Thursday, June 13, 2019

Cerpen | Not Me Love


Bagiku ... ini hari paling buruk selama hidupku. Entah kenapa aku harus putus dengan Ian, cowok terbaik yang aku kenal dalam hidupku. Yah, dia memang yang paling baik. Setidaknya sampai hari kemarin, tidak dengan hari ini.

Aku masih tidak mengerti kenapa hubungan kita harus berakhir. Tidak ada orang ketiga di antara hubungan kami, kami masih saling menyayangi walau kata pisah itu harus terucap. Kami sama-sama terbawa emosi hanya karena berbeda pendapat tentang masa depan. Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang telah kita lewati. Bagaimana bisa aku masih berpikir kalau dia hanya bercanda, hanya main-main dengan hubungan ini sebab kita sama-sama sudah dewasa dan ia masih belum bisa memberi kepastian bagaimana akhir hubungan cinta kita yang sudah terjalin lebih dari 2 tahun.

Ketika akhirnya memutuskan untuk berpisah, kami hanya berpikir bahwa kami tidak berjodoh. Walau tak dapat dipungkiri jika hati ini masih rindu, masih sangat menyayanginya walau tak lagi bisa bersama. Sebab membencinya adalah hal tersulit dalam hidupku.

Dia bukan pacar pertamaku, tapi dialah cowok pertama yang mengajarkanku apa itu cinta, apa arti kasih sayang dan bagaimana cara menikmati kebersamaan dengan hal-hal yang akan aku ingat sepanjang hidupku.

“Aku terlalu sederhana untuk membuatmu istimewa. Tapi, aku ingin menjadi orang yang paling kamu ingat sepanjang hidupmu walau akhirnya kita tidak berjodoh. Sebab jodoh adalah rahasia Tuhan. Aku tidak pernah menyesal menjaga dan membahagiakanmu di waktu-waktu kita masih bisa bersama. Aku berharap, Tuhan menjodohkan kita.” Kalimat yang pernah diucapkan Ian terus terngiang di telingaku. Sesakit inikah rasanya merindukan seseorang yang tak lagi bisa kusapa, tak lagi bisa kulihat senyumnya, tak lagi bisa kudengar suaranya.

Entah kenapa ... kisah cintaku selalu berakhir dengan kata putus. Aku merasa permainan cinta begitu pelik membelenggu hidupku.

Pacar pertamaku, bukan laki-laki yang aku harapkan sebab aku terpaksa menerima dia menjadi pacarku. Dia selalu menghadangku setiap kali pulang sholat Isya’ dari Masjid yang tak begitu jauh dari rumah. Aku menerimanya karena rasa takut, bukan karena cinta. Dan aku harus mengucap kata putus 3 hari setelahnya melalui pesan singkat. Sejak itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Aku masih SMP kala itu, aku tidak tahu apa itu kata pacar. Sebab aku lebih sibuk mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah ketimbang memikirkan hal yang tak kupahami sama sekali.

Pacarku yang kedua, cowok yang terlihat baik, romantis, rayuannya begitu manis. Bagaimana aku tidak tersipu setiapp kali ia mengucapkan kalimat indah? Aku langsung tenggelam dalam pesonanya. Sesekali ia menjemputku sepulang dari SMA. Mengajakku makan siang sembari bercerita tentang usaha meubel miliknya. Namun, tak bertahan lama sebab sifat penyayangnya tidak hanya ia gunakan untuk menyayangiku, ia juga menyayangi wanita-wanita lain dan dengan kerendahan hati aku memintanya untuk melepasku pergi. Aku tidak bisa jika harus merindukan cowok yang rindunya ia bagi-bagi.

Pacar yang ketiga, cowok keren yang digandrungi banyak wanita. Daripada aku selalu cemburu setiap melihatnya didekati cewek-cewek cantik, aku memilih untuk putus saja. Dia juga tidak keberatan karena dengan mudahnya bisa berpindah dari hati ke hati.

Pacar yang keempat ... kelima ... keenam dan seterusnya juga tak ada yang berkesan di hatiku. Bagiku, semuanya sama saja. Sama-sama tidak bisa menghargai aku sebagai seorang wanita. Bagi mereka, pacar adalah bagian dari gaya hidup. Bukan untuk menyayangi seorang wanita dengan ketulusan dan kesetiaan.

Sampai akhirnya aku bertemu dengan Ian. Cowok yang aku pikir aneh. Bagaimana tidak aneh ... di usianya yang ke-25 tahun ia tidak pernah punya pacar sama sekali. Padahal, Ian adalah anak band yang keren. Kulitnya putih, matanya sipit, tubuhnya tinggi, cerdas dan ramah. Siapa yang tidak menyukainya. Semua cewek-cewek di kotaku mengidolakannya terutama saat ia manggung bersama band-nya.

Aku sendiri tidak pernah tahu kenapa Ian justru tertarik untuk dekat denganku. Padahal, sudah jelas kalau aku bukan cewek yang layak ada di sisinya. Aku cewek yang berganti-ganti pacar. Kalau kata orang, berganti-ganti pacar adalah cewek yang nggak bener. Terlebih lagi sahabat dekatku semuanya laki-laki. Aku tidak bisa berteman baik dengan cewek karena beberapa hal. Yang pertama, cewek itu baperan. Nggak semua bisa diajak bercanda dengan bebas. Yang kedua, cewek yang deket sama aku seringkali berprasangka kalau aku bakal ngerebut pacarnya. Bisa-bisa berantem cuma gara-gara cowok dan itu hal yang paling memalukan dalam hidupku.

Ian bilang ... aku berbeda dengan cewek-cewek yang lainnya. Aku tidak begitu cantik, tapi bisa membuatnya tertarik. Padahal, ada banyak cewek cantik yang mengelilinginya. Tak satu pun yang bisa menarik perhatiannya.

"Entah kenapa, setiap lihat kamu ... aku selalu bahagia," ucap Ian saat kami bersama di sebuah galeri seni miliknya.

Dan sejak saat itu, aku menjadi satu-satunya cewek yang ada di dalam hatinya. Cewek biasa yang bisa menyingkirkan banyak cewek istimewa yang berusaha merebut perhatian Ian. Mungkin benar apa yang dibilang sama Ian. Ia bosan dengan cewek cantik. Ia lebih suka dengan wanita baik yang selalu ceria dan bisa menghidupkan suasana.

Selama 2 tahun jalan bareng. Dia adalah cowok terbaik yang aku kenal. Dan dia cuma satu-satunya cowok yang bisa pacaran sama aku sampai 2 tahun. Karena pacar yang sebelumnya cuma bisa jalan paling lama 3 bulan. Aku seringkali putus karena cowok-cowok itu cuma sayang di awal dan menjadikan aku pacar hanya karena bagian dari gaya hidup. Jauh berbeda dengan Ian yang tak hanya menganggapku pacar, ia juga menganggapku sebagai teman, sebagai partner, sebagai pendengar yang baik dan pencerita yang handal.

Aku dan dia saling melengkapi. Seperti wajan dengan spatula. Seperti galon dengan airnya. 
Hal inilah yang membuatku begitu terluka saat harus berpisah dengannya. Alasannya sebenarnya sangat sederhana. Aku memintanya untuk menikahiku karena usia kami bukan lagi usia remaja. Saling mengenal selama 2 tahun, aku rasa sudah cukup untuk maju ke hubungan yang lebih serius lagi. Tapi, dia menolak dengan alasan belum siap. Dan penolakan itu terjadi saat aku mengajukan pertanyaan yang sama tiga bulan kemudian. Yang ada dibenakku saat itu hanyalah ... Ian tidak serius menyayangiku.

Aku mengakhiri hubunganku dengan cara dewasa. Walau kami masih saling menyayangi ... kami tidak berjodoh. Dan hubungan pertemanan kami masih berjalan baik-baik saja. Bahkan tidak ada teman atau keluarga yang tahu kalau aku dan Ian sudah putus. Sejak putus, aku memilih untuk tidak pernah bertemu lagi dengannya. Sebab mengingatnya saja sudah menyakitkan, apalagi bila harus menatapnya, duniaku serasa hancur.

"Udah siap?" sentuhan di kedua bahu menyadarkan lamunanku. Aku menatap wajahku di cermin. Memaksakan bibirku untuk tersenyum agar semua orang melihat kalau aku sedang bahagia. Tak perlu mereka tahu apa yang ada di dalamnya. Aku bangkit, menengadahkan tangan yang telah berhias henna. Berdoa agar aku bisa menyayangi laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupku.

Aku keluar dari kamar, menuju ruangan di mana aku akan mengikat janji di hadapan seorang penghulu. Mengikat janji dengan laki-laki yang tidak aku cintai karena permintaan ayah yang sedang sakit. Beliau takut jika sisa hidupnya tidak lama lagi dan dia belum menikahkan anak perempuan satu-satunya.

Ini bukan akhir dari sebuah cerita cinta, bukan pula awalnya sebab tidak melakukannya dengan cinta. Ini adalah awal di mana aku menyerahkan hidupku pada laki-laki yang aku tidak tahu hati dan jiwanya bisa menyayangiku dengan tulus atau tidak. Aku telah menyerahkan hidupku pada laki-laki yang tidak aku cintai, tapi aku akan berusaha mencintai semampuku. Sebab aku tidak akan pernah tahu pada akhirnya aku akan mencintainya atau justru membencinya.

Aku bisa memilih diriku menikah siapa, tapi hatiku tak bisa memilih cinta ini untuk siapa. Andai bisa aku buat proposal kepada Tuhan agar Ian yang menjadi jodohku, maka sudah kubuat jutaan proposal agar aku bisa hidup bersama orang yang aku cintai ...




Ditulis oleh Rin Muna
Samboja, 13 Juni 2019



Sunday, June 9, 2019

Belajar Berhitung 3 Bahasa (Indonesia Jawa Inggris)



Entah kenapa tiba-tiba si kecil minta dibuatkan video untuk youtube. Aku sendiri tidak begitu percaya diri untuk muncuk di depan layar. Karenanya, ada si kecil yang selalu ingin tampil di depan layar. Dia selalu marah kalau minta dibuatkan video tapi mamanya lagi males.

Dengan modal kemampuan bermain dan belajar setiap hari. Livia mulai belajar berhitung menggunakan 3 bahasa yakni Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Livia termasuk tipe anak yang lebih mudah menerima pelajaran secara visual ketimbang teks. Jadi, aku selalu mengajarkannya beberapa pelajaran dari kegiatan sehari-hari yang ada di dalam rumah. Mulai dari dapur sampai ke teras rumah. Setiap harinya selalu ada yang ia pelajari.

Kemampuan Livia sebenarnya tidam begitu bagus. Terlebih lagi saat mamanya punya banyak kesibukan. Kadang dia bermain sendirian saja. Dari sana ia banyak belajar hal. Dia suka nonton video edukasi dan tentunya langsung ingin meniru apa yang ia dengar, ia lihat dan ia rasakan.

Itulah sebabnya Livia bisa belajar dengan mudah dan cepat. Sebab ia tak memiliki aturan yang mengurangi kebebasan anak dalam berekspresi.

Friday, June 7, 2019

Rengginang Jimpit Khas Beringin Agung



Hai guys...!
Gimana lebaranmu tahun ini?
Semoga bisa berkumpul dengan keluarga besar ya.
Sebelumnya, aku mau ngucapin Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin apabila ada tulisan-tulisanku yang kurang berkenan di hati pembaca.

Lebaran kali ini merupakan momen yang akan aku ingat sepanjang hidupku. Pasalnya, ini pertama kali aku lebaran di rumah mertua dan keluarga besar suami. Aku merasa sangat bahagia karena punya mama mertua yang menyayangi aku seperti anaknya sendiri. Begitu juga denganku, yang selalu menyayangi keluarga suami seperti keluargaku sendiri.
Selain momen bersama keluarga ... ada juga hal menarik tahun ini. Yakni, salah satu cemilan favorite kekinian di momen lebaran. Kali ini aku lagi seneng banget sama bola-bola rengginang, orang di sinj menyebutnya rengginang jimpit.
Rengginang jimpit ini punya cerita menarik sebelum akhirnya jadi cemilan lebaran yang enak banget.
Malam itu, bibiku main ke rumah. Di bulan ramadan, biasanya dia akan kebanjiran orderan rengginang mentah. Dia bisa membuat 10kg rengginang setiap harinya. Sebenarnya, tidak hanya bulan puasa dia mendapat pesanan rengginang. Tapi, di bulan-bulan biasa juga pesanan rengginangnya tak pernah sepi. Kenapa? Karena rengginang buatan Bibi dan Mbahku itu rasanya sangat berbeda dengan rengginang yang lainnya. Rasanya benar-benar gurih karena bumbu yang digunakan sangat pas.
Kebetulan, Mbahku sengaja menanam padi ketan khusus untuk memenuhi pesanan rengginang dari pelanggannya. Selain beras yang ditanamnya sendiri, bumbu yang digunakan juga dari hasil kebun sendiri, contohnya kemiri. Aku pernah membantu produksi rengginang dan melihat sendiri bagaimana membuat bumbu untuk rengginangnya. Aku percaya, yang membuat rengginang ini berbeda adalah berasnya yang masih fresh alias baru keluar dari penggilingan. Kamu tahu kan gimana pulennya nasi dari padi yang baru saja digiling? Seperti itulah enak dan gurihnya rengginang buatan mbah dan bibiku.
Hampir setiap tahun, setiap momen lebaran, acara syukuran, acara nikahan atau sekedar makan-makan, rengginang ini selalu jadi cemilan andalan keluarga dan warga desa Beringin Agung.
Awalnya, rengginang yang dibuat mbahku ukurannya memang standar saja saat mentah. Tapi, ketika digoreng, rengginangnya mekar banget. Jadi gede-gede gitu. Alhasil, aku harus nyiapin toples yang berukuran besar juga dong buat si renyah ini. Lama kelamaan, ada yang pesan rengginang dengan ukuran yang lebih kecil, alasannya supaya bisa masuk ke dalam toples. Pesanan dari pelanggan selalu saja dipenuhi oleh mbahku. Kemudian, ia mulai memproduksi rengginang yang bentuknya lebih kecil juga dengan varian rasa dan warna. Hmm... yummy..! (Btw, aq nulis ini sambil makan rengginang jimpit loh. Asyik!)
Aku juga ikut berpikir gimana caranya rengginang bisa masuk ke dalam toples lebaran. Tahu kan kalo toples lebaran zaman sekarang itu ukurannya gak gede-gede amat. Gimana caranya rengginang itu bisa masuk ke dalam toples yang diameternya cuma 10-15 cm?
Hari itu,  aku tak sengaja melihat bola-bola rengginang warna-warni yang diletakkan mertuaku di atas lemari piring saat aku menaiki tangga ke kamarku. Alhasil, aku bertanya dengan ibu dan dia menjawab pertanyaanku dengan baik. Terlintas dipikiranku kalau aku juga pengen banget makan itu rengginang. Kayaknya asyik buat dicemilin sambil nonton tv atau sambil nulis cerpen.
Di malam bibiku ke rumah. Aku langsung bercerita tentang bola-bola rengginang itu dan sedikit memaksa dia untuk mencoba membuatnya.
“Aku beliin deh!” pintaku saat itu. Aku masih melihat keraguan di wajahnya karena dia menanggapi keingnanku sambil cengengesan. Pasti dia mikir, kalau nggak ada yang beli gimana? Soalnya kan blm pernah coba bikin begitu.
Beberapa hari kemudian, ternyata dia memenuhi permintaanku. Aku melihat postingannya di Facebook kalau rengginang jimpitnya udah jadi. Alhasil langsung aq komen dan pesan dong. Eh, malam harinya dia tiba-tiba datang dan mengantar tester rengginang yang sudah matang. Dari wajahnya sih terlihat kalau dia puas dengan hasil karyanya kali ini. Tanpa pikir panjang, aku langsung comot aja tuh rengginang dan rasanya .... ADUH! Aku tepok jidat karena rasanya itu nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Lebih dari enak, lebih dari gurih, lebih dari sekedar cemilan.
Dan karena aku yang agak memaksakan diri ini. Bibi memproduksi rengginang jimpit lagi karena banyak juga yang berminat saat melihat rengginang jimpit itu. Alasannya, mudah masuk toples dan mudah sekali untuk dijadikan cemilan. Nggak rontokan karena ukurannya yang pas masuk mulut. Anak-anak juga nggak berantakan atau berceceran makannya. Praktis banget deh pokoknya.
Rencananya, usai lebaran aku dan Mamuja akan mengemas rengginang jimpit dan dipasarkan ke masyarakat yang lebih luas. Karena, rengginang jimpit ini cocok banget buat cemilan. Kebetulan, aku membina komunitas ibu-ibu muda kreatif yang diberi nama Mamuja. Mamuja (Mama Muda Samboja) adalah salah satu club dari Taman Bacaan Bunga Kertas yang fokus ke pengembangan Literasi Finansial. Jadi, Taman Bacaku itu bukan sekedar ruang baca semata. Tapi, ada banyak cabang literasi yang akan dijalankan di sana. Salah satunya Literasi Financial, di samping Literasi Digital, Literasi Baca-Tulis dan literasj lainnya. Jujur, aku memang kewalahan mengelola taman baca ini sendirian. Tapi, aku tidak boleh menyerah memberikan motivasi dan kegiatan-kegiatan untuk warga sekitar walau aku tak punya uang. Sebab, hanya itu yang bisa aku berikan untuk warga sekitar. Aku tak bisa memberikan sumbangan uang. Maka, aku lakukan yang aku bisa.
Harapan ke depannya, aku bisa membawa nama Mamuja sebagai wadah ibu-ibu berkreatifitas dan menjadikan masyarakat desa yang mandiri dari segi financial. Aku bisa, kamu bisa, kita bisa ... semua bisa. Asalkan masyarakat tetap mendukung setiap program yang ingin aku jalankan di taman baca. Pasti semuanya bisa berjalan dengan baik apabila seluruh warga dapat bekerja sama dengan baik. Sebab, yang aku lakukan bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk kesejahteraan banyak orang.
Buat pembaca, jangan lupa cobain rengginang jimpit buatan Mamuja Desa Beringin Agung. Yah, itung-itung sekalian berdonasi untuk pengadaan buku di Taman Bacaan Bunga Kertas. Selain enak, kamu juga sekalian beramal untuk kegiatan sosial di taman baca, hehehe.
Sampai di sini dulu tulisanku ya... kalau ada yang mau tanya-tanya soal taman bacaku silakan komen di bawah ya! Boleh tanya apa aja dari 6 pola literasi dasar yang ada di taman baca atau yang lainnya.


Thursday, June 6, 2019

Puisi | Rasa yang Tiba-Tiba


pixabay.com


Tiba-tiba aku rindu.
Pada kamu yang aku bilang ... entah ...

Tiba-tiba aku rindu.
Pada kamu yang selalu bilang ... rindu... 

Tiba-tiba aku takut.
Hilang sapamu di setiap hariku...

Tiba-tiba aku takut.
Hilang canda tawamu di sela sedihku.

Haruskah kucari cara menghapusmu dari hariku ... dari hatiku...
Agar aku lupa ... aku pernah mengenalmu.
Agar aku tak tahu bagaimana rasanya takut kehilanganmu.
Walau hanya sekedar kehilangan kata "Hai...!"

Rasanya aneh ... tapi bukan dusta.
Rasanya aneh ... tapi ini nyata.
Walau kau hadir jauh di mata.
Menyapaku dengan kata-kata.
Mencipta rindu di antara kita.
Walau tak saling jatuh cinta ...

Ditulis oleh Rin Muna
Kutai Kartanegara, 29 Mei 2019

Wednesday, June 5, 2019

Puisi | Malam-Malamku

Source: pixabay.com

Aku tak tahu bagaimana harus mengakhiri.
Aku tak memulai tapi aku dimulai.
Ribuan hari kujalani penuh luka.
Tapi aku harus berpura bahagia.

Setiap malam ku terjaga.
Hanya untuk memastikan
Menitikan air mata menatap pekatnya malam.
Malam gelap tanpa cahaya...
Aku selalu bertanya, apa aku punya mimpi?
Sebab di sana hanya ada hitam.
Tak kudapati satu warna untuk melukis mimpi.

Kenapa kau jebak aku dalam pekat malam?
Kenapa kau jebak aku dalam ruang kelam?
Pernah kudengar ucapan manis tentang mimpi-mimpi.
Namun semua mimpi-mimpi telah sirna dalam kegelapan.
Hingga aku tak tahu rasanya punya mimpi.
Kemudian genggaman tanganmu lepas.
Biarkan ku sendiri dalam kegelapan ...
Hingga membuat senyum-senyumku hampa,
Membuat tawa-tawaku kosong ...
Membuat harapan-harapanku sirna ...



Ditulis oleh Rin Muna untuk Kompasiana
Kutai Kartanegara, 02 Juni 2019

Tuesday, May 28, 2019

Jingga Delapan Belas


Ku dengar caci maki yang meluruh hati
Ku berlari... ke tempat di mana aku bisa merindu
Ku berlari ... ke tempat di mana aku bisa tersenyum dalam kesendirian.

Di ujung jalan panjang...
Di tepi lautan yang padang...
Kau hadir beriku secercah harapan.
Kau hadir memberi warna pada seulas senyum...

Jingga... setiap pukul delapan belas aku berdiri di sini.
Menanti hadirmu dalam bias-bias hati.
Menanti hadirmu yang selalu ku nanti-nanti.

Jingga ... setiap pukul delapan belas aku berlari.
Mengejar cahyamu yang pernah jadikan aku berarti.
Mengejar cinta kasihmu yang pernah terikir di hati.

Jingga ... setiap pukul delapan belas aku di sini.
Menanti seorang kekasih yang tak kunjung kembali.
Sebab dia punya kekasih hati lain yang mendampingi. 
Menyerahkanku pada kepalsuan cinta yang tak bisa kuhindari.

Jingga ... setiap pukul delapan belas aku datang kemari.
Agar kamu dengar bisikan hati ini.
Bisakah kau sampaikan padanya?
Pada dia yang pernah sama-sama mengagumi keindahanmu.
Aku rindu ... sangat rindu...

Jingga ... setiap pukul delapan belas aku ke sini.
Berdiri memandang indahnya jinggamu.
Berharap dia lakukan hal yang sama.
Walau kami ada di tempat yang berbeda.
Sebab aku tahu, aku merindunya karena dia rindukan aku ... dan semua cerita tentang kita.
Cerita yang harus kami akhiri walau tidak kami ingini.
Jingga ... sampaikanlah padanya...
Aku tetap mencintainya dari jauh ... sampai jauh ... sangat jauh ...
JINGGA ...




Ditulis oleh Rin Muna untuk Kompasiana
Kutai Kartanegara, 27 Mei 2019

Thursday, May 23, 2019

Whatsapp Down. Mau Ngapain?




Rabu, 22 Mei 2019 menjadi hari bersejarah bagi dunia Sosial Media. Karena Kominfo membatasi akses beberapa media sosial atau media mainstream yang menjadi salah satu kebutuhan masyarakat Indonesia.
Penyebabnya karena ada indikasi provokasi di media sosial dan dapat menimbulkan kericuhan atau kerusuhan di Ibukota semakin memanas.
Langkah yang diambil oleh Pemerintah sudah bagus menurut saya. Walau bagaiamanapun, pemerintah bertugas menjaga keamanan, persatuan dan stabilitas nasional. Apa saja yang mengganggu dan meresahkan masyarakat, tentunya akan ditindaklanjuti seusai dengan peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku.

Dunia Maya sempat dibuat heboh karena memang pengguna Whatsapp dan Facebook adalah yang paling banyak. Sehingga, semua merasa kehilangan dan terlihat sekali kalau Media Sosial menjadi salah satu kebutuhan masyarakat.

Karena, Media Sosial bukan lagi sebagai media berinteraksi sosial dalam bentuk digital. Namun, kini sudah merambah ke dunia bisnis dan dunia kreatif. Jika kita pandai memilih dan memilah konten dari media sosial. Kita masih bisa menemukan banyak konten positif yang ada di Social Media. Hanya saja, beberapa oknum memang memanfaatkan platform yang ramai ini untuk memprovokasi, menyebarkan berita bohong dan memberikan pengaruh negatif terhadap moral masyarakat.

Terus, kalau Whatsapp Down, mau ngapain?
Aku sendiri juga sempat bingung karena aku lebih banyak menggunakan whatsapp untuk berkomunikasi ketimbang menggunakan Facebook atau Instagram. Mungkin, ketika Facebook dan Instagram nge-down, nggak bakal kerasa banget di aku. Tapi, ketika Whatsapp tidak bisa digunakan. Aku sudah uring-uringan karena kebanyakan komunikasi dengan saudara, teman dan costumer memang melalui Whatsapp.
Hmm ... beberapa orang menyarankan menggunakan VPN agar bisa berselancar normal. Namun, aku sendiri tidak berminat sama sekali menginstall VPN. Alasannya sederhana, aku cuma mau tahu berapa lama Kominfo membatasi akses Media Social Mainstream ini. Lagipula, tanpa media sosial, aku bisa menghabiskan waktuku di dunia nyata. Bercengkerama langsung dengan orang dan lingkungan sekitar. Tidak ngobrol dengan keypad hp setiap hari. Terkadang memang terasa konyol, apalagi kalau sambil senyum-senyum sendiri, dikira gila.

Karena aku tidak menggunakan VPN, aku bisa tahu kalau pada pukul 23.20 WITA, Whatsapp sudah bisa dipakai untuk berkomunikasi. Aku bisa mengirim gambar, update story dan mengirimkan video. Hanya saja, masih ada satu kendala yang tidak bisa yakni mengirim file dalam bentuk Ms.Word, Ms. Excel atau .zip. Karena aku terbiasa mengirimkan naskah cerpen atau novel melalui WA saja. Buatku, lebih mudah ketimbang lewat email. Tapi, karena Whatsapp masih dibatasi penggunaannya ... aku harus legowo dan mengirimkan naskahku lewat email saja.

Kalau aku lihat story netizen, sepertinya kita memang sangat ketergantungan dengan Sosial Media. Karena, netizen akan melakukan apa saja supaya bisa mengakses internet yang dibatasi seperti menginstall VPN. Artinya, masyarakat Indonesia memang tidak bisa hidup tanpa Medsos walau hanya  1 hari. This is Real?

Hmm ... Sosmed yang dulu merupakan kebutuhan tersier, kini sudah berubah menjadi kebutuhan premier masyarakat Indonesia.
Apakah 22 Mei akan menjadi Hari Tanpa Medsos Nasional?

Monday, May 20, 2019

Thank You For 10K Readers ALLUNA WEDDING PARTY


THANK YOU FOR 10K READERS NOVEL "ALLUNA WEDDING PARTY"


Hari ini akan menjadi sebuah hari yang paling aku ingat dalam hidupku karena pada akhirnya aku bisa menyelesaikan novelku. Ini pertama kalinya aku menulis novel cepat, hanya dalam waktu 18 hari saja, aku sudah bisa menyelesaikan novel ini hingga tamat. Tentunya menjadi salah satu hal yang sangat membanggakan untuk diriku sendiri. Yah, siapa lagi yang mau bangga sama aku kalo bukan diriku sendiri, hehehe.

Aku juga lumayan terkejut karena novel yang aku posting pada tanggal 02 Mei 2019 sampai 20 Mei 2019 sudah dibaca 10 ribu kali. Aku sama sekali tidak menyangka kalau aku akan punya pembaca sebanyak ini. Padahal, aku termasuk masih sangat baru dalam dunia tulis menulis. Ilmu kepenulisan yang aku punya juga sangat jauh dari standar.


Aku memang sengaja mengebut pengerjaan novel ini karena aku juga sedang mengerjakan project menulis novel "Torajakarta" yang aku posting di storial.co.

Untuk semua pembaca yang sudah berkenan menyempatkan waktu membaca tulisanku, terima kasih banyak. Untuk teman-teman yang sudah memberikan voting juga terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Maaf kalau novel ini harus berakhir begitu cepat mengingat kegiatan utamaku bukanlah menulis dan aku bukan seorang penulis profesional. Aku hanya hobi menulis dan melakukannya saat ada waktu luang.

Sekali lagi, aku ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk novelme.id yang telah berhasil membuat semangat menulisku kembali tumbuh. Terima kasih unuk teman, sahabat dan keluarga yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan novel ini.


Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas