Wednesday, January 23, 2019

Literasi Baca-Tulis

www.gln.kemdikbud.go.id
Apa itu Literasi Baca Tulis?

Literasi Baca  adalah kemampuan seseorang untuk memahami isi teks tertulis baik tersirat maupun tersurat dan menggunakannya untuk mengembangkan potensi diri dan ilmu pengetahuan.
Literasi Tulis adalah kemampuan menuangkan gagasan atau ide ke dalam tulisan dengan susunan yang baik untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial.

Dari kedua pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa Literasi Baca Tulis adalah kemampuan untuk memahami isi teks dan menuangkan gagasan atau ide ke dalam sebuah tulisan sebagai hasil dari kemampuan memahami teks itu sendiri.

Saat ini, pengertian teks sudah sangat luas. Bukan terpaku pada selembar kertas berupa tulisan. Namun, teks juga merupakan kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Kemampuan untuk memahami kejadian atau peristiwa yang ada di sekitar kita juga bisa disebut sebagai literasi.

Kenapa membaca dan menulis itu penting?

Membaca dan menulis ini sangat penting karena ini adalah modal utama untuk bisa mengembangkan diri menuju literasi selanjutnya. Membaca dan menulis menjadi akar pokok dalam dunia literasi. Kita tidak akan bisa mengembangkan diri pada literasi selanjutnya apabila literasi baca tulis ini belum kita praktikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada 8 alasan kenapa literasi membaca dan menulis itu penting seperti berikut:
1. Sebagai kunci mempelajari ilmu pengetahuan.
2. Meningkatkan kemampuan berbahasa dan memperkaya kosakata.
3. Meningkatkan kreativitas dan imajinasi.
4. Meningkatkan empati.
5. Meningkatkan konsentrasi dan fokus
6. Mengurangi stres.
7. Mengembangkan minat pada hal-hal baru.
8. Sebagai hiburan.


Proses berliterasi:
Dalam menggiatkan literasi baca tulis, tentunya ada proses yang harus dijalani secara bertahap. Tidak terjadi secara otomatis. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui yakni:
a. Membaca dan menulis bersuara
b. Membaca dan menulis terpandu
c. Membaca dan menulis bersama
d. Membaca dan menulis mandiri.
Empat tahapan ini harus dilalui untuk menjadikan anak kita bisa membaca dan menulis secara mandiri.

Ada beberapa cara untuk menggiatkan literasi di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Di sekolah, murid-murid dibiasakan untuk membaca sejumlah buku pada waktu tertentu.Menuliskan hal-hal menarik dari buku yang dibaca.Membuat kelompok diskusi buku. Membuat perpustakaan di kelas.Mengundang orang tua, sastrawan atau pegiat literasi untuk membacakan buku di sekolah. Mengadakan konferensi penulis muda. Mengundang sastrawan atau penulis untuk bercerita tentang proses mereka, dan lain-lain.

Di Masyarakat, literasi baca tulis bisa dilakukan dengan membuat berbagai acara dan event literasi seperti mendongeng di taman kota, mengadakan festival literasi, membentuk kampung literasi, menyediakan pojok baca di tempat umum dan lain-lain.

Berbicara soal literasi baca tulis, sasaran utamanya adalah anak-anak usia dini. Membiasakan anak-anak untuk bisa membaca memang baik, namun akan lebih baik lagi jika kita membuat anak-anak mencintai buku. Jika sudah cinta pada buku, mereka akan senang membaca buku dan menikmatinya. Ini bisa menjadi sebuah kebiasaan yang tertanam sejak kecil hingga dewasa.

Untuk bisa mencapai literasi yang lain, maka literasi baca tulis harus menjadi prioritas utama sebagai dasar untuk menghadapi kehidupan sosial masyarakat di masa yang akan datang.





Sumber : gln.kemdikbud.go.id



Tuesday, January 22, 2019

Membuat Hiasan Dinding dari Stick Ice Cream

Dok. Pribadi My Facebook
Hari ini, aku kedatangan beberapa remaja yang sering nongkrong si taman baca. Sebenarnya, sejak siang hari mereka sudah bergantian ada di sini. Ada yang membaca buku, ada yang ke sini sekedar untuk bermain dan sebagainya.

Sore hari, Gugun baru saja datang. Ia bersekolah di SMA Negeri 1 Samboja, sekolahnya lumayan jauh sehingga sampai rumah sudah agak sore. Hari sebelumnya, ia dan beberapa anak sudah berlatih membuat lukisan dengan media cat minyak dan stick ice cream. Jadi, ketika ia datang, dia langsung bertanya. "Bikin lagi kah, Mbak?" Langsung saja aku jawab, "Buatlah." karena saat ia datang, aku sedang sibuk membuat bross.

Akhirnya, Aisyah, Evi dan Budi kembali melukis di atas stick ice cream menggunakan cat minyak. Sebenarnya, lebih mudah menggunakan cat akrilik, lebih mudah dibersihkan dan cepat kering. Namun, karena aku hanya punya stock cat minyak, itulah yang aku pakai. Daripada beli baru, duitnya juga nggak ada. Akhirnya pakai bahan seadanya saja. Yang penting kreatif dan mereka nggak protes dengan alat dan bahan yang seadanya.

Aku bahagia mereka bisa berkunjung ke sini walau hanya mengisi waktu luang dengan menggambar. Mereka juga tak lepas dari akses informasi digital sesuai dengan zamannya. Sekarang sudah zamannya semua serba instan. Bahkan, dalam dunia digital kita bisa memperoleh akses informasi dengan mudah.
Seiring dengan program pemerintah yang akhirnya bisa memberikan kemudahan akses untuk desa dengan memasang jaringan wifi. Hanya wifi inilah satu-satunya jalan akses untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya. Karena kalau jaringan seluler biasa, sulit sekali mendapatkan signal. Terlebih mau mengakses internet.
Dengan adanya akses internet, anak-anak aku ajari mencari sumber referensi seni yang menarik kemudian mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari.
Tak jarang aku mendengar mereka mengeluh. "Bikin apa ya? Nggak bisa mikir nah mau bikin apa," celetuknya ketika baru memulai.
Namun, ketika diarahkan, anak-anak mampu bereksplorasi dengan sendirinya dan menghasilkan sebuah karya.
Ada yang takut gambarnya jelek sehingga tidak mau melatih dirinya untuk menggambar karena malu dengan teman lain yang sudah lebih baik. Namun, aku selalu mengatakan kalau tidak ada karya yang jelek. Semua karya itu bagus. Tinggal bagaimana cara menikmatinya saja. Itu bagian dari menyemangati agar anak-anak tak patah semangatnya.
Tidak melulu mengatakan hal yang baik-baik. Terkadang aku juga bercanda sambil bilang "Jelek." ketika melihat karya mereka. Bukan dengan maksud untuk menjatuhkan mental yang sedang belajar, tapi untuk menguatkan mentalnya agar bisa menjadi lebih baik lagi. Kalimat yang dibubuhi dengan candaan biasanya lebih santai, tidak membuat jiwa anak-anak down karena komentar yang belum baik. Memberi pengertian pada mereka menjadi salah satu solusi untuk membuat mereka bisa lebih bersemangat lagi dalam belajar dan berlatih.
Di taman baca, aku tidak mengharuskan anak-anak belajar secara formal. Mereka lebih banyak belajar bersosialisasi, belajar mengenal lingkungan dan belajar membaca setiap fenomena atau peristiwa yang ada di sekitar mereka.
Sebab literasi tidak hanya bergelut pada baca tulis, walau dasarnya memang baca tulis dan difokuskan pada anak-anak. Kalau di taman baca yang mayoritasnya anak remaja. Tentunya menjad sebuah tantangan tersendiri. Membuat mereka mampu membaca kejadian-kejadian di sekitarnya, menganalisa dengan baik dan mengaplikasikannyad alam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu bentuk literasi.
Demikian sedikit cerita yang bisa aku bagi hari ini.
Karena aku sudah ngantuk berat dan harus tidur.
Sampai bertemu esok lagi.
Semoga ada cerita-cerita indah yang bisa aku bagikan untuk para pembaca dan kalian para pejuang literasi.


Video Membuat Hiasan Dinding dari Stick Ice Cream
Samboja, 22 Januari 2019

Jadi Juri Lomba Menulis dalam Education Expo 2019

Dok. Pribadi
Hari Minggu, 20 Oktober 2018 aku kembali dipercaya oleh pihak Heart and Soul Publishing untuk menjadi juri lomba menulis kategori A (Usia 8-14 tahun). Sedikit keki sih sebenernya karena harus bersanding dengan Mbak Luluk Lee (Penulis Novel) dan Afiani Gobel. Terlebih aku ini bukan penulis profesional, hanya senang dengan dunia kepenulisan dan memang doyan nulis sih, hehehe...
Hari sebelumnya aku memang sudah datang ke kota Balikpapan tercinta ini. Kota kecil yang penuh dengan kenangan-kenangan masa remajaku. Aku datang ke Plaza Balikpapan pukul 13.00 WITA sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak penyelenggara acara.
Di sini, aku menjadi juri untuk lomba. Kalau tahun lalu, acara pertama Annual Fashion Book 1.0 yang diselenggarakan Januari 2018, aku ikut memamerkan salah satu karya buku antologiku. Sampai saat ini, aku masih bergelut dalam penulisan buku antologi. Karena ada banyak alasan untuk menerbitkan buku indie, salah satunya aku nggak punya duit.
Sampai saat ini juga aku masih ikutan nulis buku antologi, ada 19 buku antologi yang sudah terbit hingga hari ini. 1 buku terbitan Kantor Bahasa Kalimantan Timur, 3 buku terbitan Hazerain dan 15 buku terbitan FAM Publishing.
Aku bahagia bisa ada di sini, bangga dengan diriku sendiri. Jiiiaaah... kepedean amat yak!? Yah ... mau siapa lagi yang banggain kalau bukan diriku sendiri. Setidaknya, itu bisa menjadikan aku lebih semangat lagi untuk menulis. Karena terkadang kita kesulitan mencari semangat dan inspirasi, semua itu harus datang dari diri sendiri.
Sekitar pukul 17.00 WITA, aku pamit untuk pulang ke Samboja. Sedih sih karena nggak bisa ikutin acaranya sampai selesai. karena ketika aku pulang, sedang berlangsung Talkshow yang menghadirkan Ibu Norhayati Wahab (Ambis), Ibu Rulyta (Kampoeng Literasi), Mas Suyitna ( Ketua Mata Pena Enggang) dan Mbak Indah (Heart & Soul).
Acara Annual Fashion Book 2.0 kali ini berlangsung dari siang hingga malam hari. Dimeriahkan dengan berbagai acara literasi dalam Education Expo.
Aku pastinya agak sedih karena nggak bisa mengikuti acaranya sampai selesai. Aku lihat ada teman seniman yang ikut meramaikan acaranya, sayangnya tidak bisa bertemu karena sekitar jam 19:30 WITA aku sudah ada di rumah Samboja.
Malam ini, ketika aku membuka salah satu media sosial Facebook, aku mendapati Pak Herry Trunajaya mendapatkan penghargaan dari Heart & Soul Publishing dalam acara Annual Fashion Book 2.0. Semoga terus menginspirasi dan menjadikan generasi  muda lebih semangat lagi dalam berkarya.
Dok. Pribadi ( Annual Fashion Book 2.0 Balikpapan, 20 Januari 2019)

Meet & Greet Red Riding Book Part.3 | Pasar Buku Sehari

Dok. Pribadi 13 Oktober 2018
13 Oktober 2018 saya diminta oleh pihak Heart & Soul Publishing House Balikpapan untuk mengisi salah satu acara di Plaza Kebun Sayur. Saya diajak untuk Meet & Greet dengan kawan-kawan literasi. Duh, kok berasa punya fans ya pakai acara Meet & Greet segala? wkwkwk...
Kebetulan hari itu aku diberi kepercayaan untuk meramaikan acara tersebut, menjadi salah satu perwakilan Duta Baca Kaltim 2018 dan juga Founder Taman Bacaan Bunga Kertas.

Di sini saya bertemu dengan dua penulis hebat asal Balikpapan. Yakni, Mba Ayu Emil ( Penulis buku IN PLAZA) dan Mbak Kaka HY (Penulis Gagas Media). Dari mereka aku belajar banyak tentang bagaimana menjadi penulis yang baik. Bagaimana caranya mendapatkan ide cerita dan karya kita original dengan mengangkat tema di sekitar lingkungan kita. Inspirasi bisa datang kapan saja dan di mana saja. Bahkan memang sering muncul ketika kita sedang berada didalam kesibukan dan kesulitan untuk mengeksekusi ide tersebut, akhirnya nanti lupa.

Kalau Mbak Ayu Emil dan Mbak Kaka HY berbagi pengalaman tentang dunia kepenulisan. Hari itu saya berbagi pengalaman menjadi seorang Juara Favorite Duta Baca Kaltim 2018 sekaligus pengalaman saya dalam membuat sebuah Taman Bacaan. Taman Bacaan yang saya berdirikan secara mandiri dan harapan saya bisa membuka taman baca di daerah-daerah lain terutama daerah yang minim akses transportasi dan informasi.

Dari apa yang saya lakukan, saya mendapatkan kebahagiaan tersendiri. Dan saya tahu bahwa saya tidak sendiri. Ada banyak orang yang bisa mengisi hari-hari saya terutama anak-anak yang sering berkunjung ke taman baca. Mereka bukan hanya sekedar datang, duduk diam untuk membaca. Tapi, mereka juga bisa bermain bersama, saling berbagi cerita dan bersosialisasi. Mereka juga sering belajar bareng di taman baca. Atau mengerjakan tugas-tugas sekolahnya di sini. Aku menjadi salah satu pendengar dan sahabat mereka. Tak ingin ada jarak yang terlampau jauh, jangan heran kalau semua anak-anak taman baca memanggilku "Mbak", bukannya dipanggil "Ibu". Bagiku, anak-anak adalah sahabat, mereka akan tumbuh menjadi remaja dan dewasa.

Itulah sedikit cerita yang aku bagi di acara Red Ridding Book yang diselenggarakan oleh Heart & Soul Publishing House, NBC ( Nulis Buku Club) dan beberapa komunitas yang ikut berpartisipasi di dalamnya.
Di sini, aku juga sempatkan untuk membeli buku-buku yang dipamerkan dan dijual di acara tersebut.
Oh ya, kebetulan dalama acara ini juga ada penampilan dari Atap Jerami dan pelelangan karya lukisan untuk korban gempa dan tsunami di Palu.

Semoga acara seperti ini menjadi ajang untuk mencapai Indonesia menjadi bangsa yang literat.


Salam Literasi untuk Negeri ...!

Sunday, January 20, 2019

Minta Sumbangan Warga Untuk Taman Baca


Beberapa waktu lalu, salah seorang anak remaja yang sering ke taman baca mengeluhkan beberapa hal. Seperti, stok alat tulis dan alat lukis yang sudah menipis bahkan hanya sisa-sisa yang sudah tidak bisa digunakan lagi.
Ada inisiatif yang muncul dari benak mereka ketika mereka mau menggambar dan aku sudab tidak punya uang untuk membeli cat warna.
"Mbak, gimana kalau kita keliling minta sumbangan ke warga?" tanya Gugun beberapa waktu lalu.
Pertanyaannya tidak perlu membuatku berpikir panjang untuk menjawab. Aku langsung bilang "Jangan!"
Aku tahu, sebuah taman baca yang aku buka secara mandiri, dengan biaya sendiri tentunya akan terasa sangat berat terlebih aku memang tidak punya penghasilan yang tetap. Tapi, setiap bulannya aku harus berusaha mendapatkan donasi buku, atau membeli buku baru dengan uang pribadi.
Sebuah tantangan yang berat ketika ingin memfasilitasi anak-anak namun kemampuan yang aku miliki terbatas.
Kenapa aku tidak mau meminta sumbangan ke rumah-rumah warga sekitar seperti yang dilakukan panitia HUT RI atau HUT Desa ketika akan menyelenggarakan sebuah acara? Bukannya sah-sah saja?
Warga juga tidak akan keberatan jika dimintai sumbangan untuk membelikan alat tulis maupun alat lukis. Tapi, aku hanya tidak ingin jika ada warga yang memang sebenarnya keberatan. Maka, aku ingin masyarakat sekitar bisa sadar dan membantu aktivitas di taman baca. Sebab, aku belum mampu memberikan yang terbaik untuk warga. Aku mau mereka yang datang ke taman baca dengan hati ikhlad jika memang ingin menyumbang atau berdonasi untuk taman baca.
Aku lebih memilih donasi berupa barang daripada dalam bentuk uang. Misalnya, berdonasi buku, rak, meja, kursi dan lain-lain.
Aku tidak mau meminta sumbangan karena banyak alasan yang sudah aku pertimbangkan sejak awal aku mendirikan taman baca. Walau anak-anak bisa belajar secara gratis, berkreatifitas sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Menggunakan alat tulis maupun alat lukis tanpa membayar. Alat-alat itu aku dapatkan dari donasi teman-teman seniman di Balikpapan yang telah menggalang dana untuk taman bacaku.
Alhamdulillah, walau belum ada warga yang ikut peduli dengan taman bacaan yang aku buat. Ada beberapa teman penulis yang peduli dan mengirimkan donasi buku ke taman baca. Rata-rata semua donasi buku aku terima dari pulau Jawa. Selebihnya aku beli sendiri.
Hingga saat ini baru ada sekitar 800 buku di taman baca. Masih sangat jauh dari jumlah yang seharusnya yakni 5000 buku. Semoga saja taman bacaku bisa semakin berkembang dan koleksi bukunya semakin banyak.
Dan sampai hari ini, hampir setahun taman baca yang aku dirikan sudah mendapat bantuan dari beberapa rekan penulis, teman-teman pelaku seni dan perusahaan terdekat.
Silahkan follow instagram @tbm.bungakertas lihat di video ini untuk melihat aktivitas di taman baca:


Saya berharap, taman baca ini bisa menjadi pusat belajar dan berkreasi untuk anak-anak, remaja dan pemuda-pemudi desa Beringin Agung. Saya juga sedang mencoba membuat tempat untuk berjualan di sebelahnya, supaya saya bisa menghasilkan uang sendiri untuk taman baca dan menambah koleksi buku tanpa harus mengandalkan donasi yang tidak bisa dipastikan ada setiap minggu atau setiap bulannya.
Ukuran bangunannya memang masih sangat kecil dan kadang sampai harus masuk ke ruangan pribadi rumah saya. Tapi, itu tidak menjadi masalah bagi saya, yang penting mereka mau berkumpul di sini dan saya bisa melihat apa yang mereka lakukan tidak melanggar norma dan etika di masyarakat.
Mereka wajib membaca buku terlebih dahulu sebelum bermain bersama.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah mendukung adanya taman baca ini. Semoga bisa bermanfaat untuk masyarakat desa Beringin Agung pada khususnya dan seluruh warga Indonesia di mana pun anda berada.

Salam literasi...!

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas