Monday, June 22, 2020

Puisi | Lukaku

Source: pixabay.com



Kau tahu aku luka
Aku tersesat dalam belantara kata
Di antara ego-ego yang menjulang
Menertawaiku diri ini yang lebih rendah dari belukar

Kau tahu aku luka
Bukan kata cinta yang aku harap ada
Sebab kata itu tak kan pernah ada

Kau tahu aku luka
Aku mengadu pada pembaringan
Membisu...

Kau tahu aku luka
Aku benamkan diri dalam ranting kata
Yang membelengguku dalam duka

Aku tahu kau pun tahu
Tak seharusnya kata “kita” ada
Tak seharusnya kata “kami” ada
Tak seharusnya kata “mereka” ada

Aku tersesat terlampau jauh
Hingga aku lupa di mana jalan pulang
Hingga aku lupa cinta kasih sayang
Hingga aku lupa caramu memandang
Biarkan lupa sembuhkan luka
Sebab luka sulit untuk kulupa


~Rin Muna~
East Borneo, 25 November 2018

Pelatihan Literasi Oleh Kantor Bahasa Kalimantan Timur


Rabu, 07 November 2018

Ini hari ketiga aku menjalani Pelatihan Instruktur Literasi yang diselenggarakan oleh KBKT (Kantor Bahasa Kalimantan Timur).
Seperti hari sebelumnya, aku datang terlambat dan lift masih rusak. Oke, semangat ngos-ngosan naik tangga.
Materi pertama diisi oleh Mbak Sophie Razak dari Bisnis Indonesia dengan tema “Program dan Jejaring”. Kemudian dilanjut dengan materi kepenulisan oleh Pak Amien Wangsitalaja dan materi literasi financial oleh Bang Ali Sadli. Dari awal materi hingga akhir berjalan dengan baik dan lancar.
Aku sempat dikerjai oleh Bang Ali Sadli sebelum ia mengisi materi. Dia bilang tidak tahu jalan menuju ke Perpustakaan Kota dan sudah mutar-mutar tapi tidak ketemu. Otomatis aku langsung bereaksi mau jemput dia. Secara, rasa empati aku kan tinggi ya? Hahaha ... apaan sih? Aku bercanda saja kok.
Ternyata saat aku izin dengan Pak Amien Wangsitalaja yang sedang menyampaikan materi kepenulisan, Bang Ali sudah duduk santai di luar bersama panitia. Pak Amien yang mengatakan kalau beliau sudah lama sampai. Otomatis aku langsung keluar dari ruangan dan menghampiri Bang Ali. Aku tinju saja pundaknya dan dia tertawa lebar sudah berhasil mengerjaiku. Iih ... pematerinya nyebelin banget kan? Kebayang lah waktu ngasih materi, dia sering kali menggodaku dan membuat aku tidak bisa menahan tawa. Bukan hanya ketika menjadi pemateri, hari-hari biasa juga dia sudah biasa ngolokin aku. Ya Allah ... kenapa banyak kali orang senang meledek dan menggodaku? Apa aku ini terlalu lucu? Hadeuuh ...!
Oke, lupakan soal Bang Ali Sadli.
Kita lanjut ke cerita berikutnya.
Jadi, usai sesi foto bersama. Mas Abi mengajakku untuk main ke Kopaja. Wah ... aku seneng banget dong ya karena akhirnya bisa bertandang ke Kopaja. Jelas saja ajakannya langsung aku iyakan.
Mas Abi adalah pendiri Kopaja, komunitas sosial yang membina anak-anak jalanan di kota Balikpapan dan sudah berdiri selama 19 tahun.
Ada banyaaaaak sekali hal yang menginspirasi dari kopaja. Rasanya, aku ingin berlama-lama ada di Kopaja. Sangat menyenangkan. Anak-anak binaan Mas Abi sangat welcome. Menyambutku dengan ramah.
Saat aku datang, dua orang anak sedang duduk di bibir kolam kecil yang ada di sana. Satunya bermain ponsel sedang satunya lagi mengamati. Tak lama kemudian datang seorang anak kecil membuka kunci pintu rumah singgah itu dan ketiganya masuk ke dalam. Aku langsung ikut saja masuk karena memang sudah dipersilakan oleh mereka.
Tak lama Mas Abi dan ketiga temanku muncul. Aku sampai terlebih dahulu karena aku mengendarai motor sampai ke ujung gang. Sedangkan Mas Abi dan dua orang lagi naik Grab. Jadi, harus jalan kaki terlebih dahulu untuk masuk gang. Begitu juga dengan Hendi yang tidak berani menurunkan motornya ke dalam gang karena jalan lumayan curam. Aku saja yang nekat turun dengan modal sok berani. Secara sudah lama tidak mengendarai sepeda motor. Tapi, lumayan lah aku sering ngetrail waktu kerja di perkebunan. Jadi, nggak begitu takut asal kondisi rem baik-baik saja.
Saat Mas Abi datang, anak-anak sedang membersihkan ruangan. Mereka begitu menurut dan menyayangi Mas Abi. Bahkan seorang anak menyuguhkan minuman pada kami saat kami sudah duduk di dalam ruangan itu. Posisi duduk kami berpindah, berpindah pula minuman itu. Anak-anak melakukannya dengan inisiatif sendiri. Mereka sudah peka dengan keadaan di sekitar.
Mas Abi sharing pengalaman panjang lebar pada kami. Ada pajangan foto-foto aktivitas Kopaja sejak 19 tahun yang lalu. Saat Mas Abi masih berjuang membina anak-anak jalanan hanya beralas karpet dan beratapkan terpal. He is so amazing! Aku nggak tahu bagaimana cara Tuhan melahirkan hati malaikat dalam dirinya. Aku sampai bingung. Sampai nggak tahu harus ngomong apa. Semuanya begitu mengagumkan bagiku.
Ada banyak karya anak-anak yang terpajang di sana. Bukan hanya itu. Ada juga karya ibu-ibu rumah tangga berupa bross, hijab dll. Kebetulan di situ ada ruangan menjahit yang merupakan donasi dari kawan-kawan yang peduli terhadap pergerakan Kopaja.
Specially ...!
Tempat ini sangat spesial bagiku. Tak hanya tempatnya, tapi juga pendirinya dan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Bukan hal yang mudah untuk membuat tempat yang istimewa ini.
Itulah sebabnya, besok aku akan kembali singgah ke sana. Karena bagiku, 2 jam di sana masih sangat kurang. Aku masih ingin mendengar banyak cerita dari Mas Abi. Masih ingin menikmati tempat itu.
Aku salut.
Aku terharu.
Anak-anak jalanan yang doyan ngelem dan pergaulannya buruk bisa menjadi anak-anak baik di tempat ini. Tentunya pengabdian Mas Abi selama bertahun-tahun menghasilkan kebahagiaan yang tak terkira. Bahagia ketika berhasil merangkul anak-anak yang tidak suka belajar, tidak mau sekolah menjadi anak-anak yang gemar belajar dan mengerti arti pentingnya pendidikan.

Terima kasih Mas Abi untuk pelajaran hidup hari ini.
Semoga esok kita masih bisa dipertemukan di tempat yang sama.

Selamat malam semua ...!
Maaf kalau tulisan ini rada nggak jelas karena aku tulis dalam keadaan sudah mengantuk.
Salam inspirasi, salam literasi ...!

#DWPF
#DWPFDiary

Sunday, June 21, 2020

Salah Tempat


Source: pixabay.com


Salah tempatku menabur rindu.
Salah tempat kugoreskan tintaku.

Dulu kita tak saling tahu.
Alangkah indahnya tetap begitu.

Bukan karena aku membencimu.
Aku baru sadar, tak pantas jadi bagian hidupmu.
Walau hanya satu nafas dalam hidupmu.

Mungkin aku akan rindu...
Pada canda tawa kita hari itu...

Namun waktu tak selamanya akan begitu...
Ada saat kisah kita tak lagi semu...

Hari ini, esok atau nanti...
tiada itu pasti.
Jadi jangan tangisi ...!
Sekalipun aku tak kan pernah kembali.
Sekalipun nyawaku tak kan pernah di sini lagi.
Sekalipun nadiku berkata ... saatnya kau kembali pada Illahi.

Maka ingatlah aku ...
Sekalipun jadi bagian terpahit dalam dirimu


~Rin Muna~
East Borneo, 24 November 2018
Di antara malam-malam yang panjang.
Di antara mimpi-mimpi yang jadi bayang.
Di antara lelap dalam tidur panjang.

Wednesday, June 10, 2020

[Novelme] - Jodoh Setengah Mati by Yuyun Septisia





Menurut Mayang, David pernah bercerita tentang Resti, wanita yang menurutnya sangat cerdas dan menyenangkan. Mereka berpacaran sejak SMA, melewati banyak waktu dan ujian, namun David yakin, wanita itu memang disiapkan Tuhan untuknya.
Sial.
Aku jadi sedikit cemburu mendengarnya namun kembali kuingat lagi fakta bahwa delapan hari lagi, semua ini akan kuakhiri dengan manis. Menikahinya.
Yang kutahu, dia bukan wanita kaleng-kaleng. Pasti dia bertahan untuk tidak lagi berpaling hati, buktinya tadi dia menelponku, mengatakan hal-hal romantis dan sedikit menggoda.
Ponselku berbunyi, kuintip dari Tante Indri.
Mengingatkan agar mulai Senin, tak ke kantor dulu, hingga tiba hari 'H' harus menjaga jarak dan pertemuan dengan Resti. Katanya, tidak baik sepasang mempelai sering bertemu mendekati hari pernikahan.
Padahal dulu, aku dan mendiang istriku biasa saja, bahkan sehari sebelum menikah, kami sempat makan malam berdua. Namun akan kuturuti semua anjuran dari Tante Indri kali ini.
Aku tak ingin mengambil resiko apapun dengan pernikahanku ini. Semua acara untukku akan di gelar di rumah Tante Indri, berikut rangkaiannya, beliau yang mengurus.
Ada beberapa tahapan yang baru kali ini kulalui, salah satunya, pengajian. Khataman Al Qur'an dan siraman. Semua itu tanpa kehadiran Mama entah seperti apa rasanya.
"Kenapa Mas?" Mayang menyentuh tanganku.
"Aku kangen calon istriku, May." jawabku perlahan, entah itu melukainya atau tidak, aku hanya ingin mengatakan yang kurasakan saat ini.
Mayang nampak memahami keadaanku. Dia menceritakan tentang Resti. Ternyata dia sudah lama mengetahui hubungan Mayang dan David. Hanya saja memilih diam, menjaga hubunganku dan Mayang agar tetap baik-baik saja.
Resti, banyak hal yang dia simpan sendiri, hingga mungkin satu-satunya cara meluapkan segala gundah itu, adalah marah. Dia sering sekali marah.
Lalu kuingat besok hari Minggu, dan kami mulai tak boleh bertemu itu hari Senin. Artinya aku masih punya satu hari untuk kuhabiskan dengannya.
Tapi mau ke mana, dan berbuat apa, masa kami harus latihan, hahaha. Tidak, Alfin. Kamu jangan gila.
Aku senyum-senyum sendiri mengingat kedua kali kucium bibirnya, di parkiran saat itu. Matanya melotot, ingin marah. Namun sedetik kemudian segara ku akhiri ketika dua manik matanya mulai terpejam ... itu gawat.

>>>>> Only on Novelme <<<<<<<

Yuk, Baca cerita selengkapnya hanya di Aplikasi Novelme atau klik judul di bawah ini:

Jodoh Setengah Mati by Yuyun Septisita 

Wednesday, June 3, 2020

Menabung untuk Akhirat - Mengajarkan Berbagi Sejak Kecil

Source: rinmuna.com


Aku bukanlah orang Ä·aya yang punya banyak uang. Tapi, aku selalu berusaha memberi apa yang mampu aku beri untuk orang yang membutuhkan.

Bisa berbagi, adalah hal yang paling membahagiakan. 

Sejak kecil, aku memang senang berbagi apa yang aku miliki. Yah, selama aku punya dan mampu untuk memberi orang lain.

Menjadi dermawan, bukanlah hal yang mudah. Kalau aku, meski punya taman baca, aku merasa belum menjadi orang yang dermawan. Sebab, terkadang aku juga masih berat hati memberikan sesuatu pada orang lain.

Karena kekuranganku ini, aku berusaha mengajarkan si kecio untuk berbagi. 

Setelah mengajarinya menabung. Aku mengajari dan membiasakan dia menabung di kotak amal. Awalnya, ketika aku makan di salah satu restoran / rumah makan. Biasanya, di pintu masuk selalu ada kotak amal. Aku mengajari anakku untuk menabung di sana.

Sampai hari ini, anakku belum tahu apa istilah "bersedekah" atau "beramal". Yang dia tahu, hanya istilah menabung setiap kali melihat kotak amal.

Dia selalu bersemangat untuk menabung di kotak amal. Terlebih, saat aku berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan. Ada kotak amal kecil yang berupa tabungan. Alhasil, Livia sangat bersemangat untuk menabungkan uangnya di kotak amal tersebut.

Mengajarkan si kecil untuk berbagi. Memang harus dilakukan sejak dini. Sebab, jika orang tua tidak membiasakan anaknya berbagi sejak kecil. Mereka akan terbiasa menyimpan uang atau makanan untuk dirinya sendiri dan tidak mau berbagi.

Oleh karenanya, aku mencoba membiasakan si kecil untuk menabung di akhirat. 

Sebab kotak amal adalah amalan jariyah bagi si kecil.

Semua orang tua, ingin melakukan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk membekali anak-anaknya dengan kepribadian, moral, agama dan ilmu yang bermanfaat.

Sampai sini dulu tulisan dari aku.

Maaf, curhat mulu...

Jadi Penulis, Nggak Bisa Mapan? Masa Sih?


 


 Hai ... hai ...!
Apa kabar nih? Semoga selalu baik aja setiap harinya ya...


Oh ya, kali ini aku mau berbagi sedikit cerita. Mmh ... sebagai blogger dan juga penulis novel, tentu ada suka-dukanya dong. Terlebih saat awal-awal belajar nulis dan masuk ke dunia penulisan. Kalau niat menulis sudah berkiblat sama uang, kayaknya nggak bakal jadi penulis yang tangguh. Naskahnya baru ditolak sekali, pasti udah nge-down dan nggak mau nulis lagi.

Yah, awalnya juga aku pernah mikir buat berhenti nulis. Lanjut ngerjain kerjaan sehari-hari aja. Jadi ibu rumah tangga sekaligus menjahit. Lumayanlah bisa dapet-dapet uang jajan buat anak-anak. Daripada ngelamun.

Yang namanya jodoh, emang nggak ke mana. Aku tuh udah muter-muter cari tempat nulis yang paling cocok dan nyaman buat aku. Awalnya, aku nulis di GWP ( Gramedia Writing Project ). Tapi, di sana bener-bener stuck banget naskahku. Selain nggak bisa komunikasi dengan CS, pembacanya juga masih bisa dihitung pakai jari. Bahkan penulis yang penjualan novelnya udah best seller, pembaca di sana nggak banyak. Nunggu digaet sama pihak Gramedia? Kayaknya ... nggak bakalan mungkin deh.

Sampai suatu hari, aku baru menyadari ketika ada teman yang bertanya, "Naskahnya mau diapain setelah diposting di sana, Kak?"
Pertanyaan itu bener-bener bikin aku terpukul. Bener juga. Di sana, emang nggak ada ikatan yang jelas. Berharap editor bakal ngelirik naskah aku? Ngimpi sampai sepuluh tahun ke depan pun rasanya nggak mungkin.

Akhirnya, aku nyoba platform orange yang emang nge-hits di kalangan anak muda, yakni Wattpad. Eh, di sana juga aku nggak begitu nyaman. Jelas kalah dengan mereka yang udah punya nama duluan. Di sana, naskah juga nggak ada editor. Asal nulis aja. Bikin aku sulit untuk berkembang.
Setelahnya, aku coba nulis di Storial. Semua naskah yang ada di Wattpad aku pindahin gitu aja ke Storial. Mmh ... masih sama. Aku nggak punya pembaca di sana dan ngajuin bab berbayar ditolak mulu. So, aku emang nggak bakal dapet apa-apa.


Sampai akhirnya, aku ketemu sama Novelme saat aku udah mulai putus asa karena aku sama sekali nggak punya pembaca. Saat itu, aku ngerasa tulisanku emang bener-bener buruk dan nggak ada yang mau baca. 

Saat berada di titik terbawah, Novelme memberikan angin segar untukku. Awalnya, aku tertarik karena ada kompetisi yang hadiahnya lumayan. Sebenarnya, aku bukan ngincar hadiahnya sih. Tapi lebih kayak menantang diri sendiri buat tetep semangat nulis.

Saat itu, aku belum mengenal webnovel. Aku menulis novel yang hanya berisi 12 bab, terdiri dari 37 ribu kata yang aku beri judul "Alluna Wedding Party". Sampai akhirnya, aku bisa merilis webnovel dengan nama pena baru "Vella Nine".

Aku bener-bener nggak nyangka kalau aku bisa dapet uang dari menulis. Di Novelme, aku dapet penghasilan dari penjualan bab berbayar, hadiah pembaca dan bonus bulanan. Dari hasil menulis, aku sudah bisa membeli 1 unit sepeda motor.

Nggak ada yang nggak mungkin kalau kita selalu berusaha dan bekerja keras. Sekarang, aku bahkan berpikir untuk melepaskan semua kegiatanku yang lain dan fokus menjadi full time writer di novelme. Tapi, karena aku masih mencintai dunia seni juga dan banyak orang yang membutuhkanku. Aku akan berusaha menjalani semuanya dengan senang hati. Toh, menulis juga bisa dilakukan sambil bersantai. Bukan pekerjaan yang sulit, hanya saja, butuh riset yang cukup lama dan sedikit rumit.

Di Novelme, hal yang semula nggak mungkin, bisa jadi mungkin.





 Ada banyak hadiah dan bonus yang bisa kamu dapetin di Novelme. Di sana, karya kamu juga banyak diapresiasi oleh pembaca. No kaleng-kaleng and no tipu-tipu, deh. Soalnya, aku juga udah ngerasain sendiri. Bisa dapet uang jajan dari menulis webnovel. Pastinya butuh ketekunan dan kerja keras. Tidak mudah menyerah, apalagi ketika dapet kripik pedas, eh ... kritik pedas maksudnya.

  


 Gimana caranya biar novel kita bisa menghasilkan uang?
Yah, harus konsisten update novelnya setiap hari. Karena, pembaca tuh nggak suka kalau nunggunya kelamaan. Jadi, kudu rajin update biar pembaca kita tetap stay dan setia baca tulisan-tulisan terbaru kita. Kita juga harus bisa membangun kedekatan dengan pembaca. Menyapa melalui media sosial atau footnote tulisan kita. 

Selain itu, kita juga harus mempelajari selera pasar. Jangan sampai kita bikin tema yang nggak marketable sehingga sulit untuk masuk ke dunia pembaca kita. Soalnya, aku udah ngerasain naskahku ditolak mentah-mentah karena tema yang aku pilih nggak marketable. Hahaha ... Padahal, aku udah ambil tema Romance-Culture yang modern. Tapi, tetep aja ditolak. Jadi, selera pasar sangat berpengaruh sama hasil menulis kita.

Sering melakukan evaluasi pada tulisan kita. Kritik dari pembaca, bisa dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi dan berinovasi agar tulisan kita tidak membosankan dan gitu-gitu aja.


So, buruan gabung ke Novelme dan dapetin bonus-bonusnya hanya bermodalkan gadget dan jari tangan kamu. Stay at home, sambil rebahan bisa menciptakan uang loh.



Cukup sampai di sini tulisan dari aku. Sampai jumpa di tulisan berikutnya ... Zaijian ...!




Salam hangat,


Rin Muna









Tuesday, June 2, 2020

Cara Asyik Jadi Penulis Produktif


Hai ... hai ... hai ...!
Apa kabra? Eh, apa kabar?

Tau nggak sih, hari ini tuh alu kesel banget, soalnya hari ini aku cuma bisa nulis 1 bab novel dan 1 artikel buat blog aku.
Biasanya, aku nulis minimal 3.000 kata dalam sehari walau aku banyak kegiatan dan kesibukan.

Entah kenapa, aku ngerasa nulis itu udah kayak narkoba, bikin candu. Hihihi ...

Kalau kata temen penulis yang lain, aku termasuk salah satu penulis yang produktif. Mmh ... aku nggak ngerti ukuran penulis produktif itu seperti apa. Yang jelas, aku memang lebih suka menghabiskan waktuku duduk santai sambil nulis.

Kayak yang lagi aku lakuin sekarang, aku nulis tulisan ini sambil ngajarin Livia belajar mewarnai karena dia masih pendidikan PAUD (Kelompok Bermain).
Walau masih berusia 5 tahun, Livia sangat mengerti kegiatan mamanya sebagai seorang penulis novel. Ia tidak pernah mengganggu saat mamanya sedang menulis di laptop atau pun di hape.

Saat ini, aku sering menghabiskan waktu luangku untuk menulis sebuah webnovel. Yah, karena tuntutan dari pembaca, saat ini aku memang kejar tayang terus. Aku harus menulis minimal 3.000 kata dalam sehari untuk satu webnovelku. Belum lagi menulis artikel atau sekedar curhat di blog ku. Hahaha ...

Karena setiap hari aku memang selalu menghasilkan tulisan, aku sering dijuluki sebagai penulis produktif. Yah, cita-citanya memang pengen bisa konsisten dan produktif menulis sih.

Terus, gimana sih caranya biar kita tuh bisa jadi penulis produktif?
Kadang, kegiatan keseharian kita jadi alasan buat nggak nulis sepatah kata pun. Padahal, kalau nulis status di sosmed, rajin banget loh.

Nah, kali ini aku mau berbagi tips ke kalian, gimana caranya jadi penulis yang produktif.
Simak di bawah ini ya!



1. Nulis kapan pun, di mana pun

Saat aku ada waktu luang, bisa aku gunakan untuk menulis. Tak peduli kapan pun dan di mana pun. Aku nggak punya jam tertentu untuk menulis karena kesibukan aku yang padat banget. Jadi, aku memanfaat waktu kapan pun dan di mana pun untuk menulis. Kadang, di sela-sela menjahit, aku selalu menyempatkan untuk menulis saat istirahat. Atau sebaliknya, saat nulis dan butuh ide, biasanya aku cari kegiatan lain dulu.

Aku juga sering banget nulis di sela-sela acara pertemuan atau rapat. Saat ada waktu untuk istirahat, aku selalu menggunakannya untuk menulis. Maybe, orang-orang akan menilai aku sombong atau introvert banget. Yah, karena aku memang lebih suka ngabisin waktu luangku buat nulis daripada gosipin kehidupan orang lain. 
Kalau mau produktif, bisa nulis kapan aja dan di mana aja. Asalkan ponsel kamu tetep on, kamu bisa mencurahkan isi hatimu di mana saja.

2. Segera mencatat ide

Ide, kadang datangnya di saat yang tak terduga.
Yah, kadang kita sampai uring-uringan nyari ide tapi nggak ketemu. Eh, pas lagi asyik nongkrong di toilet, tiba-tiba aja ide berseliweran di atas kepala. Ngeselin banget kan?
Nah, karena ide itu datengnya tak terduga. Aku perlu mencatat ide yang tiba-tiba muncul. Jangan sampai, ide yang udah berseliweran itu nggak ada yang bisa kita tangkap satu pun. Kudu langsung ditulis tuh ide biar nggak nguap gitu aja.

3. Manfaatkan Media Sosial sebagai sumber Motivasi

Nah, buat kamu yang suka main-main sosmed nih. Bisa banget manfaatin media sosial buat jadi sumber motivasi. Karena di media sosial ada banyak banget penulis yang memotivasi. Yang lebih efektif adalah motivasi dari pembaca. Gunakan media sosial untuk mempromosikan tulisanmu dan mendapatkan motivasi dari pembaca kita. Kritik baik dan buruk menjadikan kita semakin termotivasi lagi loh.


4. Kumpulkan Inspirasi

Setiap hal yang ada di sekitar kita bisa menjadi inspirasi loh. Bahkan rumput yang bergoyang aja bisa jadi inspirasi. Perubahan cuaca juga bisa menjadi inspirasi untuk menulis.
So, kumpulin aja inspirasi sebanyak-banyaknya. Bisa dengan berjalan-jalan, menonton film, baca buku atau mendengarkan curhatan teman kita.

Nah, inilah tips menjadi penulis produktif yang bisa aku share ke kamu.
Semoga bermanfaat dan tetap menulis setiap hari ya!


Jangan lupa, baca webnovel "THEN LOVE" dan "PERFECR HERO" hanya di aplikasi Novelme.





Moment Membahagiakan di Hari Raya Idul Fitri



Rabu, 20 Mei 2020 adalah salah satu hari yang paling membahagiakan dalam hidupku. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya aku dikaruniai seorang anak laki-laki.

Pagi itu, usai sahur dan sholat subuh,aku ngerasa perutku mules banget. Awalnya, aku pikir cuma karena mau BAB doang. So, aku pergi ke toilet dan akhirnya BAB seperti biasa.

Setelahnya, aku kembali berbaring di kamar. Mules itu datang lagi. Alhasil, aku pakai untuk tetap jalan-jalan pagi di depan rumah. Saat itu, aku belum menyadari tanda-tanda kalau aku mau melahirkan. Karena, walau sering mules, aku tidak mengeluarkan cairan apa pun dari jalan lahir.

Berbeda dengan kelahiran anak pertama yang tidak merasakan mules terlebih dahulu, namun keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.

Aku sudah merasa kalau akan melahirkan, namun masih menunggu tanda melahirkan lainnya seperti keluar cairan, lendir atau darah. Namun, tak kunjung mengeluarkan cairan dari jalan lahir sementara mules yang melanda semakin sering.

Alhasil, aku langsung menelepon bidan desa dan memberitahukan keadaanku. Beberapa menit kemudian, bidan datang ke rumah untuk mengecek. Alhamdulillah, sudah pembukaan tiga. Tapi aku masih pakai untuk jalan pelan-pelan seperti biasa karena tidak mengeluarkan cairan apa pun dari jalan lahir.

Sekitar pukul 08.30 WITA, akhirnya aku naik ke Pusban (Puskesmas Pembantu) untuk melakukan proses persalinan.

Kata bidan, kunci sukses melahirkan adalah rileks. Tidak boleh khawatir atau panik berlebihan. Stay happy aja gitu. So, aku masih bisa melempar candaan meski saat kontraksi rasanya sangat-sangat sakit. Aku bahkan masih sempat menikmati sarapan dengan lahap, supaya punya tenaga banyak saat mengejan.

Sudah beberapa kali kontraksi, tapi air ketuban tak kunjung pecah. Aku merasa ingin BAB dan pinggangku semakin sakit. Kata bidan, tunggu pecah ketuban barulah bersiap-siap untuk membuka kaki lebar-lebar agar proses melahirkan menjadi lebih mudah.

Saat mengejan lagi, dua bidan yang membantu persalinan berteriak dan meminta aku membuka kaki lebar-lebar. Saat itu, aku tidak menyadari kalau yang akan keluar adalah bayi karena air ketuban belum pecah. Alhasil, bidan membantuku meraih kakiku sendiri dan membukanya lebar-lebar.

Tepat pukul 11.05 WITA, ketika kontraksi hilang, aku baru menyadari kalau anakku sudah keluar bersama pembungkus bayinya alias masih berenang-berenang di dalam air ketuban. Karena bayi yang aku lahirkan tidak langsung menangis, sehingga aku tidak langsung menyadarinya.

Aku merasa, Allah memberikan kemudahan pada proses kelahiranku kali ini. Aku tidak merasakan sakit atau perih pada jalan lahirku. Semuanya terasa ringan dan mudah.

Aku sangat bersyukur karena diberikan berkah di bulan suci Ramadhan berupa seorang anak laki-laki.
Anak pertamaku, Alifia Shaumi Aleshana juga lahir pada tanggal 30 Ramadhan. Lima tahun setelahnya, aku melahirkan seorang bayi laki-laki pada tanggal 27 Ramadhan dan aku beri nama Marga Mahesa Yudistira.

Tentunya, setiap hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang paling membahagiakan dalam hidupku karena kedua anakku terlahir pada akhir Ramadhan. Menjadi hadiah terindah di Hari Kemenangan (Idul Fitri).

Aku sangat berharap, keduanya bisa menjadi anak yang sholeh/sholehah. Mampu menghadapi kerasnya kehidupan di masa depan dan bermanfaat bagi orang-orang di sekeliling mereka.



to Alifia & Marga, Mama always love you ...

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas