Tuesday, June 2, 2020

Moment Membahagiakan di Hari Raya Idul Fitri



Rabu, 20 Mei 2020 adalah salah satu hari yang paling membahagiakan dalam hidupku. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya aku dikaruniai seorang anak laki-laki.

Pagi itu, usai sahur dan sholat subuh,aku ngerasa perutku mules banget. Awalnya, aku pikir cuma karena mau BAB doang. So, aku pergi ke toilet dan akhirnya BAB seperti biasa.

Setelahnya, aku kembali berbaring di kamar. Mules itu datang lagi. Alhasil, aku pakai untuk tetap jalan-jalan pagi di depan rumah. Saat itu, aku belum menyadari tanda-tanda kalau aku mau melahirkan. Karena, walau sering mules, aku tidak mengeluarkan cairan apa pun dari jalan lahir.

Berbeda dengan kelahiran anak pertama yang tidak merasakan mules terlebih dahulu, namun keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.

Aku sudah merasa kalau akan melahirkan, namun masih menunggu tanda melahirkan lainnya seperti keluar cairan, lendir atau darah. Namun, tak kunjung mengeluarkan cairan dari jalan lahir sementara mules yang melanda semakin sering.

Alhasil, aku langsung menelepon bidan desa dan memberitahukan keadaanku. Beberapa menit kemudian, bidan datang ke rumah untuk mengecek. Alhamdulillah, sudah pembukaan tiga. Tapi aku masih pakai untuk jalan pelan-pelan seperti biasa karena tidak mengeluarkan cairan apa pun dari jalan lahir.

Sekitar pukul 08.30 WITA, akhirnya aku naik ke Pusban (Puskesmas Pembantu) untuk melakukan proses persalinan.

Kata bidan, kunci sukses melahirkan adalah rileks. Tidak boleh khawatir atau panik berlebihan. Stay happy aja gitu. So, aku masih bisa melempar candaan meski saat kontraksi rasanya sangat-sangat sakit. Aku bahkan masih sempat menikmati sarapan dengan lahap, supaya punya tenaga banyak saat mengejan.

Sudah beberapa kali kontraksi, tapi air ketuban tak kunjung pecah. Aku merasa ingin BAB dan pinggangku semakin sakit. Kata bidan, tunggu pecah ketuban barulah bersiap-siap untuk membuka kaki lebar-lebar agar proses melahirkan menjadi lebih mudah.

Saat mengejan lagi, dua bidan yang membantu persalinan berteriak dan meminta aku membuka kaki lebar-lebar. Saat itu, aku tidak menyadari kalau yang akan keluar adalah bayi karena air ketuban belum pecah. Alhasil, bidan membantuku meraih kakiku sendiri dan membukanya lebar-lebar.

Tepat pukul 11.05 WITA, ketika kontraksi hilang, aku baru menyadari kalau anakku sudah keluar bersama pembungkus bayinya alias masih berenang-berenang di dalam air ketuban. Karena bayi yang aku lahirkan tidak langsung menangis, sehingga aku tidak langsung menyadarinya.

Aku merasa, Allah memberikan kemudahan pada proses kelahiranku kali ini. Aku tidak merasakan sakit atau perih pada jalan lahirku. Semuanya terasa ringan dan mudah.

Aku sangat bersyukur karena diberikan berkah di bulan suci Ramadhan berupa seorang anak laki-laki.
Anak pertamaku, Alifia Shaumi Aleshana juga lahir pada tanggal 30 Ramadhan. Lima tahun setelahnya, aku melahirkan seorang bayi laki-laki pada tanggal 27 Ramadhan dan aku beri nama Marga Mahesa Yudistira.

Tentunya, setiap hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang paling membahagiakan dalam hidupku karena kedua anakku terlahir pada akhir Ramadhan. Menjadi hadiah terindah di Hari Kemenangan (Idul Fitri).

Aku sangat berharap, keduanya bisa menjadi anak yang sholeh/sholehah. Mampu menghadapi kerasnya kehidupan di masa depan dan bermanfaat bagi orang-orang di sekeliling mereka.



to Alifia & Marga, Mama always love you ...

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas