Wednesday, August 17, 2022

Bab 21 - Kemarahan Mr. Rocky

 


Rocky langsung melangkah masuk ke dalam salon tempat Nadine dan Roro Ayu merias dirinya. Ia menghampiri Nadine yang sedang berdiri di depan cermin sambil memperhatikan hasil make-up di wajahnya.

“Udah selesai make-up?” tanya Rocky. Ia langsung merangkul pinggang Nadine tanpa meminta izin terlebih dahulu.

“Udah,” jawab Nadine sambil melepas lengan Rocky perlahan dari pinggangnya. “Gimana, cantik atau nggak?” tanyanya sembari memutar tubuh menghadap Rocky.

“Cantik banget,” jawab Rocky sambil tersenyum. “Temen kamu mana?”

“Lagi ke toilet. Katanya kebelet,” jawab Nadine sambil menoleh ke arah Nanda yang berdiri tak jauh di belakang Rocky. Ia tidak menyapa pria itu, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Rocky jika mengetahui kalau Nanda adalah suami Roro Ayu. Tidak tahu mengapa, mereka berdua bisa datang bersamaan.

“Oh ya ... kenalin, ini Nanda. Anaknya Oom Andre.” Rocky menunjuk Nanda yang tak jauh darinya. “Kebetulan, dia mau jemput istrinya juga di sini. Ternyata, dia diundang ke acara ulang tahun bunda. Kita bisa berangkat bareng.”

Nadine tersenyum kecut. Ia mengulurkan tangannya ke arah Nanda. “Nadine,” ucapnya memperkenalkan diri.

Nanda balas tersenyum dan menjabat tangan Nadine. “Oh. Ini Dokter Nadine? Temennya Dokter Sonny?” tanya Nanda. “Aslinya jauh lebih cantik dari foto.”

Nadine meringis mendengar pertanyaan Nanda. Perasaannya tak karuan dan membuatnya jadi salah tingkah.

“Hei, cewekku ini ...!” Rocky langsung menepis tangan Nanda. “Jangan lama-lama salamannya! Ingat istri!”

Nanda tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Aku nggak mungkin ngambil cewek orang. Bentar lagi bakal jadi bapak,” ucapnya sambil melirik wajah Nadine. Ia tahu, Nadine adalah salah satu teman Roro Ayu sejak kecil saat di sanggar tari. Tapi ia tidak tahu kalau Nadine memiliki hubungan khusus dengan Rocky, salah satu anak dari orang paling kaya di Asia dan ditakuti banyak para pebisnis di luar sana.

Beberapa saat kemudian, Roro melangkah keluar dari kamar mandi. Ia langsung tersenyum ke arah Nanda yang sudah menjemputnya. “Sudah datang?” tanyanya lembut.

Nanda mengangguk. Ia merangkul pinggang Ayu dan mencium kedua pipi wanita itu. “Udah siap?”

Ayu mengangguk sambil tersenyum manis.

Sementara itu, Rocky mengernyitkan dahi saat melihat pria yang menjadi suami Ayu adalah Nanda, anak dari sahabat orang tuanya. Ia menatap wajah Nadine untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang tiba-tiba bersarang di kepalanya dan senyum kecut dari bibir Nadine, membuatnya mengerti kalau pria brengsek yang telah menghancurkan hidup Roro Ayu adalah Ananda, putera mahkota dari Amora Internasional.

“Nanda, kamu suaminya Roro Ayu?” tanya Rocky sambil mengernyitkan dahi.

“Iya. Kalian udah saling kenal, ya?” tanya Nanda balik. “Sorry, aku nggak tahu kalau Dokter Nadine ini pacarmu. Aku pikir, dia malah pacaran sama Sonny.”

“Kamu ...!?” Rocky mengepalkan kedua tangan sambil menatap geram ke arah Nanda. Rahangnya mengeras ketika wajah Nanda terlihat sangat santai menghadapinya.

“Ky, nggak usah bikin keributan di sini!” bisik Nadine sambil menahan dada Rocky agar tidak menyerang Nanda.

“Sorry, Ky ...! Aku bener-bener nggak tahu. Aku nggak bermaksud fitnah pacarmu,” ucap Nanda yang menyadari kalau Rocky sedang emosi.

“Bukan soal Nadine dan Sonny yang bikin aku marah sama kamu, Nan. Tapi soal Sonny sama Roro Ayu ...!” sentak Rocky sambil menatap tajam ke arah Nanda. “Aku udah tahu semuanya dari Nadine dan Sonny. Ternyata kamu cowok biadab yang udah menghancurkan hidup Roro, hah!?”

Nanda terdiam sambil menelan salivanya dengan susah payah. Ia tidak tahu apa yang terjadi hingga membuat salah satu putera Hadikusuma itu murka terhadapnya. “Kamu kenapa marah? Aku bertanggung jawab sama Roro Ayu,” tanyanya kebingungan.

“Ky, nggak usah dipermasalahkan, ya! Aku nggak mau ribut,” pinta Ayu sambil menatap wajah Rocky.

Rocky menarik napas dalam-dalam dan berusaha menurunkan emosinya saat melihat mata Roro Ayu yang penuh dengan penderitaan. “Aku nggak bisa lihat cewek mana pun disakiti. Apalagi itu orang-orang terdekatku dan itu wanita baik-baik. Parah kamu, Nan! Kalau dari awal aku udah ketemu kamu, udah kuhabisi!”

“Ky, udah ...! Nggak usah ribut di sini,” bisik Nadine saat mereka mulai menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di salon tersebut. Ia langsung menarik lengan Rocky agar pergi dari sana.

“Udah bayar?” tanya Rocky sambil menatap Nadine yang merangkul lengannya sambil melangkah keluar dari salon tersebut.

“Udah diurus sama ajudanku,” jawab Nadine sambil menoleh ke arah ajudan yang ada di belakangnya.

“Kamu beneran bawa ajudan?” tanya Rocky sambil menunjuk pria bersetelan jas rapi yang ada di belakang mereka.

“Iya! Puas!” sahut Nadine sambil mendelik ke arah Rocky. “Lagian, kenapa kamu nggak jemput aku? Aku terlanjur sewain mobilku.”

“Kamu beneran sewain mobil? Aku pikir, cuma guyon, Nad. Kamu nggak punya uang sampai sewain mobilmu?”

“Punya. Tapi mobilku disewa sama orang buat bikin konten,” jawab Nadine sambil melangkahkan kakinya bersama Rocky. Sementara, Ayu dan Nanda sudah ada di belakang mereka.

“Konten apaan pake Lambo? Film gitu?” tanya Rocky.

Nadine menggeleng. “Buat  bikin konten video gitu, loh. Apa sih namanya? Aku nggak begitu paham. Konten pura-pura jadi orang kaya.”

Rocky menahan tawa mendengar ucapan Nadine. “Serius!? Ada yang begitu?”

Nadine mengangguk. “Ada. Roro tahu tuh orangnya.”

Rocky langsung menoleh ke arah Ayu. “Iya, Ro?” tanyanya.

Ayu mengangguk sambil tersenyum. “Videonya sering sliweran di media sosial pakai Lambo punya Nadine.”

“Terus, diakui kalau mobil itu punya dia?” tanya Rocky sambil menahan tawa. “Parah!”

“Iya. Buat konten gitu,” jawab Nadine.

“Kamu sendiri nggak pernah pamerin mobil kamu ke orang lain. Kenapa malah biarkan orang lain pakai mobil kamu buat pamer?” tanya Rocky sambil geleng-geleng kepala.

“Ya, nggak papa. Toh, aku juga dapet duit,” jawab Nadine sambil tersenyum.

“Nggak gitu, Nad. Kamu  ... ck, kalau butuh uang, ngomong ke aku! Berapa sewain Lambo dalam sehari?” tanya Rocky.

“Sepuluh juta sehari,” jawab Nadine.

“Serius!? Supercar aku di bengkel ada banyak. Sepuluh unit aku sewain, udah dapet seratus juta sehari. Cari duit gampang banget?” tanya Rocky sambil melebarkan kelopak matanya.

“Iih ... sepuluh juta tuh udah yang paling murah. Sebenarnya, aku lagi berusaha melindungi diriku sendiri. Pakai mobil mewah, bisa jadi incaran perampok atau orang-orang jahat di luar sana. Aku ‘kan bisa pura-pura miskin dan bilang mobil ini punya si A kalau aku diculik,” jawab Nadine sambil tertawa kecil.

“Hahaha. Otakmu cerdas juga. But, lain kali nggak perlu sewain mobil kamu lagi! Lebih baik, taruh di rumah aja! Nanti kalau ketemu di jalan dan aku kejar mobil itu karena ngira itu kamu, gimana?” pinta Rocky.

Nadine tertawa kecil. “Aku nggak pernah pake mobil sport setiap hari. Pakainya kalau balapan, kalau kunjungi papa di Jakarta atau kunjungi nenek di Surabaya.”

“Alasan. Dulu, kamu sering bawa Lambo buat jalan-jalan sama mama kamu,” sahut Rocky sambil mencebik ke arah Nadine.

“Hehehe. Itu ‘kan dulu waktu masih remaja, masih suka pamer sama cewek-cewek lain di luar sana. Sekarang, aku lebih pentingin privasi dan keamanan. Aku nggak mau bikin Mama Nadia dan Papa Satria panik terus karena aku selalu kabur dari penjagaan ajudannya.”

“Nakal!” celetuk Rocky sambil mengetuk kening Nadine.

“Iih ... kamu yang ajari nakal ‘kan?” goda Nadine.

Rocky menahan tawa sambil merangkul tubuh Nadine dan memasukkannya ke dalam mobil begitu mereka sampai di parkiran.

Nanda juga ikut membawa Ayu masuk ke dalam mobil. Mereka memilih untuk bungkam, tidak ada pembicaraan yang bisa mereka bahas dan hanya menjadi pendengar Nadine dan Rocky.

Ayu menggigit bibir bawahnya sambil menatap lurus ke depan. Ia mengelus perutnya yang mulai membuncit dan semua rasa takut akan masa depan, terlintas di pelupuk matanya.

Nanda menoleh ke arah Ayu yang masih bergeming. Ia langsung menarik safety belt dan memasangkannya di tubuh Ayu. “Kenapa ngelamun?” bisiknya.

“Eh!?” Suara Nanda membuyarkan lamunan Ayu. “Nggak papa. Lagi mikir aja.”

“Mikirin apa?” tanya Nanda sambil menekan start engine dan mulai menjalankan mobilnya perlahan.

Ayu tak menjawab pertanyaan Nanda. Ia memilih untuk berdiam diri sepanjang perjalanan. Semua perasaan yang penuh sesak di dalam hatinya, tidak pernah bisa ia ungkapkan di hadapan Nanda. Ia tidak ingin terus berdebat dan membuat perasaannya malah semakin memburuk karena perlakuan Nanda terhadapnya tidak sesuai yang ia harapkan.

“Ay, kamu udah cantik banget kayak gini ... nggak bisa bersikap manis ke aku?” tanya Nanda saat Ayu masih saja bergeming ketika Nanda sudah memarkirkan mobilnya di depan mansion mewah di wilayah Virginia.

“Bukannya setiap hari aku sudah bersikap manis?” tanya Ayu balik.

“Bukan gitu, Ay. Aku mau, kamu lebih manis lagi ... lebih nurut sama aku. Aku akan penuhi semua permintaan kamu kalau kamu nggak pasang wajah pura-pura manis di depanku,” jawab Nanda sambil tersenyum manis menatap Ayu.

Ayu tersenyum dan balas menatap Nanda. “Kamu juga nggak perlu pasang sikap pura-pura sayang ke aku!” sahutnya sambil melepas safety belt dan keluar dari dalam mobil Nanda.

Nanda menahan geram saat Ayu keluar begitu saja dari dalam mobil. “Shit!” umpatnya sembari memukul setir di hadapannya.

“Dia tahu kalau aku pura-pura sayang? Gimana caranya bikin perempuan ini jatuh cinta sama aku, percaya sama aku dan nggak perlu menyelidiki perempuan-perempuan lain di belakangku?” gumam Nanda. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Roro Ayu dan menyelamatkan kekayaan keluarganya.

 

 

((Bersambung...))

 

Terima kasih sudah mendukung author untuk terus berkarya!

Doain authornya sehat terus dan lancar ide, ya!

Juga dijauhkan dari hal-hal yang bikin author terdistraksi saat nulis.

 

 


 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas