Friday, June 14, 2019

Rindu yang Tak Termiliki



Aku rindu ...
Pada waktu yang tak mengizinkan aku merindu.

Aku rindu ...
Pada angin yang tak mengizinkan aku menyapa.

Aku rindu ...
Pada hari yang tak mengizinkan bersela.

Aku rindu ...
Pada cinta yang tak mengizinkan bersama.

Aku rindu ...
Pada kamu yang tak kan sempat aku miliki.

Aku rindu ...
Pada kamu yang tak henti mengusik hati ini.

Aku rindu ...
Sebab kau bagai udara, tak pernah terlihat tapi selalu kubutuhkan.




Ditulis oleh Rin Muna
Samboja, 14 Juni 2019

5 Situs Penulis Novel Populer dan Bisa Menghasilkan Uang


Kamu suka menulis novel?
Suka menulis novel online atau hanya menyimpan karya kamu di laptop?
Kalau aku .. suka menulis novel online.
Kamu sukanya nulis di mana?
Ada banyak platform menulis novel online yang tersedia di Indonesia. Mulai dari yang paling populer sampai yang biasa-biasa aja. Setiap platform memiliki keunggulan dan ciri khas masing-masing. Dan setiap penulis selalu memilih tempat yang paling nyaman untuk menulis.
Aku termasuk salah satu orang yang senang mencoba hal-hal baru. Termasuk mencoba platform menulis yang tersedia di Indonesia.

Ada berapa sih platform menulis yang kamu tahu?
Aku hanya tahu beberapa saja, di antaranya sebagai berikut:

1. Wattpad ( www.wattpad.com)

Semua penulis pasti familiar dengan platform yang satu ini. Wattpad merupakan platform menulis novel yang paling populer dan menjadi favorite anak-anak zaman now. Platform orange ini sangat terkenal dengan kisah-kisah mature atau kisah-kisah romantis. Kalau saya perhatikan, yang menjadi favorite di platform ini adalah cerita bergenre fan-fiction di mana selalu menceritakan boyband atau girlband favorite. Selain itu, Wattpad juga menyajikan cerita-cerita yang lainnya seperti cerita anak. Aku pernah menulis buku cerita anak di wattpad dan tidak memiliki pembaca. Otomatis cerita tersebut aku hapus dan aku pindahkan ke platform lain yang lebih ramah dengan cerita anak dan kisah-kisah inspiratif. Keunggulan Wattpad adalah bisa menulis dan membaca melalui aplikasi ataupun web, Artinya, buat kamu yang memori ponselnya terbatas, kamu bisa mengakses wattpad lewat web dan tidak perlu menginstall aplikasi di Playstore. Wattpad juga memiliki thumbnail foto yang menarik ketika link halaman buku kita share di media sosial. Sehingga bisa menarik pembaca lebih banyak jika penulis pandai memilih thumbnail. Wattpad juga menjadi tempat favorit penulis karena beberapa cerita dari wattpad telah diangkat ke layar lebar. Wattpad memang platform paling menarik, tapi aku belum serius bermain di wattpad karena beberapa alasan. Beberapa karyaku yang ada di wattpad justru aku pindahkan ke platform lain.

2. Gramedia Writing Project (www.gwp.co.id)

Gramedia Writing Project awal mulanya adalah sebuah kompetisi penulis agar bisa masuk ke penerbit mayor dan bukunya bisa diterbitkan oleh pihak Gramedia. Siapa yang tidak tahu Gramedia, penerbit mayor paling populer dan menjadi incaran banyak penulis. Kenapa? Karena buku-buku terbitan Gramedia adalah buku-buku yang berkualitas. Artinya, penulis yang telah berhasil menembus Gramedia adalah penulis yang sudah memiliki kualitas tulisan yang bagus. Awalnya, aku memposting beberapa bukuku di platform ini. Namun, GWP tidak sepopuler Wattpad.
Platform ini memiliki banyak kekurangan. Pertama, GWP tidak memiliki aplikasi untuk pembaca sehingga tidak banyak pembaca yang berminat membaca tulisan di GWP. Untuk bisa mendapatkan pembaca, aku harus berinteraksi dengan penulis lain dan hal itu jelas menyulitkan bagiku yang memiliki banyak kesibukan di dunia nyata. GWP juga seringkali down, bahkan pernah tidak bisa diakses sama sekali karena kemungkinan belum melakukan pembayaran domain. Artinya, GWP tidak terlalu mendapat perhatian serius dari pihak Gramedia. Sebenarnya aku paling suka menulis di sini karena tulisan yang terupload sudah sama persis dengan apa yang aku ketik di ms. word. Termasuk paragraf menjorok ke dalam yang ada dalam buku. Sehingga, aku merasa e-book dari GWP sudah terlihat sempurna dan enak untuk dibaca seperti buku fisik. Sayangnya ... GWP tidak pernah ada kepastian akan ke mana naskah kita sebab tidak ada admin yang menyentuh para penulis secara langsung. Artinya ... tidak ada kejelasan dari pihak Gramedia Writing Project untuk naskah kita dibukukan atau tidaknya walau kita sudah menulis buku selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sampai sekarang aku belum pernah mengintip perkembangan dari platform yang satu ini. Padahal, Gramedia adalah penerbit mayor yang menjadi incaran banyak penulis untuk bisa menerbitkan bukunya.

3. Cabaca (cabaca.id)

Aplikasi yang satu ini aku tahu dari salah satu teman penulis sekaligus editor di Heart & Soul Publishing House. Di platform ini aku hanya menjadi reader untuk penulis. Aku tidak pernah memasukkan naskahku ke Cabaca.id karena aplikasi Cabaca tidak bisa diinstall di ponselku. Aku juga membaca cerita temanku lewat web. Karena selain menggunakan aplikasi, platform ini bisa diakses langsung melalui web. Di sini, penulis mendapatkan royalty apabila bukunya mendapatkan banyak pembaca. Pembaca juga hanya bisa membaca gratis 3 bab awal dari buku yang akan kita baca. Bab selanjutnya, kita harus membeli kerang untuk bisa membaca karya-karya penulis. Menurutku, ini merupakan platform yang baik karena menghargai ide penulisnya. Pembaca juga memahami bahwa ide selalu ada harganya. 
Di sini, naskah yang masuk juga melalui proses review oleh editor. Jadi, naskah yang sudah terbit adalah naskah yang telah melalui proses review. Buatku, naskah yang sudah melalui proses review oleh editor adalah naskah yang baik. Karena terkadang aku menemukan beberapa bacaan di beberapa platform yang tidak perlu review dan aku mengalami zonk. Ide dan isi cerita menarik, tapi penggunaan EBI, PUEBI dan SPAI masih berantakan. Terutama pada tanda baca yang amburadul dan bikin males buat bacanya. Lihatnya saja aku sudah malas, apalagi mau baca. Hehehe ... aku harap penulis bisa menulis dengan gaya santai tanpa mengabaikan PUEBI. Atau setidaknya, sembari mempelajari Bahasa Indonesia dengan baik dan benar agar tidak hanya isi cerita yang bagus tapi kualitas tulisannya juga bagus.

4. Storial ( www.storial.co )

Storial adalah salah satu platform menulis yang bisa berkolaborasi bersama teman dalam satu buku. Oh ... My God! Di sini kita bisa nulis bareng-bareng loh. Kalau di platform lain lebih individual, di sini kita bisa mendapat teman untuk berkolaborasi dan saling melengkapi. Buat kamu yang masih belajar menulis, kamu bisa mengajak penulis senior untuk berkolaborasi agar kualitas tulisanmu menjadi lebih baik. Storial juga bekerjasama dengan nulisbuku.com untuk menerbitkan karya-karya penulis yang ada di dalam platform ini. Beberapa karya penulis telah diterbitkan oleh Storial dan telah melalui proses editing. Buku yang diterbitkan secara online dan buku fisik pastinya akan jauh berbeda. 

Saat ini, storial menjadi tempat paling favorite buat aku. Kenapa? Karena platform ini lengkap banget. Aku bisa menulis sendiri, bisa kolaborasi dengan teman juga. Platform ini juga bisa diakses melalui aplikasi dan web. Penulis juga memiliki kesempatan bukunya diterbitkan oleh pihak storial. Selain itu ... Bab ke-6 dan seterusnya ... penulis udah dapet royalty dengan syarat minimum pembacanya adalah 500. Asiik banget kan? Kalau buku kamu populer, udah pasti kamu dapet banyak keuntungan di sini. Kalau buku aku sendiri, masih jauh dari kata populer karena aku sadar kalau kualitas tulisanku masih jauh di bawah standar dan masih harus belajar banyak.

Kekurangan dari Storial adalah thumbnail gambar yang tidak muncul saat kita share link ke media sosial. Buatku, link yang tidak bisa mencantumkan thumbnail gambar tidak begitu menarik untuk dilihat apalagi diklik oleh pembaca.

5. Novelme ( www.novelme.id )

Novelme merupakan platform baru di dunia kepenulisan online. Platform ini berhasil menarik banyak penulis di dalamnya karena hadiah yang nilainya lumayan untuk penulis. Tapi, tidak mudah juga untuk bisa mencapai ranking 1 atau mendapatkan pembaca yang setia. Bukumu harus menarik, kamu harus rajin upload dan share ke medsos supaya pembacamu mau kasih bintang buat bukumu. Kalau tidak, maka rank kamu akan jatuh alias terjun payung. Ini aku alami karena kesibukan aku di dunia nyata yang cukup menyita waktuku. Novelku yang sudah ada di rank 13 harus terjun payung ke ranking 83 di bulan berikutnya karena aku langsung menyelesaikan novelku dan tidak lagi membuka platform ini. Sebab aku tahu aku tidak akan masuk ke dalam 10 besar dan membiarkan novelku berada di rank paling bawah. Aku meninggalkan Novelme dan kembali fokus dengan naskahku yang aku posting di platform lain. Kalau dulu aku selalu memindahkan naskah lamaku, sekarang aku memilih membuat cerita baru setiap kali aku mencoba platform baru. Yah, walau kadang ceritanya sering nyeleneh dan nggak nyambung sama sekali. Hahaha...

Platform ini masih punya banyak kekurangan. Buku-buku hanya bisa diakses via aplikasi dan penulis hanya bisa menulis ceritanya via web PC. Untuk share postingan juga tidak muncul thumbnail gambar dan kurang menarik perhatian. Badan untuk penulisan naskahnya juga masih banyak kekurangan. Aku tidak bisa membuat paragraf yang menjorok ke dalam, tidak bisa membuat kalimat tulisan italic ataupun bold. Aku lebih suka kalau platform itu ramah dengan Ms. Word. Karena lembar kerjaku memang Microsoft Word dan akan menjadi lebih baik apabila sebuah platform menulis bisa bekerja seperti Ms. Word. Yah, setidaknya e-book benar-benar seperti buku fisik yang sudah diterbitkan penerbit-penerbit populer. Rasa membaca bukunya akan lebih dapat. Karena sangat jauh berbeda rasanya ketika membaca e-book dengan membaca buku fisik. Aku lebih nyaman membaca buku fisik karena lebih rapi, enak dilihat dan tidak ada notifikasi dari aplikasi lain yang kadang mengganggu.

Nah ... itu dia 5 platform untuk penulis novel paling populer sampai saat ini. Kamu paling suka yang mana?

Oke, cukup sampai di sini dulu. Di atas itu adalah 5 platform penulis novel yang sudah aku coba dan aku gunakan. Aku memang sering mencoba beberapa platform untuk mencari di mana tempat paling nyaman untuk menulis tanpa harus mengganggu aktifitasku di dunia nyata. Aku tidak bisa jika harus menghabiskan separuh hariku untuk berbalas komentar atau sekedar basa-basi. Karena aku tahu, menulis tidak selamanya menghasilkan uang. Sementara dapurku juga harus kuisi dengan sesuap nasi dan segelas susu untuk anakku. Oleh karenanya aku tetap harus bekerja keras walau menulis adalah hal yang paling aku sukai.

Kalau kamu sendiri sukanya menulis di platform apa?
Komen di bawah dong untuk platform yang belum aku tahu. Siapa tahu aku bisa mencobanya dan langsung jatuh cinta sama platform yang kamu rekomendasikan.
Sampai hari ini, aku masih nyaman menulis di Novelme dan Kompasiana. Selain menulis untuk blog pribadiku.


Baca Juga : Kenapa Jatuh Cinta Sama Novelme?


Thursday, June 13, 2019

Cerpen | Not Me Love


Bagiku ... ini hari paling buruk selama hidupku. Entah kenapa aku harus putus dengan Ian, cowok terbaik yang aku kenal dalam hidupku. Yah, dia memang yang paling baik. Setidaknya sampai hari kemarin, tidak dengan hari ini.

Aku masih tidak mengerti kenapa hubungan kita harus berakhir. Tidak ada orang ketiga di antara hubungan kami, kami masih saling menyayangi walau kata pisah itu harus terucap. Kami sama-sama terbawa emosi hanya karena berbeda pendapat tentang masa depan. Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang telah kita lewati. Bagaimana bisa aku masih berpikir kalau dia hanya bercanda, hanya main-main dengan hubungan ini sebab kita sama-sama sudah dewasa dan ia masih belum bisa memberi kepastian bagaimana akhir hubungan cinta kita yang sudah terjalin lebih dari 2 tahun.

Ketika akhirnya memutuskan untuk berpisah, kami hanya berpikir bahwa kami tidak berjodoh. Walau tak dapat dipungkiri jika hati ini masih rindu, masih sangat menyayanginya walau tak lagi bisa bersama. Sebab membencinya adalah hal tersulit dalam hidupku.

Dia bukan pacar pertamaku, tapi dialah cowok pertama yang mengajarkanku apa itu cinta, apa arti kasih sayang dan bagaimana cara menikmati kebersamaan dengan hal-hal yang akan aku ingat sepanjang hidupku.

“Aku terlalu sederhana untuk membuatmu istimewa. Tapi, aku ingin menjadi orang yang paling kamu ingat sepanjang hidupmu walau akhirnya kita tidak berjodoh. Sebab jodoh adalah rahasia Tuhan. Aku tidak pernah menyesal menjaga dan membahagiakanmu di waktu-waktu kita masih bisa bersama. Aku berharap, Tuhan menjodohkan kita.” Kalimat yang pernah diucapkan Ian terus terngiang di telingaku. Sesakit inikah rasanya merindukan seseorang yang tak lagi bisa kusapa, tak lagi bisa kulihat senyumnya, tak lagi bisa kudengar suaranya.

Entah kenapa ... kisah cintaku selalu berakhir dengan kata putus. Aku merasa permainan cinta begitu pelik membelenggu hidupku.

Pacar pertamaku, bukan laki-laki yang aku harapkan sebab aku terpaksa menerima dia menjadi pacarku. Dia selalu menghadangku setiap kali pulang sholat Isya’ dari Masjid yang tak begitu jauh dari rumah. Aku menerimanya karena rasa takut, bukan karena cinta. Dan aku harus mengucap kata putus 3 hari setelahnya melalui pesan singkat. Sejak itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Aku masih SMP kala itu, aku tidak tahu apa itu kata pacar. Sebab aku lebih sibuk mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah ketimbang memikirkan hal yang tak kupahami sama sekali.

Pacarku yang kedua, cowok yang terlihat baik, romantis, rayuannya begitu manis. Bagaimana aku tidak tersipu setiapp kali ia mengucapkan kalimat indah? Aku langsung tenggelam dalam pesonanya. Sesekali ia menjemputku sepulang dari SMA. Mengajakku makan siang sembari bercerita tentang usaha meubel miliknya. Namun, tak bertahan lama sebab sifat penyayangnya tidak hanya ia gunakan untuk menyayangiku, ia juga menyayangi wanita-wanita lain dan dengan kerendahan hati aku memintanya untuk melepasku pergi. Aku tidak bisa jika harus merindukan cowok yang rindunya ia bagi-bagi.

Pacar yang ketiga, cowok keren yang digandrungi banyak wanita. Daripada aku selalu cemburu setiap melihatnya didekati cewek-cewek cantik, aku memilih untuk putus saja. Dia juga tidak keberatan karena dengan mudahnya bisa berpindah dari hati ke hati.

Pacar yang keempat ... kelima ... keenam dan seterusnya juga tak ada yang berkesan di hatiku. Bagiku, semuanya sama saja. Sama-sama tidak bisa menghargai aku sebagai seorang wanita. Bagi mereka, pacar adalah bagian dari gaya hidup. Bukan untuk menyayangi seorang wanita dengan ketulusan dan kesetiaan.

Sampai akhirnya aku bertemu dengan Ian. Cowok yang aku pikir aneh. Bagaimana tidak aneh ... di usianya yang ke-25 tahun ia tidak pernah punya pacar sama sekali. Padahal, Ian adalah anak band yang keren. Kulitnya putih, matanya sipit, tubuhnya tinggi, cerdas dan ramah. Siapa yang tidak menyukainya. Semua cewek-cewek di kotaku mengidolakannya terutama saat ia manggung bersama band-nya.

Aku sendiri tidak pernah tahu kenapa Ian justru tertarik untuk dekat denganku. Padahal, sudah jelas kalau aku bukan cewek yang layak ada di sisinya. Aku cewek yang berganti-ganti pacar. Kalau kata orang, berganti-ganti pacar adalah cewek yang nggak bener. Terlebih lagi sahabat dekatku semuanya laki-laki. Aku tidak bisa berteman baik dengan cewek karena beberapa hal. Yang pertama, cewek itu baperan. Nggak semua bisa diajak bercanda dengan bebas. Yang kedua, cewek yang deket sama aku seringkali berprasangka kalau aku bakal ngerebut pacarnya. Bisa-bisa berantem cuma gara-gara cowok dan itu hal yang paling memalukan dalam hidupku.

Ian bilang ... aku berbeda dengan cewek-cewek yang lainnya. Aku tidak begitu cantik, tapi bisa membuatnya tertarik. Padahal, ada banyak cewek cantik yang mengelilinginya. Tak satu pun yang bisa menarik perhatiannya.

"Entah kenapa, setiap lihat kamu ... aku selalu bahagia," ucap Ian saat kami bersama di sebuah galeri seni miliknya.

Dan sejak saat itu, aku menjadi satu-satunya cewek yang ada di dalam hatinya. Cewek biasa yang bisa menyingkirkan banyak cewek istimewa yang berusaha merebut perhatian Ian. Mungkin benar apa yang dibilang sama Ian. Ia bosan dengan cewek cantik. Ia lebih suka dengan wanita baik yang selalu ceria dan bisa menghidupkan suasana.

Selama 2 tahun jalan bareng. Dia adalah cowok terbaik yang aku kenal. Dan dia cuma satu-satunya cowok yang bisa pacaran sama aku sampai 2 tahun. Karena pacar yang sebelumnya cuma bisa jalan paling lama 3 bulan. Aku seringkali putus karena cowok-cowok itu cuma sayang di awal dan menjadikan aku pacar hanya karena bagian dari gaya hidup. Jauh berbeda dengan Ian yang tak hanya menganggapku pacar, ia juga menganggapku sebagai teman, sebagai partner, sebagai pendengar yang baik dan pencerita yang handal.

Aku dan dia saling melengkapi. Seperti wajan dengan spatula. Seperti galon dengan airnya. 
Hal inilah yang membuatku begitu terluka saat harus berpisah dengannya. Alasannya sebenarnya sangat sederhana. Aku memintanya untuk menikahiku karena usia kami bukan lagi usia remaja. Saling mengenal selama 2 tahun, aku rasa sudah cukup untuk maju ke hubungan yang lebih serius lagi. Tapi, dia menolak dengan alasan belum siap. Dan penolakan itu terjadi saat aku mengajukan pertanyaan yang sama tiga bulan kemudian. Yang ada dibenakku saat itu hanyalah ... Ian tidak serius menyayangiku.

Aku mengakhiri hubunganku dengan cara dewasa. Walau kami masih saling menyayangi ... kami tidak berjodoh. Dan hubungan pertemanan kami masih berjalan baik-baik saja. Bahkan tidak ada teman atau keluarga yang tahu kalau aku dan Ian sudah putus. Sejak putus, aku memilih untuk tidak pernah bertemu lagi dengannya. Sebab mengingatnya saja sudah menyakitkan, apalagi bila harus menatapnya, duniaku serasa hancur.

"Udah siap?" sentuhan di kedua bahu menyadarkan lamunanku. Aku menatap wajahku di cermin. Memaksakan bibirku untuk tersenyum agar semua orang melihat kalau aku sedang bahagia. Tak perlu mereka tahu apa yang ada di dalamnya. Aku bangkit, menengadahkan tangan yang telah berhias henna. Berdoa agar aku bisa menyayangi laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupku.

Aku keluar dari kamar, menuju ruangan di mana aku akan mengikat janji di hadapan seorang penghulu. Mengikat janji dengan laki-laki yang tidak aku cintai karena permintaan ayah yang sedang sakit. Beliau takut jika sisa hidupnya tidak lama lagi dan dia belum menikahkan anak perempuan satu-satunya.

Ini bukan akhir dari sebuah cerita cinta, bukan pula awalnya sebab tidak melakukannya dengan cinta. Ini adalah awal di mana aku menyerahkan hidupku pada laki-laki yang aku tidak tahu hati dan jiwanya bisa menyayangiku dengan tulus atau tidak. Aku telah menyerahkan hidupku pada laki-laki yang tidak aku cintai, tapi aku akan berusaha mencintai semampuku. Sebab aku tidak akan pernah tahu pada akhirnya aku akan mencintainya atau justru membencinya.

Aku bisa memilih diriku menikah siapa, tapi hatiku tak bisa memilih cinta ini untuk siapa. Andai bisa aku buat proposal kepada Tuhan agar Ian yang menjadi jodohku, maka sudah kubuat jutaan proposal agar aku bisa hidup bersama orang yang aku cintai ...




Ditulis oleh Rin Muna
Samboja, 13 Juni 2019



Sunday, June 9, 2019

Belajar Berhitung 3 Bahasa (Indonesia Jawa Inggris)



Entah kenapa tiba-tiba si kecil minta dibuatkan video untuk youtube. Aku sendiri tidak begitu percaya diri untuk muncuk di depan layar. Karenanya, ada si kecil yang selalu ingin tampil di depan layar. Dia selalu marah kalau minta dibuatkan video tapi mamanya lagi males.

Dengan modal kemampuan bermain dan belajar setiap hari. Livia mulai belajar berhitung menggunakan 3 bahasa yakni Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Livia termasuk tipe anak yang lebih mudah menerima pelajaran secara visual ketimbang teks. Jadi, aku selalu mengajarkannya beberapa pelajaran dari kegiatan sehari-hari yang ada di dalam rumah. Mulai dari dapur sampai ke teras rumah. Setiap harinya selalu ada yang ia pelajari.

Kemampuan Livia sebenarnya tidam begitu bagus. Terlebih lagi saat mamanya punya banyak kesibukan. Kadang dia bermain sendirian saja. Dari sana ia banyak belajar hal. Dia suka nonton video edukasi dan tentunya langsung ingin meniru apa yang ia dengar, ia lihat dan ia rasakan.

Itulah sebabnya Livia bisa belajar dengan mudah dan cepat. Sebab ia tak memiliki aturan yang mengurangi kebebasan anak dalam berekspresi.

Friday, June 7, 2019

Rengginang Jimpit Khas Beringin Agung



Hai guys...!
Gimana lebaranmu tahun ini?
Semoga bisa berkumpul dengan keluarga besar ya.
Sebelumnya, aku mau ngucapin Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin apabila ada tulisan-tulisanku yang kurang berkenan di hati pembaca.

Lebaran kali ini merupakan momen yang akan aku ingat sepanjang hidupku. Pasalnya, ini pertama kali aku lebaran di rumah mertua dan keluarga besar suami. Aku merasa sangat bahagia karena punya mama mertua yang menyayangi aku seperti anaknya sendiri. Begitu juga denganku, yang selalu menyayangi keluarga suami seperti keluargaku sendiri.
Selain momen bersama keluarga ... ada juga hal menarik tahun ini. Yakni, salah satu cemilan favorite kekinian di momen lebaran. Kali ini aku lagi seneng banget sama bola-bola rengginang, orang di sinj menyebutnya rengginang jimpit.
Rengginang jimpit ini punya cerita menarik sebelum akhirnya jadi cemilan lebaran yang enak banget.
Malam itu, bibiku main ke rumah. Di bulan ramadan, biasanya dia akan kebanjiran orderan rengginang mentah. Dia bisa membuat 10kg rengginang setiap harinya. Sebenarnya, tidak hanya bulan puasa dia mendapat pesanan rengginang. Tapi, di bulan-bulan biasa juga pesanan rengginangnya tak pernah sepi. Kenapa? Karena rengginang buatan Bibi dan Mbahku itu rasanya sangat berbeda dengan rengginang yang lainnya. Rasanya benar-benar gurih karena bumbu yang digunakan sangat pas.
Kebetulan, Mbahku sengaja menanam padi ketan khusus untuk memenuhi pesanan rengginang dari pelanggannya. Selain beras yang ditanamnya sendiri, bumbu yang digunakan juga dari hasil kebun sendiri, contohnya kemiri. Aku pernah membantu produksi rengginang dan melihat sendiri bagaimana membuat bumbu untuk rengginangnya. Aku percaya, yang membuat rengginang ini berbeda adalah berasnya yang masih fresh alias baru keluar dari penggilingan. Kamu tahu kan gimana pulennya nasi dari padi yang baru saja digiling? Seperti itulah enak dan gurihnya rengginang buatan mbah dan bibiku.
Hampir setiap tahun, setiap momen lebaran, acara syukuran, acara nikahan atau sekedar makan-makan, rengginang ini selalu jadi cemilan andalan keluarga dan warga desa Beringin Agung.
Awalnya, rengginang yang dibuat mbahku ukurannya memang standar saja saat mentah. Tapi, ketika digoreng, rengginangnya mekar banget. Jadi gede-gede gitu. Alhasil, aku harus nyiapin toples yang berukuran besar juga dong buat si renyah ini. Lama kelamaan, ada yang pesan rengginang dengan ukuran yang lebih kecil, alasannya supaya bisa masuk ke dalam toples. Pesanan dari pelanggan selalu saja dipenuhi oleh mbahku. Kemudian, ia mulai memproduksi rengginang yang bentuknya lebih kecil juga dengan varian rasa dan warna. Hmm... yummy..! (Btw, aq nulis ini sambil makan rengginang jimpit loh. Asyik!)
Aku juga ikut berpikir gimana caranya rengginang bisa masuk ke dalam toples lebaran. Tahu kan kalo toples lebaran zaman sekarang itu ukurannya gak gede-gede amat. Gimana caranya rengginang itu bisa masuk ke dalam toples yang diameternya cuma 10-15 cm?
Hari itu,  aku tak sengaja melihat bola-bola rengginang warna-warni yang diletakkan mertuaku di atas lemari piring saat aku menaiki tangga ke kamarku. Alhasil, aku bertanya dengan ibu dan dia menjawab pertanyaanku dengan baik. Terlintas dipikiranku kalau aku juga pengen banget makan itu rengginang. Kayaknya asyik buat dicemilin sambil nonton tv atau sambil nulis cerpen.
Di malam bibiku ke rumah. Aku langsung bercerita tentang bola-bola rengginang itu dan sedikit memaksa dia untuk mencoba membuatnya.
“Aku beliin deh!” pintaku saat itu. Aku masih melihat keraguan di wajahnya karena dia menanggapi keingnanku sambil cengengesan. Pasti dia mikir, kalau nggak ada yang beli gimana? Soalnya kan blm pernah coba bikin begitu.
Beberapa hari kemudian, ternyata dia memenuhi permintaanku. Aku melihat postingannya di Facebook kalau rengginang jimpitnya udah jadi. Alhasil langsung aq komen dan pesan dong. Eh, malam harinya dia tiba-tiba datang dan mengantar tester rengginang yang sudah matang. Dari wajahnya sih terlihat kalau dia puas dengan hasil karyanya kali ini. Tanpa pikir panjang, aku langsung comot aja tuh rengginang dan rasanya .... ADUH! Aku tepok jidat karena rasanya itu nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Lebih dari enak, lebih dari gurih, lebih dari sekedar cemilan.
Dan karena aku yang agak memaksakan diri ini. Bibi memproduksi rengginang jimpit lagi karena banyak juga yang berminat saat melihat rengginang jimpit itu. Alasannya, mudah masuk toples dan mudah sekali untuk dijadikan cemilan. Nggak rontokan karena ukurannya yang pas masuk mulut. Anak-anak juga nggak berantakan atau berceceran makannya. Praktis banget deh pokoknya.
Rencananya, usai lebaran aku dan Mamuja akan mengemas rengginang jimpit dan dipasarkan ke masyarakat yang lebih luas. Karena, rengginang jimpit ini cocok banget buat cemilan. Kebetulan, aku membina komunitas ibu-ibu muda kreatif yang diberi nama Mamuja. Mamuja (Mama Muda Samboja) adalah salah satu club dari Taman Bacaan Bunga Kertas yang fokus ke pengembangan Literasi Finansial. Jadi, Taman Bacaku itu bukan sekedar ruang baca semata. Tapi, ada banyak cabang literasi yang akan dijalankan di sana. Salah satunya Literasi Financial, di samping Literasi Digital, Literasi Baca-Tulis dan literasj lainnya. Jujur, aku memang kewalahan mengelola taman baca ini sendirian. Tapi, aku tidak boleh menyerah memberikan motivasi dan kegiatan-kegiatan untuk warga sekitar walau aku tak punya uang. Sebab, hanya itu yang bisa aku berikan untuk warga sekitar. Aku tak bisa memberikan sumbangan uang. Maka, aku lakukan yang aku bisa.
Harapan ke depannya, aku bisa membawa nama Mamuja sebagai wadah ibu-ibu berkreatifitas dan menjadikan masyarakat desa yang mandiri dari segi financial. Aku bisa, kamu bisa, kita bisa ... semua bisa. Asalkan masyarakat tetap mendukung setiap program yang ingin aku jalankan di taman baca. Pasti semuanya bisa berjalan dengan baik apabila seluruh warga dapat bekerja sama dengan baik. Sebab, yang aku lakukan bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk kesejahteraan banyak orang.
Buat pembaca, jangan lupa cobain rengginang jimpit buatan Mamuja Desa Beringin Agung. Yah, itung-itung sekalian berdonasi untuk pengadaan buku di Taman Bacaan Bunga Kertas. Selain enak, kamu juga sekalian beramal untuk kegiatan sosial di taman baca, hehehe.
Sampai di sini dulu tulisanku ya... kalau ada yang mau tanya-tanya soal taman bacaku silakan komen di bawah ya! Boleh tanya apa aja dari 6 pola literasi dasar yang ada di taman baca atau yang lainnya.


Thursday, June 6, 2019

Puisi | Rasa yang Tiba-Tiba


pixabay.com


Tiba-tiba aku rindu.
Pada kamu yang aku bilang ... entah ...

Tiba-tiba aku rindu.
Pada kamu yang selalu bilang ... rindu... 

Tiba-tiba aku takut.
Hilang sapamu di setiap hariku...

Tiba-tiba aku takut.
Hilang canda tawamu di sela sedihku.

Haruskah kucari cara menghapusmu dari hariku ... dari hatiku...
Agar aku lupa ... aku pernah mengenalmu.
Agar aku tak tahu bagaimana rasanya takut kehilanganmu.
Walau hanya sekedar kehilangan kata "Hai...!"

Rasanya aneh ... tapi bukan dusta.
Rasanya aneh ... tapi ini nyata.
Walau kau hadir jauh di mata.
Menyapaku dengan kata-kata.
Mencipta rindu di antara kita.
Walau tak saling jatuh cinta ...

Ditulis oleh Rin Muna
Kutai Kartanegara, 29 Mei 2019

Wednesday, June 5, 2019

Puisi | Malam-Malamku

Source: pixabay.com

Aku tak tahu bagaimana harus mengakhiri.
Aku tak memulai tapi aku dimulai.
Ribuan hari kujalani penuh luka.
Tapi aku harus berpura bahagia.

Setiap malam ku terjaga.
Hanya untuk memastikan
Menitikan air mata menatap pekatnya malam.
Malam gelap tanpa cahaya...
Aku selalu bertanya, apa aku punya mimpi?
Sebab di sana hanya ada hitam.
Tak kudapati satu warna untuk melukis mimpi.

Kenapa kau jebak aku dalam pekat malam?
Kenapa kau jebak aku dalam ruang kelam?
Pernah kudengar ucapan manis tentang mimpi-mimpi.
Namun semua mimpi-mimpi telah sirna dalam kegelapan.
Hingga aku tak tahu rasanya punya mimpi.
Kemudian genggaman tanganmu lepas.
Biarkan ku sendiri dalam kegelapan ...
Hingga membuat senyum-senyumku hampa,
Membuat tawa-tawaku kosong ...
Membuat harapan-harapanku sirna ...



Ditulis oleh Rin Muna untuk Kompasiana
Kutai Kartanegara, 02 Juni 2019

Tuesday, May 28, 2019

Jingga Delapan Belas


Ku dengar caci maki yang meluruh hati
Ku berlari... ke tempat di mana aku bisa merindu
Ku berlari ... ke tempat di mana aku bisa tersenyum dalam kesendirian.

Di ujung jalan panjang...
Di tepi lautan yang padang...
Kau hadir beriku secercah harapan.
Kau hadir memberi warna pada seulas senyum...

Jingga... setiap pukul delapan belas aku berdiri di sini.
Menanti hadirmu dalam bias-bias hati.
Menanti hadirmu yang selalu ku nanti-nanti.

Jingga ... setiap pukul delapan belas aku berlari.
Mengejar cahyamu yang pernah jadikan aku berarti.
Mengejar cinta kasihmu yang pernah terikir di hati.

Jingga ... setiap pukul delapan belas aku di sini.
Menanti seorang kekasih yang tak kunjung kembali.
Sebab dia punya kekasih hati lain yang mendampingi. 
Menyerahkanku pada kepalsuan cinta yang tak bisa kuhindari.

Jingga ... setiap pukul delapan belas aku datang kemari.
Agar kamu dengar bisikan hati ini.
Bisakah kau sampaikan padanya?
Pada dia yang pernah sama-sama mengagumi keindahanmu.
Aku rindu ... sangat rindu...

Jingga ... setiap pukul delapan belas aku ke sini.
Berdiri memandang indahnya jinggamu.
Berharap dia lakukan hal yang sama.
Walau kami ada di tempat yang berbeda.
Sebab aku tahu, aku merindunya karena dia rindukan aku ... dan semua cerita tentang kita.
Cerita yang harus kami akhiri walau tidak kami ingini.
Jingga ... sampaikanlah padanya...
Aku tetap mencintainya dari jauh ... sampai jauh ... sangat jauh ...
JINGGA ...




Ditulis oleh Rin Muna untuk Kompasiana
Kutai Kartanegara, 27 Mei 2019

Thursday, May 23, 2019

Whatsapp Down. Mau Ngapain?




Rabu, 22 Mei 2019 menjadi hari bersejarah bagi dunia Sosial Media. Karena Kominfo membatasi akses beberapa media sosial atau media mainstream yang menjadi salah satu kebutuhan masyarakat Indonesia.
Penyebabnya karena ada indikasi provokasi di media sosial dan dapat menimbulkan kericuhan atau kerusuhan di Ibukota semakin memanas.
Langkah yang diambil oleh Pemerintah sudah bagus menurut saya. Walau bagaiamanapun, pemerintah bertugas menjaga keamanan, persatuan dan stabilitas nasional. Apa saja yang mengganggu dan meresahkan masyarakat, tentunya akan ditindaklanjuti seusai dengan peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku.

Dunia Maya sempat dibuat heboh karena memang pengguna Whatsapp dan Facebook adalah yang paling banyak. Sehingga, semua merasa kehilangan dan terlihat sekali kalau Media Sosial menjadi salah satu kebutuhan masyarakat.

Karena, Media Sosial bukan lagi sebagai media berinteraksi sosial dalam bentuk digital. Namun, kini sudah merambah ke dunia bisnis dan dunia kreatif. Jika kita pandai memilih dan memilah konten dari media sosial. Kita masih bisa menemukan banyak konten positif yang ada di Social Media. Hanya saja, beberapa oknum memang memanfaatkan platform yang ramai ini untuk memprovokasi, menyebarkan berita bohong dan memberikan pengaruh negatif terhadap moral masyarakat.

Terus, kalau Whatsapp Down, mau ngapain?
Aku sendiri juga sempat bingung karena aku lebih banyak menggunakan whatsapp untuk berkomunikasi ketimbang menggunakan Facebook atau Instagram. Mungkin, ketika Facebook dan Instagram nge-down, nggak bakal kerasa banget di aku. Tapi, ketika Whatsapp tidak bisa digunakan. Aku sudah uring-uringan karena kebanyakan komunikasi dengan saudara, teman dan costumer memang melalui Whatsapp.
Hmm ... beberapa orang menyarankan menggunakan VPN agar bisa berselancar normal. Namun, aku sendiri tidak berminat sama sekali menginstall VPN. Alasannya sederhana, aku cuma mau tahu berapa lama Kominfo membatasi akses Media Social Mainstream ini. Lagipula, tanpa media sosial, aku bisa menghabiskan waktuku di dunia nyata. Bercengkerama langsung dengan orang dan lingkungan sekitar. Tidak ngobrol dengan keypad hp setiap hari. Terkadang memang terasa konyol, apalagi kalau sambil senyum-senyum sendiri, dikira gila.

Karena aku tidak menggunakan VPN, aku bisa tahu kalau pada pukul 23.20 WITA, Whatsapp sudah bisa dipakai untuk berkomunikasi. Aku bisa mengirim gambar, update story dan mengirimkan video. Hanya saja, masih ada satu kendala yang tidak bisa yakni mengirim file dalam bentuk Ms.Word, Ms. Excel atau .zip. Karena aku terbiasa mengirimkan naskah cerpen atau novel melalui WA saja. Buatku, lebih mudah ketimbang lewat email. Tapi, karena Whatsapp masih dibatasi penggunaannya ... aku harus legowo dan mengirimkan naskahku lewat email saja.

Kalau aku lihat story netizen, sepertinya kita memang sangat ketergantungan dengan Sosial Media. Karena, netizen akan melakukan apa saja supaya bisa mengakses internet yang dibatasi seperti menginstall VPN. Artinya, masyarakat Indonesia memang tidak bisa hidup tanpa Medsos walau hanya  1 hari. This is Real?

Hmm ... Sosmed yang dulu merupakan kebutuhan tersier, kini sudah berubah menjadi kebutuhan premier masyarakat Indonesia.
Apakah 22 Mei akan menjadi Hari Tanpa Medsos Nasional?

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas