Thursday, February 28, 2019

Review Buku | Calon Arang | Toety Heraty

Komunitas Kacaku


Judul Buku        : Calon Arang, Kisah Perempuan Korban Patriarki
Penulis                : Toeti Heraty
Isi                          :  132 hlm
Penerbit             : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit   : November 2012 ( Edisi dua bahasa)
Waktu Baca    : 1 hari
Reviewer          : Rin. Muna



Buku ini merupakan prosa lirik yang ditulis oleh Toeti Heraty. Dalam karya ini, suara pengarangnya tetap seperti dahulu: mengajak bercengkerama, terkadang mengajak tersenyum, tetapi selalu mengajak berpikir.

Prosa lirik ini selesai ditulis Toeti Heraty pada Agustus 2000, menokohkan Calon Arang bukan hanya sebagai korban, tetapi terutama sebagai perempuan korban. Dengan kalimat lengkap perempuan korban patriarki, jelas sudah sang antagonisnya adalah pria, lelaki, semua makhluk manusia berlingga. Dikotomi perempuan-lelaki adalah topik utama kaum feminis: dunia ini tidak adil terhadap perempuan, karena kebudayaan dunia merupakan manifestasi penindasan lelaki terhadap perempuan – sengaja atau tidak, dunia ini menguntungkan lelaki. Seolah-olah nasib malang kaum perempuan adalah kodrat. Tidak aneh jika prosa lirik ini dipersembahkan kepada setiap perempuan yang meredam kemarahan saja. Karena proses internalisasi nilai tersebut, yang membuat pria, di sisi lain telah juga dimanfaatkan perempuan, sehingga mampu menangguk keuntungan, tidak marah, malah pasrah dan bahagia dalam ketertindasannya.

Perempuan yang mampu marah (termasuk yang mampu meredamnya) hanyalah perempuan yang sadar dan tidak setiap perempuan (seperti juga tidak setiap lelaki) beruntung mengalami penyadaran.

Dongeng Calon Arang telah menggelitik orang-orang kreatif dari abad ke abad. Memunculkan sekian banyak versi yang mencerminkan berbagai semangat zaman dan tampil di panggung-panggung yang tak sebatas di Bali, kampung halaman kulturalnya.

Calon Arang namanya, perempuan janda ini tinggal di desa Dirah di wilayah kerajaan Daha. Kesaktiannya konon melebihi sang raja. Alkisah, kesaktian itu digunakan untuk berbuat jahat, sampai-sampai tidak ada laki-laki yang berani mendekati apalagi sampai melamar anak gadisnya yang cantik jelita bernama Ratna Manggali. Si janda teramat murka karenanya dan dengan pertolongan Durga, sang Dewi Pembinasa, ia melampiaskan amarahnya dengan menyebarkan wabah penyakit ke segenap wilayah kerajaan.
Untuk menanggulangi kuasa Calon Arang yang dipandang sebagai sihir jahat atau santet, raja meminta seorang petapa yang berdiam diri di kaki pegunungan. Baradah adalah seorang begawan yang karena keluhuran budi dan keluasan pengetahuan kerohaniannya menyandang gelar Mpu.
Empu Baradah kemudian menasehati raja agar menggunakan siasat dan muslihat agar dia dapat menguasai kesaktian Calon Arang. Diusulkannya muridnya yang paling menjanjikan bernama Empu Bahulu sebagai calon yang hendak mempersunting Ratna Manggali yang cantik jelita.
Bahula mengambil kitab ilmu sihir Calon Arang yang bernama Buku Lipyakara. Buku Lipyakara sebenarnya berisi ilmu kebaikan, hanya saja disalahgunakan oleh Calon Arang menjadi ilmu jahat yang menimbulkan ketakutan dan keresahan dalam negeri. Buku Lipyakara diambil oleh Ratna Manggali dan diberikan pada suaminya. Kemudian Empu Bahula memberikan buku tersebut pada Empu Baradah. Dengan buku Lipyakara, Empu Baradah berhasil mengalahkan kesaktian Calon Arang.

Kelebihan :
Dalam buku Calon Arang, Kisah Perempuan Korban Patriarki, Toeti Heraty selaku salah seorang penyair feminis Indonesia terdepan tak hanya memintakan perhatian pada sebab musabab dan kesia-siaan perang antarjenis. Ia juga memintakan perhatian pada ancaman terhadap kedamaian yang datang dari patriarki yang tak putusnya berupaya melemparkan kesalahan ke alamat lain. Toeti Heraty menghadirkan Calon Arang dalam sudut pandang yang berbeda.

Kekurangan:
Buku ini mengandung versi cerita yang berbeda-beda. Prosa Liriknya membuat kita berpikir untuk mengerti setiap kata yang tertulis. Sebenarnya liriknya indah, mudah untuk diingat. Pembaca bisa melihat Calon Arang dari sudut pandang yang berbeda. Ni Rangda sebagai ibu yang mencintai anaknya dan Calon Arang sebagai nenek sihir.


Author by Rin. Muna

Review Buku | Back to Love | Kaka HY



Komunitas Kacaku

Judul Buku    : Back to Love
Penulis  : Kaka HY
Isi  : 358 Halaman
Penerbit          : Gagas Media
Tahun Terbit : 2018
Reviewer        : Rin. Muna


Kepergian kekasih bisa membuat seseorang seolah jauh dari perputaran dunia. Kosong. Sepi. Begitulah hari-hari yang tersisa bagi ia yang patah hati, begitu juga Abid. Meski sang kekasih sudah lama meninggalkannya, entah sampai kapan, Abid masih menginginkannya kembali. Sosok Aline tak pernah berhenti mengisi hatinya.
Aline kembali dengan cara yang tak terduga, bersama Fay perempuan yang kerap bersikap tak acuh dengan sekitarnya. Namun, Fay tahu hanya dirinyalah yang mampu mengakhiri kisah Abid dan Aline yang seharusnya telah lama usai. Kisah yang membuatnya seperti tersesat.

  Kematian Aline membuat kehidupan Abid berubah seketika. Ia masih terus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Aline. Dia masih terus berharap Aline akan kembali ke kehidupannya. Ada hal yang belum sempat tersampaikan dan itu terus membuat Abid merasa bersalah. Sikapnya dingin, pikirannya tak menentu. Teman-teman Abid perihatin dengan keadaannya yang semakin menyedihkan, dia hidup tapi seperti mati.
Tahun ajaran baru adalah awal Abid bertemu dengan Fay. Gadis biasa yang pandai melukis dan sangat cuek dengan sekitarnya. Kemampuan Fay untuk melihat arwah, membuatnya berkenalan dengan Aline. Aline yang ingin Abid hidup dengan bahagia, terus berusaha meminta tolong pada Fay untuk menyadarkan Abid agar bisa melanjutkan hidup normal seperti biasanya. Sejak itu, Fay dan Abid sering bertemu dalam beberapa kegiatan. Hingga akhirnya, Fay jatuh cinta untuk pertama kalinya pada Abid, namun Abid masih belum bisa menyerahkan cintanya karena masih mencintai Aline.

  Setelah meninggalkan Fay karena Abid masuk perguruan tinggi, batinnya mulai mengalami pergulatan. Ia merasa tidak bisa jauh dari Fay dan tidak mengerti apa alasan yang membuatnya ingin selalu dekat dengan gadis itu. Di akhir cerita, Abid memenuhi janjinya untuk menggendong Fay sembari mendaku Gunung Papandayan yang menjadi saksi cerita cinta mereka.

Kelebihan Buku: Kelebihan dari buku ini adalah alur cerita yang menarik, masa kini, mudah dipahami dan tidak membosankan. Kisah cinta yang terjadi di masa-masa SMA yang begitu manis. Dikemas dalam cerita yang indah dan menarik. Karakter tokohnya kuat dan menarik.

Kekurangan Buku: Kekurangan dari buku ini, sejauh ini sudah sangat bagus. Tema yang diangkat sangat umum mudah ditebak. Namun, di dalamnya tetap terdapat cerita-cerita cinta yang manis dan menarik yang sayang untuk dilewatkan.

Literasi | Taman Bacaan Bunga Kertas dan Kawan Baca

Hai ... teman-teman!
Apa kabarnya hari ini?
Semoga selalu baik dan diberkahi setiap langkah hidupnya ya!

Hari ini aku mau buat PhotoStory.
Hmm ... maksudnya buat story dari photo yang mengingatkanku padw momen-momen tertentu. Cerita keseharian yang ingin aku tulis dan abadikan sebelum aku terserang demensia atau alzheimer.

Foto di atas adalah gambar yang menunjukkan logo Taman Bacaan Bunga Kertas dan beberapa buku bacaan. Pasti, kalian semua akan menebak kalau foto ini diambil di taman baca aku yakni Taman Bacaan Bunga Kertas kan? Hmm ... salah banget! Karena foto ini adalah buku-buku koleksi milik Kawan Baca yang didirikan oleh Mas Fadli. Mas Fadli adalah pengusaha digital printing di wilayah Handil. Sehingga, dia juga yang membuatkan spanduk taman bacaku, beliau kasih secara cuma-cuma alias gratis.

Di usia taman bacaku yang masih seumur jagung, aku mendapat sambutan baik dari senior-seniorku yang jauh lebih dahulu bergerak menjadi relawan literasi.

Tanpa aku minta, Mas Fadli membuatkan spanduk Taman Bacaku. Ada perasaan bahagia tersendiri ketika Mas Fadli mengirimkan foto ini. Aku bahkan tidak menyangka kalau logo taman bacaku bisa ada di dalam ruang baca milik Kawan Baca yang didirikan oleh Mas Fadli.

Sampai saat ini, aku belum berkesempatan untuk berkunjung ke Kawan Baca. Lokasi taman bacaku dengan taman baca milik Mas Fadli memang lumayan jauh. Terlebih lagi kegiatan di taman bacaku yang mulai padat. Membuat aku akhirnya sulit untuk keluar dari rumah karena hampir setiap hari ada kegiatan. Yah... walau kegiatannga hanya kecil-kecilan saja. Itu sudah membuat kegiatanku cukup padat. Karena di samping sebagai ibu rumah tangga yang sibuk mengurus rumah dan anak-anak. Aku juga punya kegiatan kreatif termasuk dalam hal menulis. Hehehe...

It's okey!

Aku abadikan foto ini dalam ceritaku. Supaya Taman Bacaan Bunga Kertas dan Kawan Baca bisa berjalan bersama-sama dan berdampingan dalam memajukan literasi di Indonesia.


Salam literasi ...!

Terima kasih untuk pembaca yang udah setia membaca cerita-cerita aku.

Jangan lupa subscribe ya! 😉😉😉


Kenangan Bersama Annisa Nur Adnin - Finalis Duta Baca Kaltim 2018

Kalau lihat foto ini, aku jadi teringat akhir Agustus tahun 2018 lalu. Aku mengikuti sebuah ajang kompetisi "Duta Baca Daerah" yang membuatku berpikir ulang, kenapa aku bisa mengikuti ajang gila ini? Sementara aku bukan lagi anak remaja yang berprestasi. Aku hanya lulusan SMA dan harus bersaing dengan anak kuliahan. Jelas saja membuat nyaliku menciut. Aku sendiri tidak yakin kenapa aku bisa mengikuti ajang ini.

Yang aku ingat, hari itu Bunda Harmi (Perpus Kukar) menyuruhku untuk mengikuti seleksi Duta Baca Kaltim 201i karena aku memenuhi kriteria yang dituliskan, yakni memiliki sebuah perpustakaan dan prestasi di bidang literasi. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan dan bertanya ke sana kemari, aku mengirimkan berkas-berkas yang diperlukan untuk kompetisi tersebut.

Setelah semuanya selesai dan dinyatakan aku lolos seleksi, maka aku pun berangkat menuju kota Samarinda untuk mengikuti masa karantina selama 3 hari. Panitia penyelenggara tidak menyiapkan penginapan dan konsumsi, sedih banget kan? Aku nggak tahu harus menginap di mana. Aku nggak punya banyam kenalan di Samarinda. Kemudian aku teringat tawaran Bapak Muhammad Samsun ( Wakil Ketua DPRD) untuk memberi kabar kalau aku masuk sebagai finalis. Beliau bersedia membantu semampunya. Karena kepepet, ya aku hubungi beliau dan bilang kalau aku nggal dikasih penginapan sama panitia penyelenggara. Semua peserta juga tidak ada yang diberi biaya transport, akomodasi dan penginapan. Sehingga harus mencari sendiri di mana kami akan tinggal selama masa karantina. Ada beberapa yang memang warga Samarinda atau ngekos di Samarinda. Sehingga, mereka lebih mudah untuk mengikuti kompetisi ini.

Aku diendorse sama Bapak Samsun yang kebetulan tetangga kampungku, diberikan menginap selama 2 malam di sebuah penginapan yang tepat berseberangan dengan Kantor Perpusda Kaltim. Yah, alhamdulillah ... setidaknya aku tidak tidur di mes ... mesjid. Karena aku tidak punha uang untuk menginap.

Karena jatah menginap hanya dua malam, maka malam ketiganya aku harus keluar dari penginapan tersebut dan mencari penginapan lainnya. Sore itu aku mengeluh dengan peserta lain. Aku berniat untuk pulang saja sore harinya dan kembali besok paginya ketika malam Grand Final dimulai.
Namun, beberapa teman finalis melarangku dan menawarkan untuk menginap di kosan mereka. Ada dua peserta yang menawarkan aku menginap bersama mereka. Yang pertama Cindy, si gadis cantik berhidung mancung itu. Yang kedua, Anisa Nur Adnin atau yang sering disapa Anin. Mereka sama-sama menawarkan agar aku menginap di kosan mereka saja.

Awalnya, aku memilih untuk ikut menginap di kosan Cindy. Tapi, karena ketika mau pulang, Cindy terlihat sibuk dengan finalis yang lainnya, aku memutuskan untum ikut ke kosan Anin saja. Aku bilang pada Cindy dan ia menyetujuinya.

Singkat cerita, akhirnya aku menginap di kosan Anin. Waktu pertama kali masuk ke kosan ini, aku disambut baik dengan pemilik kosan. Bahkan diminta untuk makan bersama di ruang makan mereka. Alhamdulillah ... setidaknya bisa menghemat uang makan sekali. Hehehe...

Selama dua malam aku menginap di kosan Anin, sesekali kami jalan-jalan ke luar mencari makanan atau barang-barang keperluan. Saat itu, aku mengenal Anin sebagai pribadi yang baik dan apa adanya. Asyik aja gitu jalan dan cerita-cerita sama dia.
Dia bilang, "Aku jalan sama Kak Rin, kayak jalan sama mamaku, deh."
Aku tersenyum dan bertanya, "kenapa emangnya?"
Dan dia bilang, aku seperti ibunya yang bayarin dan jajanin dia. Hihihi ... entah kenapa, asyik aja gitu. Aku tahu gimana kehidupan anak kos. Dia harus pandai mengatur uang bulananya. Jadi, setiap kali jalan, aku memang yang traktir dia.

Ada hal yang aku pikirkan tentang masa depan. Seandainya anakku suatu hari merasakan hidup sendiri di kosan dan jauh dari orang tua. Dia pasti merasakan hidup hemat. Bahkan untuk makan saja harus bisa irit. Itulah sebabnya, aku tidak pernah berpikir dua kali membantu orang lain selama aku masih bisa dan masih mampu.

Aku dan Anin yang baru mengenal, serasa sudah akrab dan mengenal lama. Itu karena pribadi Anin yang apa adanya, ramah dan nggak neko-neko. Ada hal yang sama antara aku dan Anin, yakni ... nggak begitu suka dengan ruangan yang terlalu rapi, hahaha ...

Bagiku, ruangan yang terlalu rapi itu membatasi setiap gerak-gerikku. Aku pastinya sungkan untuk melakukan pergerakan yang kira-kira akan membuat ruangan kotor atau berantakan. Tapi, ketika bersama Anin, aku bisa menjadi apa adanya aku. Tidak harus jaim dengannya walau dia jauh lebih muda dan lebih cantik dari aku. Aku sama sekali tidak minder ketika bersama dengannya.

Selain baik hati, ramah dan asyik, Anin juga salah satu mahasiswa Unmul yang berprestasi. Ia seringkali menjadi presenter di salah satu komunitas, juga terlibat dalam pers mahasiswa universitasnya.

Hai ... Adnin, semoga tulisan ini bisa mengabadikan cerita kita dan membuat kamu selalu ingat sama aku, begitu juga sebaliknya. Kalau kita pernah menghabiskan malam bersama dalam satu ruang yang sama.

Wednesday, February 27, 2019

Mampir ke Taman Samboja. Akankah Jadi Ikon Kecamatan Samboja?


Hai ... hai ... hai ...!
Kali ini aku berkesempatan untuk mampir ke salah satu taman yang ada di daerah Samboja Kuala. Taman ini baru saja dibuat dan memang belum jadi. Di sisi jalan, masih ada tiang pembatas sebagai tanda kalau taman ini memang belum bisa digunakan.

Di bawah kepemimpinan Bapak Ahmad Junaidi, Kecamatan Samboja tumbuh menjadi daerah yang pesat dengan banyak potensi wisata yang menjadi destinasi favorite para turis.
Oleh karenanya, kini hadir Taman Samboja sebagai icon bahwa Samboja memang tempat favorite yang nggak kalah kece sama kota sebelahnya yakni Balikpapan.

Untuk teman-teman tahu, Samboja bersebelahan dengan kota Balikpapan. Akses dari Bandara Balikpapan sangatlah mudah dan dekat. Banyak juga tempat wisata di Samboja yang menjadi favorite para pengunjung. Bukan hanya deretan pantai-pantainya. Samboja juga memiliki tempat wisata alam yang masih alami seperti Borneo Orang Utan Survival dan Pulau Bekantan.

Ah, kalau ngomongin destinasi wisata di Samboja mah banyak. Samboja merupakan salah satu kecamatan yang memiliki banyak potensi wisata seperti Pantai Ambalat, Pantai Tanah Merah, Pantai Pemedas, Pulau Bekantan, Taman Hutan Raya, Borneo Orang Utan Survival, KWPLH, Lamin Etam Ambors, Batu Dinding, Water Park Handil, dll.

Bukan hanya wisata alamnya saja, di Samboja juga punya banyak tempat wisata edukatif seperti taman baca. Di Kecamatan Samboja sendiri, terdapat 5 taman baca yang bisa kamu kunjungi.



Taman Samboja di buat di atas lahan eks. Pasar Tradisional Kuala. Pasar Traditional Kuala sendiri sudah di relokasi ke tempat yang jaraknya tidak begitu jauh dari pasar sebelumnya. Taman Samboja ini bakal jadi tempat yang asyik karena berada di tepi jalan provinsi. Tepat di dekat jembatan Kuala. Dari taman ini, kamu bisa melihat kapal-kapal nelayan bersandar.

Karena aku ke sini waktu tamannya belum jadi,,, yah,,, keadaannya memang masih gersang. Lain kali aku akan menyempatkan waktu untuk mampir ke tempat ini lagi. Semoga saja tempat ini semakin bagus dan menjadi pusat anak-anak muda berkreatifitas demi mewujudkan kecamatan Samboja yang lebih baik lagi sesuai dengan slogan "Samboja Makin Keren".



Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas