Thursday, April 7, 2022

FIZZO : Aplikasi Baca Terbaik yang Jadi Favorite Pembaca dan Penulis

 




Fizzo adalah salah satu platform baca-tulis yang saat ini menjadi favorite pembaca dan penulis karena memberikan keuntungan lebih. 
Pembaca disuguhkan oleh bacaan gratis sampai tamat dan penulis tetap mendapatkan penghasilan karena karyanya dikontrak dan dibayar oleh platform tersebut.
Platform/aplikasi yang diluncurkan pada 26 April 2021 sudah diunduh sebanyak 5juta lebih pengguna hanya dalam kurun waktu 1 tahun. Platform ini termasuk platform yang berani membayar mahal penulis di awal dan pembaca tetap bisa mengakses bacaan secara gratis.
Kenapa saya bilang berani? Karena tidak semua platform memiliki keberanian seperti ini. Bisa dibilang, Fizzo adalah sebuah aplikasi besar yang diluncurkan oleh Poligon (Developer) di bawah naungan perusahaan ByteDance. Semua orang tahu bahwa ByteDance adalah sebuah perusahaan besar yang meluncurkan aplikasi TikTok pada 7 Mei 2017 dan sudah didownload oleh lebih dari 500 juta pengguna internet di dunia.

Masih belum mengerti, kenapa perusahaan kelas kakap seperti ByteDance memilih untuk meluncurkan platform baca di saat aplikasi video kreatifnya sudah sangat mendunia.

Fizzo juga diperkirakan akan menjadi platform baca nomor 1 di dunia yang menghadirkan banyak bacaan berkualitas secara gratis dan tetap menghargai penulisnya.

Fizzo memiliki banyak penawaran untuk penulis baru. Hingga Maret 2022, Fizzo menarik banyak penulis berpotensi untuk bergabung dengan platform ini agar semakin banyak orang yang mendownload aplikasi ini. Termasuk saya yang sudah menandatangani kontrak dengan Fizzo pada Desember 2021 dan merilis satu buah novel berjudul "Suami untuk Istri" pada Januari 2022.

Fizzo berani membayar beberapa penulis berpotensi dengan perhitungan Basic Fee sebesar 4$-20$ tergantung kualitas bacaan dan massa yang bisa ditarik oleh penulis itu untuk menggunakan aplikasi ini. Selain Basic Fee, penulis dengan kontrak ekslusif juga masih diberikan bonus daily 150$ untuk minimum update 60.000 kata dalam 1 bulan. Bonus daily tentu hanya bisa didapatkan untuk kamu yang rajin update setiap harinya. 
Selain bonus daily, ada bonus apa lagi? 
Ada banyak.
Ada bonus sign fee senilai 50% apabila kamu berhasil menandatangani kontrak pertama kamu. Kemudian, ada bonus pembagian hasil iklan yang bisa kamu dapatkan sesuai dengan jumlah penayangan novel kamu.
So, berminat nulis di Fizzo?
But, April 2022 ini ... peraturan Fizzo sudah berubah banyak. Apa aja yang berubah? Nanti aku ulas di artikel selanjutnya kalau kalian mau.

Soalnya, aku mau bahas yang lain lagi. Yaitu, keuntungan pembaca yang membaca di aplikasi ini.
Untuk pembaca yang suka dengan novel gratis berkualitas, Fizzo adalah tempat yang paling tepat. Kenapa? Karena aplikasi ini benar-benar memberikan akses bacaan gratis ke pengguna dengan tampilan yang nyaman banget. Selain itu, kamu bisa gunakan audiobook-nya secara otomatis untuk mendengarkan novel. Buat emak-emak yang sering repot, bisa banget baca lewat audibook dan tetep asyik. Selain itu, novel ini juga bisa dibaca secara offline saat kamu sudah mengunduhnya. Asyik banget, kan?

Fitur di aplikasi ini juga mudah digunakan dengan tampilan yang nyaman dan dinamis. Rata-rata, pembaca novel adalah orang-orang yang berusia di atas dua puluh tahun. Sehingga, mereka menginginkan fitur yang nyaman di mata. Tidak terlalu banyak menu atau gambar-gambar yang mengganggu konsentrasi baca dan tetap nyaman. Fizzo, memberikan ruang untuk membaca dengan nyaman seperti sedang membaca buku sungguhan.
Selain itu, Fizzo juga sudah menghadirkan fitur pop-up notifikasi setiap kali novel favorite yang udah kamu masukin rak itu melakukan update karya. Jadi, kamu nggak perlu khawatir ketinggalan cerita dari author kesayangan kamu. Karena, notifikasi akan langsung muncul dan author tetep bisa fokus berkarya tanpa terdistraksi oleh hal-hal kecil, seperti harus memberikan announcement tentang novelnya yang baru di-update.

Itulah keuntungan penulis dan pembaca di aplikasi Fizzo. 
Kalau kamu bagian dari mana, nih? Pembaca, penulis atau pembaca yang jadi calon penulis?

Share pengalaman kamu di Fizzo dan diskusikan di kolom komentar ini, ya!


Much Love,

Rin Muna




Sunday, April 3, 2022

Awal Ramadan yang Menyedihkan


Ramadan tahun ini ... bisa dibilang adalah ramadan yang menyedihkan buat aku dan keluarga kecilku.
Kenapa?
Karena ... ramadan tahun ini benar-benar aku jalani seorang diri. Makan sahur hanya sendirian saja. Yang biasanya aku selalu bersama mbah, sekarang tidak lagi.
Sejak mbah lanang meninggal pada 20 Oktober 2021 lalu, rumahku menjadi lebih sepi. Aku hanya tinggal bersama dua anakku dan mbah perempuan. 
Sebulan yang lalu, mbah perempuan yang biasa tinggal denganku pun pergi meninggalkan aku. Dia sangat ingin tinggal di Kutai Barat bersama dengan keponakan-keponakan kesayangannya dan aku tidak mungkin mencegahnya. Sebab, sejak dulu memang memiliki keinginan untuk tinggal di sana.
Alhasil, aku hanya tinggal bersama dua anakku. Puteriku yang masih berusia enam tahun dan puteraku yang baru menginjak usia dua tahun. 
Awalnya, puteriku sangat antusias dan bahagia menyambut bulan suci ramadan. Dia terlihat begitu bersemangat ingin menjalani puasa seharian penuh, meski tidak tahu nantinya.
Semangatnya itu tiba-tiba sirna saat sehari sebelum menjelang puasa, dia tiba-tiba terserang demam tinggi bersamaan dengan adiknya. Seharian, dia hanya berbaring di kamar. Sedikit makan dan minum obat, tapi tak kunjung membuat panasnya reda. Ditambah lagi dengan muntah-muntah dan diare semalaman.
Karena sakit inilah, membuat puteriku tidak bisa ikut berpuasa pada 1 Ramadan tahun ini. Yang aku pikir akan sahur bareng bersama puteriku, ternyata malah harus menikmati waktu sahurku seorang diri.
Tapi ada satu hal yang masih bisa membuatku tersenyum dan tidak terlalu sedih karena hidup sendiri. Apa itu?
Puteriku bangun saat aku sedang makan sahur sendirian di dapur dan dia menemaniku duduk di meja makan.
"Mbak mau makan? Makan dulu, ya! Nggak usah puasa karena lagi sakit," pintaku pada puteriku.
Puteriku mengangguk. "Tapi aku mau makan nasi aja."
Aku tersenyum dan llangsun menyodorkan nasi pemberian dari tetangga semalam. Dia mau makan nasi itu meski hanya beberapa suap. Tiga sendok pun, mungkin tidak sampai. Aku tahu, bagaimana rasanya saat sedang sakit dan sulit untuk menikmati makanan. Jadi, aku juga tidak memaksanya makan banyak. Aku hanya memberinya obat penurun panas kembali setelah ia selesai makan.

Bisa dibilang, Ramadan tahun ini adalah Ramadan yang paling menyedihkan karena aku harus sahur seorang diri dan dua anakku dalam keadaan sakit.
Kalau kamu?
Bagaimana Ramadanmu tahun ini?
Apakah sendirian sepertiku juga?
Atau ... selalu ramai berkumpul dengan keluargamu?

Yuk, sharing pengalaman keseharian kamu di kolom komentar, ya!


Much Love,
Rin Muna

Puisi | Semakin Jauh

 

“Semakin Jauh”

 

Aku kini tak lagi bisa tersenyum

Aku  kini tak lagi  punya sayap

Sejak kau pergi jauh tinggalkanku

Dan masih penuh bekas luka yang tak jua sirna

 

Kini ku hanya bisa berdiam diri

Ku bagai peri tak bersayap lagi

Dan aku telah kehilangan hati

Yang pernah dalam hidupku beri arti

 

Air mataku kini tak ada arti

Kubiarkan tumpah begitu saja

Menjadi samudera yang tak terhitung luasnya

Yang membuat kita terpisah

Semakin  jauh…..semakin jauh…. dan  semakin jauh

 

Balikpapan, 12 Nopember 2009

Puisi | Aku Ingin ...

 

“Aku Ingin ...”

 


Sat aku mulai  membuka mata

Aku ingin kamu ada di sisiku

Temaniku setiap waktu

 

Saat aku mulai terlelap

Aku ingin kamu tetap di sampingku

Membelai rambutku dan mencium pipiku

Hingga aku damai dalam tidurku

 

Saat aku membuka mata kembali

Aku ingin kamu masih ada di sampingku

 

Dan saat aku menutup mata tuk selamanya

Aku ingin  tetap ada di hatimu

Dan selamanya kau mencintaiku

Karena selamanya kamu ada di hatiku…

 

Balikpapan, 23 Desember 2009

Puisi | Rasa yang Semu

 

“Rasa yang Semu”

 

Angin...

Tolong sampaikan padanya

Bahwa aku benci dia

Dan tak pernah mencintainya

 

Dan jangan katakan yang sejujurnya

Bahwa aku sungguh mencintainya

Bahwa aku membutuhkannya

 

Aku tak ingin dia tahu

Perasaanku baginya semu

Yang aku mau dia tahu

Kalau aku tak pernah merindu

 

Balikpapan, 16 Februari 2009

Tuesday, March 22, 2022

Puisi | Lorong Cinta

 

“Lorong Cinta”

 


Kulangkahkan kakiku menyusuri lorong cinta

Yang kini tak lagi bercahaya

Dalam kegelapan kuterus melangkah

Dengan naluri yang tak meyakinkan

 

Begitu  lelah aku melangkah

Lorong cintaku seakan tak berujung

Begitu penat kurasakan

Tak kuasa ku menahan dahaga

Nafasku pun terasa berhenti…

 

Kenapa lorong cintaku tak berujung..

Kemarin kulihat ada di hadapanku

Sebuah keindahan yang tak henti kuagungkan

Sebuah tempat terindah yang pernah kulihat

Tapi kini semua sirna ditelan kegelapan

 

Aku terus melangkah dalam  kegelapan

Mencoba mencari setitik cahaya

Tapi  tak kutemui sampai sejauh ini

 

Dengan sisa-sisa kekuatanku

Kuraba dinding-dinding cintaku

Ku kumpulkan serpihan hatiku

Ku dekap dengan penuh kelemahan

 

Kakiku seakan layu

Ku terbaring lemah bersama sisa-sisa cintaku

Dalam gelap aku meratap

Meraba cinta yang telah hancur

Aku tak lagi mampu melihatnya

Semua keindahan dalam hidupku

Sirna begitu saja dalam gelapnya cintaku…

 

Balikpapan, 10 Oktober 2009

Monday, March 21, 2022

Puisi | Bayangkan ...!

 

“Bayangkan ...!”

 

 


Bayangkan…!

Bila separuh hatimu menghilang

Masih bisakah kamu mencintai sepenuhnya

 

Bayangkan…!

Bila separuh jantungmu musnah

Masih bergunakah sisa jantungmu

 

Bayangkan…!

Bila sebelah kakimu tak ada

Masih bisakah kamu berdiri tegak

 

Bayangkan…!

Bila indera-inderamu terenggut

Masih bergunakah sisa-sisanya

 

Bayangkan…!

Bila kedua tanganmu tak ada

Masih bisakah kamu memberi dan berbagi

 

 

 

 

Bayangkan…!

Bila  jiwamu melayang tanpa arah

Masih adakah gunanya ragamu…

 

Bayangkan…!

Bila hal terpenting dalam hidupmu menghilang

Apa yang akan kamu lakukan…

 

Apa yang akan kamu lakukan

Saat orang yang paling kamu cintai menghilang dari hidupmu..

Apa yang akan kamu lakukan

saat orang yang paling kamu sayangi menjauh dan membencimu…

 

Balikpapan, 09  Oktober 2009

Puisi | Aku Kini

 

“AKU KINI”

 

Apa kamu tahu…

Bagaimana aku setelah kamu pergi

Apa kamu pernah berpikir

Sedikit saja tentang aku

 

Aku kini seperti pengembara

Terus berusaha mencari cinta yang hilang

Aku kini seperti anak angsa

Yang tak tahu arah kembali

 

Aku  kini seperti kupu-kupu

Yang terbang kelilingi alam ini

Terus mencari rindu-rindu  yang tersisa

 

Aku kini seperti bintang-bintang

Yang tak mampu bersinar kembali

Terus mencari rasa yang pergi entah kemana

 

Aku kini seperti burung-burung jalang

Yang tak mampu menahan rasa lelah

Terus berusaha mengepakkan sayap untuk sisa sayangku

 

Aku kini seperti cacing-cacing

Yang mengembara dalam tanah tandus

Terus berusaha mencari sisa mineral cinta

 

Aku kini seperti semut-semut

Yang beriring dalam kehampaan

Terus berusaha mencari sisa gula cinta

 

Aku kini seperti lebah-lebah

Yang terperangkap di tengah samudera

Terus berusaha  mencari sisa madu cinta

 

Masih adakah nurainimu tuk diriku

Masih adakah cinta yang dulu pernah kau beri

Masih adakah aku…di lembar terkecil dalam  hatimu…

 

Balikpapan, 09 Oktober 2009

Bab 11 - Menepis Benalu

 




Arlita bergelayut manja di lengan Nanda saat pria itu mengantarkannya pulang ke apartemennya. Tak peduli pria itu sudah menikah dengan wanita lain. Asalkan kebutuhannya masih dipenuhi, ia tidak akan melepaskan Nanda dengan mudah begitu saja.

“Nan, thank’s ya udah belanjain aku hari ini!” Arlita tersenyum manis dan mengecup pipi Nanda. “Gimana kalau malam ini kamu nginap di apartemen aja? Aku kangen sama kamu.”

“Nggak bisa kalau nginap, Lit. Ada istriku di rumah. Kalo dia laporin aku ke papa dan mama, bisa habis hidupku.”

“Dia jahat banget, sih?”

“Dia nggak jahat, Lit.”

“Jahat. Dia udah rebut kamu dari aku.”

“Bukan dia yang rebut. Aku yang udah bikin dia hamil. Aku harus bertanggung jawab, Lit,” sahut Nanda.

“Kamu hamilin aku juga! Biar kita bisa nikah juga, Nan.”

“Kamu mau jadi istri kedua?” tanya Nanda.

Arlita menggeleng. “Aku mau jadi satu-satunya buat kamu, Nan. Kapan kamu bercerai sama Ayu? Kayaknya, akhir-akhir ini waktu jadi terasa lambat banget.”

“Aku harus dapatkan hak asuh anakku saat aku ceraikan Ayu. Kamu jangan banyak tingkah, ya!” pinta Nanda. Ia menyubit gemas hidung Arlita sambil tersenyum manis.

Arlita mengangguk sambil tersenyum manis. “Aku pasti support kamu dan akan menerima anak itu seperti anakku sendiri saat kita menikah nanti.”

Mereka melangkah keluar dari lift dan langsung menuju nomor apartemen milik Nanda yang selama ini ditinggali oleh Arlita.

Belum sampai ke pintu apartemen, langkah mereka terhenti ketika melihat sosok wanita paruh baya berdiri di sana.

Nanda buru-buru menepis tangan Arlita dari tubuhnya dan berdiri tegang di sana.

“Ta-tante Nia?” Bibir Arlita bergetar saat melihat wanita itu sudah berdiri di depan pintu apartemennya.

“Kamu beneran masih tinggal di apartemen ini?” tanya Nia. “Kalian sudah putus ‘kan?”

Arlita langsung menoleh ke arah Nanda.

“Kamu belum putusin Lita?” tanya Nia.

“Ayu juga lagi jalan sama Sonny, Ma,” jawab Nanda.

“Pertanyaan Mama bukan itu.”

“Ma, aku sama Ayu menikah bukan karena kami saling mencintai,” tutur Nanda.

PLAK!

Telapak tangan Nia mendarat keras di pipi Nanda.

Arlita terdiam melihat Nia tiba-tiba menampar wajah Nanda. Ia benar-benat tidak tahu harus berbuat apa.

“Kalau belum nikah, kamu boleh berhubungan sama perempuan mana aja. Tapi kamu sudah menikah. Harusnya kamu menghargai pernikahan kamu. Kamu malah pelihara perempuan yang bisanya Cuma morotin duitmu ini, hah!?” seru Nia penuh emosi.

Nanda terdiam sambil memegangi pipinya yang memanas.

“Belanjaan ini semua, Nanda yang bayarin ‘kan?” tanya Nia sambil menatap wajah Arlita.

Arlita mengangguk kecil sambil. “Iya, Tante.”

“Kunci apartemen ini mana?” tanya Nia sambil menengadahkan telapak tangannya.

“Ma, nggak harus kayak gini ‘kan?” tanya Nanda sambil menatap wajah mamanya.

“Dia bisa pakai apartemen ini karena mama memang ingin membantu dia. Bukan memberikannya begitu saja. Apalagi lihat kelakuannya kayak gini. Mama jadi nggak respect. Bisa-bisanya masih morotin kamu. Pasahal dia tahu kalau kamu sudah beristri,” tutur Nia.

“Tante, aku tinggal di mana?” tanya Arlita dengan mata berkaca-kaca.

Nia menghela napas. “Tante kasih kamu waktu selama satu minggu untuk cari tempat tinggal. Semua yang dimiliki Nanda, bukan milikmu!”

“Ma, kasihan Lita. Biarkan dia tinggal di sini. Apartemen ini juga nggak dipakai. Aku udah kasih rumah besar untuk Ayu. Dia nggak mempermasalahkan itu semua. Dia juga jalan sama Sonny, apa salahnya aku jalan sama Lita. Kami pasangan yang sesungguhnya.”

“Ayu jalan sama Sonny bukan untuk mesra-mesraan kayak kalian. Nggak tahu aturan! Kalau kamu masih seperti ini, jangan harap bisa punya jabatan di perusahaan. Lebih baik kami pelihara anak orang lain daripada anak sendiri yang tidak tahu diri!” sahut Nia.

Nanda gelagapan mendengar ucapan mamanya.

“Mama kasih kamu waktu satu minggu untuk selesaikan perempuan ini. Kamu tahu tuntutan dari keluarga Roro nggak main-main supaya kamu nggak dipenjara karena perbuatanmu itu. Papamu sudah menandatangi perjanjian sebelum kamu menikahi Roro Ayu. Kalau sampai Roro Ayu dan kamu bercerai, semua harta keluarga kita jadi taruhannya. Pikirkan itu, Nan! Apa susahnya memperlakukan dia sebagai istri dengan baik? Kamu tinggalkan perempuan ini atau jadi gembel? Pilihlah!” tegas Nia sambil melangkah pergi meninggalkan Nanda dan Arlita.

“Ma ...!” Nanda berusaha mengejar langkah mamanya, tapi Arlita menahannya.

“Nan, aku gimana?” tanya Arlita sambil menggigit bibir bawahnya.

“Lepasin, Lit! Aku selesaikan urusanku dengan Mama dulu. Kamu jangan ganggu aku dulu! Oke?”

Arlita terdiam dan melepaskan lengan Nanda perlahan. Ia menatap punggung Nanda yang menghilang di balik pintu lift yang ada di apartemen tersebut. Ia sudah terbiasa mendapatkan semua fasilitas dari Nanda tanpa harus bekerja. Jika semuanya diambil, dia tidak akan bisa hidup enak lagi. Gajinya sebagai SPG, tidak akan bisa mencukupi gaya hidupnya yang mewah karena fasilitas dari sang pacar.

“Sialan kamu, Yu! Kalau bukan karena ulahmu, aku nggak akan kehilangan Nanda. Aku nggak akan biarkan kamu ambil semua yang seharusnya jadi milikku!” ucap Arlita kesal sambil mengentakkan kakinya.

Sementara itu, Nia terus melangkah keluar dari apartemen itu dan masuk ke dalam mobil. Ia segera menuju ke Jamoo Restaurant karena sudah ada janji untuk bertemu dengan seseorang di sana. Perasaannya sangat tak karuan melihat puteranya bermain api dan membuat perusahaan keluarga mereka nyaris jatuh ke tangan keluarga bangsawan yang telah direnggut harga dirinya oleh sang anak.

Beberapa menit kemudian, Nia sudah masuk ke dalam Jaamo Restaurant dan menghampiri seseorang yang sudah menunggunya di sana.

“Hai ...!” sapa Nia sambil menghampiri wanita paruh baya yang sedang sibuk dengan tabletnya.

“Hei ...!” balas wanita paruh baya itu sambil bangkit dari sofa dan menyambut kedatangan Nia dengan hangat.

“Gimana kabarmu, Yun? Aku dengar, kamu tinggal di Amrik, ya?” tanya Nia.

“Nggak. Cuma temenin suami berobat di sana. Yah, bolak-balik Washington-Indonesia,” jawab Yuna sambil menatap wajah Nia.

Nia tersenyum manis dan duduk di sofa yang ada di sana. “Yeriko sudah sembuh?”

“Baru aja menyelesaikan pemasangan jantung mekanisnya. Suami yang punya penyakit jantung, aku yang jantungan terus setiap kali dia operasi. Takut nggak bangun lagi. Andre apa kabar?”

“Baik,” jawab Nia sambil tersenyum. “Kamu udah pesen makanan?”

“Belum. Masih nunggu kamu.”

Nia dan Yuna langsung memesan beberapa makanan untuk mereka.

“Aku denger anakmu sudah nikah. Kenapa nggak undang aku?” tanya Yuna.

“Nikah dadakan, Yun. Nggak sempat undang orang banyak. Acara keluarga aja,” jawab Nia.

“Aku juga dulu nikah dadakan, hahaha. Setelah itu, kayaknya banyak yang nikah dadakan. Anakku juga ikut begitu, hahaha. Sumpah, takdir hidup selalu bikin ngakak,” tutur Yuna sambil terus tertawa.

Nia ikut tertawa mendengar ucapan Yuna. “Iya, sih. Sekarang emang udah trend nikah dadakan kayak gitu. Nggak nyangka kalau anakku sastu-satunya juga bakal begitu.”

“Bukannya mau tunangan? Kenapa tiba-tiba nikah tanpa persiapan?” tanya Yuna penasaran.

“Dia nikah bukan sama calon tunangannya,” jawab Nia berbisik.

“Oh ya? Kok, bisa?” tanya Yuna lagi.

“Dia hamilin perempuan lain,” jawab Nia berbisik.

“HAHAHA.” Yuna tergelak mendengar ucapan Nia. “Sekarang udah biasa ‘kan? Mana ada anak muda zaman sekarang yang masih virgin?”

“Itu perempuan masih virgin, Yun. Dan polos banget, gitu. Dia nggak ngerti ada pil KB, alat kontrasepsi dan sejenisnya biar dia nggak hamil? Heran, deh. Masih ada aja cewek sepolos itu. Mana anakku itu burungnya nggak bisa diatur. Bikin malu keluarga aja,” jawab Nia sambil menatap serius ke arah Yuna.

“Hahaha.” Yuna tergelak mendengar cerita dari Nia.

“Lebih parahnya lagi, yang dia hamilin itu cucunya keluarga bangsawan, Yun. Masih cucunya Sri Susuhunan Pakubuwana. Aku mau gila sama anakku itu, Yun. Dari dulu, nakalnya minta ampun. Dosa apa aku sampe melahirkan anak begitu,” tutur Nia sambil memukul-mukul meja dan kepalanya bergantian.

“Hahaha.  Andre untung dong dapet mantu cucunya Sultan? Tapi mereka yang sial dapet anak kalian. Hahaha.” Yuna semakin tergelak.

“Iih ... kamu ini emang nggak berubah, ya? Paling demen lihat temen susah!?” dengus Nia.

“Jarang-jarang aku lihat temen susah, Nia. Eh, Andre mana? Nggak ke sini? Aku nggak lama loh di kota ini. Dia nggak nyempetin waktu buat temui aku?” tanya Yuna sambil menahan tawa.

“Sibuk di kantor katanya,” jawab Nia.

“Huh, gaya banget! Dulu aja ngejar-ngejar aku terus sampai mantan tunangannya dia itu bunuh anakku. Sekarang, sok cuek! Kalian nggak ingat jasaku yang udah comblangin kalian, hah!? Aku dilupain gitu aja.”

“Jangan ngomong gitu, dong! Ini aku ajak kamu ketemuan karena masih ingat sama jasa kamu,” tutur Nia sambil menyentuh lengan Yuna.

Yuna tertawa kecil.

“Yun, kasih aku saran dong gimana caranya nyingkirkan cewek yang ganggu rumah tangga anakku? Roro Ayu yang keturunan bangsawan itu bener-bener berbahaya, Yun. Aku sampe pusing ngurusinnya. Andre sampe lepas tangan gitu loh sama rumah tangga anak kami. Kalau sampai keluarga Roro Ayu tahu anakku itu masih punya pacar, bisa habis harta keluargaku, Yun.”

“Kok, bisa?”

Nia langsung menceritakan semua surat perjanjian antara keluarga Sri Susuhunan Keraton Surakarta dan keluarganya karena perbuatan Nanda yang melanggar norma. Pasal yang membuatnya sangat berat adalah pasal tentang larangan perpisahan di pernikahan mereka. Jika salah satunya melakukan gugatan cerai, maka seluruh harta keluarga Perdanakusuma akan dihibahkan ke keluarga Keraton Surakarta. Hubungan Nanda dan Roro yang tidak harmonis, membuatnya sangat khawatir.

 

 

((Bersambung...))

 

Terima kasih sudah jadi sahabat setia bercerita!

Dukung terus biar author makin semangat nulisnya!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

 

Sunday, March 20, 2022

Puisi | Dia Tak Pernah Tahu

 "DIA TAK PERNAH TAHU"


Dia tak pernah tahu betapa aku sangat mencintainya....

Dia tak pernah sadar betapa aku merindukannya....

Dia tak pernah menghargai kasih sayang yang ku berikan....

 

Yang dia tahu aku masih tetap bersamanya...

Yang dia tahu aku harus ikuti semua ucapnya...

Yang dia tahu hanya bagaimana aku di hadapannya...

 

Dia tak pernah peduli apapun tentangku...

Dia tak pernah sadar saat aku begitu membutuhkannya...

Dia tak pernah ada saat aku begitu merindukannya...

 

Balikpapan, 19 April 2010

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas