wanita lain. Nanda, tidak akan pernah bisa meninggalkan wanita-wanitanya. Ia sudah mengenal Nanda sejak masih duduk di bangku SMA dan pria ini adalah pria yang paling ia benci di dunia, sebab Nanda selalu berganti pacar setiap minggunya. Apakah ini karma karena kebenciannya terhadap Nanda terlalu dalam?

 

 

((Bersambung...))

 

Terima kasih sudah jadi sahabat setia berkarya dan bercerita!

 

 

Dukung terus supaya author makin semangat nulisnya!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

Jangan lupa, beli paket dukungan aja supaya bisa dapetin harga yang lebih murah dari harga satuan!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas