Showing posts with label Rumah Literasi Kreatif. Show all posts
Showing posts with label Rumah Literasi Kreatif. Show all posts

Monday, November 30, 2020

Nggak Nyangka! Ideku Diadopsi untuk Pembelajaran Pencegahan Kekerasan Seksual untuk Anak Usia Dini



Hai ... hai ...!
Apa kabar semua?
Semoga sehat selalu dan makin rajin membaca ya!


Kali ini, Kak Rin mau sharing sedikit tentang kegiatan keseharian Kak Rin di Desa Beringin Agung.

Eh, Kak Rin kan bukan pendidik, bukan guru ... Cuma ibu rumah tangga biasa yang kebetulan punya rumah baca.

Tanggal 22 November kemarin, aku ikut Pelatihan Kader Ramah Anak yang diadakan di Merkurius Room, Graha Bintang, Balikpapan.

Ada hal lucu di sana yang bikin aku mau ketawa terus-terusan. Mau tahu apa?
Hahaha ...
Ketawa aja dulu, siapa tahu nanti nggak lucu.

Oke, lanjut ... di saat sesi FGD, kami membuat kelompok yang terdiri dari lima orang. Kelompok lain, mayoritas adalah guru dan sudah terbiasa dengan pembelajaran di sekolah. Sedangkan aku, dapet kelompok yang isinya warga biasa dan laki-laki semua. Di kelompok itu, yang perempuan cuma aku. Yang lain itu Pak Eko (Sekdes), Putera (Perangkat Desa), Supri (Karang Taruna), Irul (Warga), Mas Gun (Ketua RT07).

Kalian bayangin, ya!
Bayangin dulu!

Nggak ada satu pun yang punya pengalaman mengajar di sekolah dan isinya laki-laki semua. 
Entah kenapa, aku lebih senang ngobrol sama laki-laki karena pikiran mereka simple, suka bercanda dan nggak mudah tersinggung dengan mulutku yang suka nyablak.
Apalagi, kami semua dapet tugas untuk melakukan pembelajaran pada anak usia dini. Yang ada di pikiranku adalah kegiatan yang simple, seru, disukai anak-anak dan bikin ribut.

Alhasil, saat kelompok lain mulai sibuk dengan karton dan konsep pendidikan yang akan mereka ajarkan ke murid-muridnya. Kami berlima cuma bercanda sambil tunjuk-menunjuk, alias bingung mau bikin apaan.

Oke, karena yang punya pengalaman mengajar cuma Mas Eko. Eh, Pak Eko ... karena beliau dulu adalah guru SD saya. Saat ini, Pak Eko adalah pelatih sepak bola di SSB Desa Beringin Agung. Jadi, aku kasih ide untuk menggunakan kartu merah seperti saat pertandingan sepak bola.

Semua mengiyakan dan Putera menambahkan kalau bagian tubuh yang boleh disentuh menggunakan kartu warna biru, yang tidak boleh disentuh menggunakan kartu warna merah.


Setelah melakukan pengenalan anggota tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, kami akan menanyakan pada semua murid-murid yang ada di ruangan itu. Misalnya, ketika kami menyebutkan bagian tangan, semua murid akan mengangkat kartu warna biru. Saat kami menyebutkan bagian dada, semua murid akan mengangkat kartu warna merah. Kami akan menyebutkan nama anggota tubuh secara cepat dan yang salah angkat kartu akan mendapatkan hukuman. 

Yeay ...! Seru banget 'kan? Karena sasaran kita adalah anak-anak usia dini. Tentunya berbeda dengan kelompok lain yang sasarannya adalah remaja.

Pokoknya, ini ide paling simple, paling seru dan cocok untuk anak-anak. Kenapa? Karena akhirnya teman-teman dari Pena dan Buku mengadopsi ide ini untuk dijadikan bahan ajar mereka.
Seneng banget rasanya kalau ide sederhana ini bisa dihargai dan digunakan oleh orang lain. Aku merasa kalau hidupku ini ternyata masih ada manfaatnya walau cuma sedikit.

Kalau mau lihat contoh permainan serunya, klik link di bawah ini ya! 👇👇👇




Inilah keseharianku yang bisa aku bagi dengan kalian semua.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi.


Much Love,
@rin.muna

Pelatihan Kader Ramah Anak Desa Beringin Agung

 



Minggu, 22 November 2020.


Pagi-pagi sekali, 30 warga desa Beringin Agung yang terdiri dari perwakilan guru dan warga berangkat menuju Graha Bintang untuk mendapatkan pelatihan kader Desa Ramah Anak yang dilaksanakan oleh Pertamina Hulu Sanga-Sanga, berkolaborasi dengan Yayasan Teman Kita dan Desa Beringin Agung.


Acara ini dihadiri oleh Rendy Wirawan (Ketua Yayasan Teman Kita), Kusnadi (Kepala Desa Beringin Agung) dan Hidayah Utama Lubis (Sr. Officer Communication & Relation Pertamina Hulu Sanga-Sanga).



Program Desa Ramah Anak merupakan program yang fokus pada pencegahan kekerasan seksual pada anak dan pergaulan bebas.


Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua yang dilaksanakan oleh Yayasan Teman Kita, minggu sebelumnya, mereka sudah melakukan pelatihan di Desa Beringin Agung untuk 10 orang.


Dalam pelatihan ini, kita diajarkan banyak hal. Terutama bagaimana menyikapi anak-anak era digital yang sangat mudah mengakses informasi yang luas dan tak terbatas.

Selain materi yang diberikan, kami juga melakukan FGD. Dalam FGD ini yang paling seru menurutku. Karena semua orang harus membentuk kelompok untuk membuat bahan ajar dalam mengkampanyekan pendidikan seksual pada anak (mengenalkan tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain).



Karena saya dapet kelompok laki-laki semua dan mereka bukan dari dunia pendidikan alias warga desa biasa. Alhasil, cucok banget dengan kelakuan aku yang bar-bar. Sampai-sampai, kami menjuluki kelompok kami adalah kelompok bar-bar karena tidak menggunakan banyak bahan peragaan. Hanya diskusi kecil sambil ketawa-ketawa, kemudian langsung praktek tanpa ribet supaya bisa mengajarkan anak-anak mengenal tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh menggunakan dua warna kartu. Merah artinya tidak boleh disentuh. Biru artinya boleh disentuh.


Hingga sore hari, kami semua larut dalam keseruan pelatihan ini. Jadwal yang harusnya sudah selesai jam lima sore. Eh, nambah sampai jam setengah enam. Itu artinya, pelatihan kali ini memang asyik dan tidak membosankan.


Kalian yang sudah baca artikel ini, bantu kampanyekan Desa Ramah Anak yang ada di desa Beringin Agung demi masa depan anak-anak kita semua.





Dengan adanya pelatihan kader ramah anak ini, diharapkan mampu menciptakan Desa Beringin Agung yang aman dan nyaman untuk anak-anak.


___________________________


Buat orang tua di rumah, bisa ajarkan anaknya menggunakan lagu ini ya!


Link Lagu untuk anak-anak, klik ini ya! 👉 : Jaga Diriku (Sentuhan Boleh, Sentuhan Tidak Boleh)



Terima kasih, ini catatan kecil dari Kak Rin.


Much Love,


Rin Muna








Monday, June 22, 2020

Pelatihan Literasi Oleh Kantor Bahasa Kalimantan Timur


Rabu, 07 November 2018

Ini hari ketiga aku menjalani Pelatihan Instruktur Literasi yang diselenggarakan oleh KBKT (Kantor Bahasa Kalimantan Timur).
Seperti hari sebelumnya, aku datang terlambat dan lift masih rusak. Oke, semangat ngos-ngosan naik tangga.
Materi pertama diisi oleh Mbak Sophie Razak dari Bisnis Indonesia dengan tema “Program dan Jejaring”. Kemudian dilanjut dengan materi kepenulisan oleh Pak Amien Wangsitalaja dan materi literasi financial oleh Bang Ali Sadli. Dari awal materi hingga akhir berjalan dengan baik dan lancar.
Aku sempat dikerjai oleh Bang Ali Sadli sebelum ia mengisi materi. Dia bilang tidak tahu jalan menuju ke Perpustakaan Kota dan sudah mutar-mutar tapi tidak ketemu. Otomatis aku langsung bereaksi mau jemput dia. Secara, rasa empati aku kan tinggi ya? Hahaha ... apaan sih? Aku bercanda saja kok.
Ternyata saat aku izin dengan Pak Amien Wangsitalaja yang sedang menyampaikan materi kepenulisan, Bang Ali sudah duduk santai di luar bersama panitia. Pak Amien yang mengatakan kalau beliau sudah lama sampai. Otomatis aku langsung keluar dari ruangan dan menghampiri Bang Ali. Aku tinju saja pundaknya dan dia tertawa lebar sudah berhasil mengerjaiku. Iih ... pematerinya nyebelin banget kan? Kebayang lah waktu ngasih materi, dia sering kali menggodaku dan membuat aku tidak bisa menahan tawa. Bukan hanya ketika menjadi pemateri, hari-hari biasa juga dia sudah biasa ngolokin aku. Ya Allah ... kenapa banyak kali orang senang meledek dan menggodaku? Apa aku ini terlalu lucu? Hadeuuh ...!
Oke, lupakan soal Bang Ali Sadli.
Kita lanjut ke cerita berikutnya.
Jadi, usai sesi foto bersama. Mas Abi mengajakku untuk main ke Kopaja. Wah ... aku seneng banget dong ya karena akhirnya bisa bertandang ke Kopaja. Jelas saja ajakannya langsung aku iyakan.
Mas Abi adalah pendiri Kopaja, komunitas sosial yang membina anak-anak jalanan di kota Balikpapan dan sudah berdiri selama 19 tahun.
Ada banyaaaaak sekali hal yang menginspirasi dari kopaja. Rasanya, aku ingin berlama-lama ada di Kopaja. Sangat menyenangkan. Anak-anak binaan Mas Abi sangat welcome. Menyambutku dengan ramah.
Saat aku datang, dua orang anak sedang duduk di bibir kolam kecil yang ada di sana. Satunya bermain ponsel sedang satunya lagi mengamati. Tak lama kemudian datang seorang anak kecil membuka kunci pintu rumah singgah itu dan ketiganya masuk ke dalam. Aku langsung ikut saja masuk karena memang sudah dipersilakan oleh mereka.
Tak lama Mas Abi dan ketiga temanku muncul. Aku sampai terlebih dahulu karena aku mengendarai motor sampai ke ujung gang. Sedangkan Mas Abi dan dua orang lagi naik Grab. Jadi, harus jalan kaki terlebih dahulu untuk masuk gang. Begitu juga dengan Hendi yang tidak berani menurunkan motornya ke dalam gang karena jalan lumayan curam. Aku saja yang nekat turun dengan modal sok berani. Secara sudah lama tidak mengendarai sepeda motor. Tapi, lumayan lah aku sering ngetrail waktu kerja di perkebunan. Jadi, nggak begitu takut asal kondisi rem baik-baik saja.
Saat Mas Abi datang, anak-anak sedang membersihkan ruangan. Mereka begitu menurut dan menyayangi Mas Abi. Bahkan seorang anak menyuguhkan minuman pada kami saat kami sudah duduk di dalam ruangan itu. Posisi duduk kami berpindah, berpindah pula minuman itu. Anak-anak melakukannya dengan inisiatif sendiri. Mereka sudah peka dengan keadaan di sekitar.
Mas Abi sharing pengalaman panjang lebar pada kami. Ada pajangan foto-foto aktivitas Kopaja sejak 19 tahun yang lalu. Saat Mas Abi masih berjuang membina anak-anak jalanan hanya beralas karpet dan beratapkan terpal. He is so amazing! Aku nggak tahu bagaimana cara Tuhan melahirkan hati malaikat dalam dirinya. Aku sampai bingung. Sampai nggak tahu harus ngomong apa. Semuanya begitu mengagumkan bagiku.
Ada banyak karya anak-anak yang terpajang di sana. Bukan hanya itu. Ada juga karya ibu-ibu rumah tangga berupa bross, hijab dll. Kebetulan di situ ada ruangan menjahit yang merupakan donasi dari kawan-kawan yang peduli terhadap pergerakan Kopaja.
Specially ...!
Tempat ini sangat spesial bagiku. Tak hanya tempatnya, tapi juga pendirinya dan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Bukan hal yang mudah untuk membuat tempat yang istimewa ini.
Itulah sebabnya, besok aku akan kembali singgah ke sana. Karena bagiku, 2 jam di sana masih sangat kurang. Aku masih ingin mendengar banyak cerita dari Mas Abi. Masih ingin menikmati tempat itu.
Aku salut.
Aku terharu.
Anak-anak jalanan yang doyan ngelem dan pergaulannya buruk bisa menjadi anak-anak baik di tempat ini. Tentunya pengabdian Mas Abi selama bertahun-tahun menghasilkan kebahagiaan yang tak terkira. Bahagia ketika berhasil merangkul anak-anak yang tidak suka belajar, tidak mau sekolah menjadi anak-anak yang gemar belajar dan mengerti arti pentingnya pendidikan.

Terima kasih Mas Abi untuk pelajaran hidup hari ini.
Semoga esok kita masih bisa dipertemukan di tempat yang sama.

Selamat malam semua ...!
Maaf kalau tulisan ini rada nggak jelas karena aku tulis dalam keadaan sudah mengantuk.
Salam inspirasi, salam literasi ...!

#DWPF
#DWPFDiary

Wednesday, May 13, 2020

Mamuja Peduli Covid-19, Donasikan 100 Pcs Masker Kain untuk Warga Samboja

www.rinmuna.com

Senin, 11 Mei 2020 menjadi hari yang bersejarah dan tidak akan pernah terlupakan dalam hidup kami. Pasalnya, di tengah wabah Covid-19 yang terus meresahkan masyarakat. Mamuja masih diberikan berkah untuk bisa membantu orang lain dengan memberikan donasi Masker Kain Steril product dari Mamuja Gallery.


 Baca juga : Profil Mamuja


Saat semua orang ribut karena masalah pembagian sembako yang tidak merata, kami sibuk di dalam sebuah ruang kecil "Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas" untuk memproduksi masker kain sebanyak 2.235 buah yang merupakan pesanan dari Pertamina Hulu Sanga-Sanga ( 1.650 Pcs) sebagai bagian dari program binaan Pertamina Hulu Sanga-Sanga untuk membantu menyejahterakan UMKM (Usama Mikro Kecil Menengah) yang ada di kecamatan Samboja. Pesanan dari Kecamatan Samboja sebanyak 225 Pcs dan dari SDN 036 Samboja sebanyak 360 Pcs. Total masker yang kami buat sesuai pesanan sebanyak 2.235 Pcs.



Sesuai dengan niat baik kami untuk menyisihkan sebagian keuntungan dengan memberikan masker gratis kepada warga Samboja, maka kami memberikan donasi sebanyak 100 Pcs masker kain yang pendistribusiannya kami serahkan pada salah satu kelompok pemuda yakni KNPI Kecamatan Samboja. Artinya, Mamuja telah memproduksi 2.335 Pcs masker kain dan masih ada beberapa masker yang kami jual secara ecer dan sesuai pesanan pembeli.


Awalnya, aku nggak nyangka kalau bener-bener bisa memproduksi hingga 2.000 lebih masker kain dengan anggota yang hanya 7 orang karena 1 orang  anggota sedang sakit dan tidak bisa bergabung untuk memproduksi masker kain. Alhamdulillah, karena niat baik semua ibu-ibu Mamuja diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Kami bisa mendapat pesanan dan juga menyisihkan sebagian uang yang kami peroleh untuk didonasikan kepada warga yang membutuhkan.

Selain donasi 100 Pcs masker lewat KNPI Kecamatan Samboja, kami juga memberikan donasi masker kain khusus untuk anak-anak balita yang membutuhkan. Kami berikan cuma-cuma selama persediaan masih ada dan yang membutuhkan mau datang ke Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas. Kami tidak bisa mempromosikan ke media sosial kalau ada masker gratis yang kami berikan untuk anak-anak mengingat tenaga kami yang terbatas dalam memproduksi masker. Sehingga, hanya bisa kami berikan kepada orang-orang yang tinggal dekat dengan kami.

Sebelumnya, aku memang ingin sekali bisa bermanfaat selama masa Pandemi Covid-19 ini. Terinspirasi dari Bunda Anne Avantie yang menyulap butiknya menjadi rumah produksi APD untuk tenaga medis yang ada di Indonesia. Aku pikir, aku memang hanya manusia kecil yang akan pernah bisa berguna untuk orang lain. Punya keinginan besar untuk membantu, tapi tak punya modal untuk bisa melakukannya. Tapi, Tuhan tak pernah tidur dan selalu menunjukkan jalan yang terbaik. Sampai akhirnya, kami mendapat pesanan tiba-tiba dalam jumlah besar dan akhirnya bisa menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kami donasikan.


 Mamuja juga bisa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positif. Saya sangat berharap kalau ke depannya, Mamuja bisa sukses dan menjadi bagian dari Divisi Finansial Taman Bacaan Masyarakat yang patut dicontoh. Karena, produk lokal memang sulit sekali bersaing dengan produk luar. Kebanyakan orang lebih suka membeli barang hasil produksi pabrik yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk homemade. Semoga, ke depannya karya-karya lokal bisa lebih dihargai oleh masyarakat luas. Karena semuanya akan kembali kepada masyarakat itu sendiri.

Mengingat kesibukan menjelang lebaran Idul Fitri, maka kami memutuskan untuk menunda pesanan dalam jumlah besar. Hanya menyediakan masker kain yang dijual ecer. Kami baru akan membuka pemesanan kembali usai lebaran Idul Fitri.

Semangat terus untuk ibu-ibu Mamuja. Semoga, karya-karyanya terus mendunia. Selalu memberikan yang terbaik, menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.


Salam berkarya,

Tetap #StayatHome ya! Jangan lupa pakai masker kalau keluar dari rumah.



Much Love,


Rin Muna

Founder Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas





 

Wednesday, April 1, 2020

Mamuja Memproduksi Masker Kain untuk Membantu Memenuhi Kelangkaan Masker


Sejak wabah Covid-19 melanda Indonesia. Masker menjadi barang yang langka. Bahkan, tenaga medis kekurangan APD.

Masker dan hand sanitizer menjadi barang yang diburu dan diborong oleh masyarakat. Padahal, masker sekali pakai lebih diutamakan untuk tenaga medis yang rentan dan berisiko tinggi tertular wabah Covid-19.

Aku yang tinggal di kampung, tidak begitu ekstrem seperti di perkotaan. Sehingga, aku sendiri bukan termasuk deretan netizen yang memborong masker, handsanitizer dan sembako.

Tapi, buat adikku yang tinggal di Kota Balikpapan, sangat merasakan dampak dari wabah Covid-19.
Dia harus kerja dari rumah. Sampai menyetok beberapa bahan pangan untuk bisa tetap bertahan di dalam rumah. Dia juga bilang kalau kehabisan masker untuk teman-temannya yang tetap harus bekerja di lapangan.

Kelangkaan masker di kota, membuat dia memintaku membuatkan masker kain untuk ia gunakan.
Yah, awalnya aku hanya membuat masker kain karena pesanan dari dia saja sebanyak 2 lusin. Tapi ternyata, bukan hanya adikku yang di kota yang membutuhkannya. Warga di sekitar juga ikut memesan. Termasuk perusahaan tambang terdekat. Mereka tetap harus bekerja dan menyiapkan APD untuk karyawan-karyawannya.

Alhasil, aku mengajak Mamuja untuk ikut berperan aktif menghadapi wabah Covid-19. Akhirnya, kami membuat masker yang ukurannya lebih besar dan lebih tebal untuk melindungi pernapasan kita dari virus Covid-19 yang penyebarannya sangat cepat.

Mamuja adalah komunitas ibu-ibu kreatif yang aku bentuk setahun lalu. Kami bergerak di bidang sosial. Sehingga, ketika ada satu fenomena seperti wabah Covid-19 ini, kami berupaya untuk ikut berperan. Walau tak banyak aksi yang bisa kami lakukan, tapi setidaknya bisa membantu kesulitan masyarakat sekitar.

Walau memproduksi masker. Kami juga tetap Work From Home. Alhamdulillah, mesin jahit bantuan dari Pertamina Hulu Sanga-Sanga sangat berguna bagi Mamuja dan bisa dibawa oleh anggota ke rumahnya untuk memproduksi masker dari rumah.
Banyak sekali kendala yang harus kami hadapi. Terutama kesiapan modal dan bahan baku yang sulit. Karena kami harus pergi ke kota Balikpapan atau Samarinda untuk mendapatkan bahan baku sementara akses menuju dua kota tersebut dibatasi.

Dengan segal keterbatasan, Mamuja tetap bersemangat memproduksi masker yang merupakan pesanan dari teman-teman.

Saya merasa bersyukur dan berterima kasih dipertemukan oleh teman-teman yang memiliki kepedulian besar terhadap masyarakat sekitar. Tidak hanya mengambil keuntungan semata.

Bagiku, Mamuja adalah orang-orang hebat yang memiliki jiwa sosial tinggi. Harapannya, Mamuja bisa terus berkarya, bermanfaat untuk orang banyak dan dapat mensejahterahkan anggotanya. 
Oleh karenanya, aku juga harus lebih aktif dalam memberikan ide-ide baru agar Mamuja tidak berhenti berkarya 




salam manis


@rin.muna

Monday, March 16, 2020

Dari Sampah Plastik Jadi Lampu Cantik

Dok. Pribadi




Di artikel sebelumnya, aku menulis kegiatan Ibu-Ibu Mamuja di Rumah Literasi Kreatif. Silakan klik link di bawah ini:



Dok. Pribadi



Dari sampah-sampah gelas air mineral yang kerap kali dibuang begitu aja bahkan berserakan. Sekarang sudah bisa dipakai untuk lampu hias atau lampion loh. Lihat aja di Rulika ada dua lampion karya ibu-ibu Mamuja. 

Selain mengurangi volume sampah, lampion gelas bekas ternyata juga bisa terlihat cantik juga.

Buat yang suka berkreasi, bisa mencoba bikin lampion ini juga di rumah. Apalagi saat ada hajatan atau konser, biasanya sampah-sampah air mineral bertebaran ke mana-mana dan bisa jadi bunga di lapangan. Bisa tuh coba dipungutin dan kita jadikan barang yang berguna. 

Terutama buat kita yang tinggal di daerah pesisir pantai. Sebisa mungkin, sampah plastik tidak terbawa arus air ketika hujan dan bermuara di lautan. Karena, kehidupan di laut akan terancam. Kita nggak pernah tahu, sudah berapa volume sampah plastik yang masuk ke lautan. Dari hal kecil ini, kita bisa menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi?

Aku yang dulunya gengsi mungutin barang bekas, sekarang dengan pede-nya jadi pemulung setiap kali ada acara. Sampe-sampe, Mamuja dikatain sebagai pemulung.

Aku sih nggak masalah. Asal itu positif dan bermanfaat. Walau jadi pemulung, aku merasa Mamuja menjadi orang yang lebih mulia. Karena saat orang lain buang sampah sembarangan, tanpa sadar merusak alam dan lingkungan. Mamuja masih peduli terhadap lingkungan dengan memungut barang-barang bekas. Walau dipandang rendah oleh orang lain, aku tetap bangga pada mereka yang memiliki jiwa sosial dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

Saat ini, kreasi Mamuja dari barang bekas ini bisa dinikmati di Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas. Sebagai salah satu ikon dan wujud kepedulian Mamuja terhadap lingkunga. Sebab, tak banyak orang yang mau peduli.

Aku sering menitikan air mata jika melihat tempat ini sekarang. Dalam dua tahun, tempat ini sudah bisa berkembang dengan baik. Bahkan, di luar yang aku bayangkan. Kalau bukan karena dukungan dari masyarakat sekitar, aku tidak akan bisa membuat Rumah Literasi Kreatif menjadi rumah bagi mereka yang memiliki minat, bakat dan kreatifitas.

Dua lampu cantik ini mengingatkan diriku sendiri bahwa :

Tidak perlu menjadi lampu kristal untuk terlihat indah dan bercahaya. Tetaplah sederhana untuk bercahaya dan menerangi siapa pun yang ada di sekitarnya.

Saturday, March 14, 2020

Bersama Penari dari Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas


Jum'at lalu, lima gadis cantik ini menarikan tarian tradisional Kalimantan di hadapan Dirjen Kementerian PKP2Trans beserta jajarannya dalam acara "Monitoring Program Pengembangan Masyarakat PT. PHSS di Areal HPL Transmigrasi Samboja" yang diadakan di Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas.

Lima gadis cantik ini adalah penari di Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas. Joice Patricia Angelica Hasibuan, siswa kelas XI SMK Duta Bangsa ini menjadi koordinator penari di taman baca bersama Margaretha Apriliana. Mereka berdua adalah anak muda yang punya semangat berkarya dan menginspirasi. Mereka juga mengajak adik-adiknya ikut serta berpartisipasi dalam melestarikan tarian daerah Kalimantan Timur. Sekalipun berdarah Batak, ia sangat bersemangat melestarikan budaya daerah Kalimantan Timur. Joice dan Margaretha mengajak serta adik kelasnya Lisda dan Selly dari SMP 5 Samboja juga Cinta dari SMA Negeri 1 Samboja.

Harapannya, anak-anak remaja yang punya kegemaran menari bisa terus menyalurkan bakatnya dan berlatih bersama di taman baca. Mereka juga punya kesempatan untuk tampil di luar, sehingga bisa terus aktif dan menginspirasi anak-anak muda lain untuk terus berkarya dan melestarikan budaya daerah.

Terus semangat berkarya dan menginspirasi buat anak-anak remaja ya!

Salam budaya,
@rin.muna

Monday, March 9, 2020

Mamuja Bersama Dirjen Kementerian PKP2Trans (Hari Pramudiono)


Kamis, 05 Maret 2020 menjadi hal yang membahagiakan bagi Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas dan Mamuja. Pasalnya, rumah kami dipercaya untuk menjadi tuan rumah dalam acara penyambutan Dirjen Kementerian PKP2Trans.

Kunjungan kali ini bertujuan untuk melakukan Monitoring Program Pengembangan Masyarakat PT. Pertamina Hulu Sanga-Sanga di Area HPL Transmigrasi Samboja.

Pada kesempatan kali ini, Rumah Literasi Kreatif mendapat bantuan berupa 1 unit mesin jahit yang diberikan langsung oleh Bpk. Hari Pramudiono selaku Dirjen Kementerian PKP2Trans kepada Walrina (Pendiri Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas). Harapannya, bantuan ini bisa bermanfaat untuk ibu-ibu dan anak-anak remaja yang sedang belajar menjahit di rumah literasi kreatif.

Mamuja (Mama Muda Samboja) adalah salah satu klub/komunitas bagian dari rumah literasi sebagai penerapan literasi finansial. Dengan adanya komunitas ini, saya berharap bisa menggali potensi dan kreatifitas ibu-ibu di desa Beringin Agung dan sekitarnya. 

Tepat di tahun pertama, Mamuja mendapatkan sebuah keberuntungan untuk bertemu dengan menteri. Ke depannya, kami berharap kalau Mamuja terus konsisten berkarya dan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Membuat banyak orang terinspirasi untuk membentuk sebuah komunitas kreatif yang memiliki tujuan untuk membangun Desa Beringin Agung bersama-sama.

Saya selaku pendiri Rumah Literasi Kreatif merasa sangat senang karena akhirnya bisa mendapat secercah harapan untuk anak-anak dan warga desa yang beraktifitas di desa Beringin Agung. Selama dua tahun berdiri, saya memfasilitasi kebutuhan rumah literasi setiap bulannya dengan dana pribadi. Dengan adanya kerjasama pihak desa dan pertamina, saya berharap bisa meringankan beban yang saya pikul dan mampu membawa rumah literasi kreatif menjadi tempat yang jauh lebih baik lagi.



Demikian tulisan kecil dari saya tentang foto ini. Semoga foto ini bisa menjadi kenangan yang terus memotivasi diri sendiri dan orang-orang yang ada di sekitar.


Salam literasi,

@rin.muna

Thursday, March 5, 2020

Buktikan Saja dengan Prestasi

Pertama kali buka taman baca, tentu ada yang nyinyir. Di zaman modern gini, masih aja nekat bikin taman baca. Nggak menghasilkan apa-apa. Malah keluar uang banyak buat beli buku, alat tulis dll.

Yah, pernah sih mau nyerah di awal2 karena aku ngerasa dapet bantuan buku sulit banget. Sampai akhirnya program kirim buku gratis dihentikan, aku nggak bisa dpet sumbangan buku dari temen2 di luar jawa krna ongkir mahal. Aku pikir, tutup aja gin taman bacaku. Apalagi aku ini pengangguran dan nggak punya penghasilan tetap.

Tapi, setiap kali ada anak yang datang ke taman baca mau pinjem buku. Aku selalu nggak tega kalau harus nutup taman baca. Mereka yang selalu bikin aku bangkit dan bangkit lagi.

Sampai akhirnya ... Hari ini taman baca bisa menjadi tempat bertemu dan berkumpulnya orang-orang hebat. I feel blue ...

Yang dulu dipandang sebelah mata, sekarang sudah bisa bikin gebrakan baru di lingkungan sekitarku. Aku bisa kayak gini juga bukan karena diriku, tapi karena orang2 yang ada di sekelilingku.

Sejak mendirikan taman baca 2018 lalu. Aku sendiri nggak nyangka kalau bakal dapet beban baru setiap tahunnya.
Jadi Juara Favorite Duta Baca Kaltim 2018.
Jadi Juara Pemuda Pelopor Tingkat Kabupaten 2019

Tahun ini, aku juga sedang ikut berkompetisi lagi. Semoga bisa menang lagi dan membawa nama baik Desa Beringin Agung. 

Tahun ini, tugasku juga makin berat. Kenapa?
Karena aku harus bisa menjadikan Rumah Literasi Kreatif sebagai tempat yang nyama untuk siapa saja dan berkegiatan apa saja seperti di rumah sendiri.

Aku selalu ingat kata mutiara bijak. 
"Tak perlu membalas cacian dengan caci maki pula, balaslah dengan prestasi. Itu sudah cukup membuktikan kalau kamu lebih baik dari orang yang mencacimu."

Tuesday, February 18, 2020

Peduli Terhadap Lingkungan, Mamuja Manfaatkan Sampah Gelas Air Mineral


Mamuja bukan hanya sebuah komunitas kreatif yang menghasilkan karya dan uang. Tapi, sebagai bagian dari penerapan Literasi Finansial di taman baca. Mamuja memiliki peranan penting terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya ialah menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya.

Dalam beberapa kegiatan di taman baca dan kegiatan desa. Mamuja menjadi salah satu komunitas yang berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia. Selain melatih kreatifitas di dalam komunitas, Mamuja juga memiliki kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar, baik di bidang pendidikan maupun di bidang lingkungan hidup.



Kami percaya, bahwa komunitas kecil seperti kami tidak menutup kemungkinan bisa melakukan hal-hal besar. Selain berada di daerah pelosok, komunitas ini juga memiliki banyak keterbatasan. Namun, keterbatasan dan kekurangan itu tidak menyurutkan semangat ibu-ibu untuk konsisten berkarya. Terbukti, sudah setahun komunitas Mamuja terbentuk dan telah menghasilkan banyak karya.

Minggu lalu, kami juga membuat sebuah karya daur ulang dari kantong plastik bekas untuk dijadikan bunga. Dari satu buah kantong plastik ukuran besar, bisa menjadi lima tangkai bunga. Pot yang kami gunakan juga menggunakan daur ulang kertas bekas.

Minggu ini, ibu-ibu kreatif berkumpul untuk membuat sebuah karya daur ulang dari barang bekas sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar.  Pertemuan minggu ini, kami membuat lampion dari sampah gelas mineral. Untuk bisa menjadikan satu buah lampion, kami membutuhkan sekitar 166 buah gelas plastik bekas. Itu setara dengan 4 dus air mineral yang berisi 40 gelas. Artinya, dari satu karya lampion, Mamuja sudah membantu mengurangi volume sampah sebanyak 4 dus. Tentunya, hal ini dapat membantu mengurangi volume sampah yang ada di masyarakat.

Pemanfaatan barang bekas ini, merupakan salah satu kegiatan sosial sekaligus membantu mengkampanyekan cinta lingkungan. Mamuja berharap, kegiatan ini bisa menginspirasi setiap ibu rumah tangga dan keluarga untuk memanfaatkan sampah di sekitarnya menjadi barang yang memiliki nilai guna. Sehingga, masyarakat bisa lebih ramah lingkungan mengingat sampah plastik merupakan sampah yang sulit terurai.

Mencintai lingkungan, bisa dimulai dari hal kecil dan dari diri kita sendiri ...



Salam literasi,




Wednesday, February 12, 2020

Kreasi Ibu-Ibu Membuat Mahkota untuk Tari Bali di Rumah Literasi Kreatif


Sebelum tampil menari untuk sebuah acara. Ibu-ibu menyempatkan diri untuk membuat mahkota tari bali. Awalnya, memang sudah punya mahkota. Hanya saja, perlu beberapa tambahan agar mahkota tari pendet yang sederhana bisa terlihat lebih mewah dan indah. 
Aku menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat mahkota. Yakni, payet daun dan kawat emas. Kemudian, ibu-ibu dan beberapa gadis muda ikut membantu menyelesaikan pembuatan mahkota tari bali yang akan digunakan untuk pentas dua hari setelahnya.






Sebenarnya, ada tiga mahkota tari pendet yang akan kami buat. Namun, karena bahan yang digunakan kurang. Akhirnya kami hanya bisa membuat dua buah dengan bahan apa adanya saja. Masih ada satu mahkota lagi yang harus kami buat untuk tarian berikutnya.

Sebagai pemilik Rumah Literasi Kreatif. Aku merupakan fasilitator untuk warga yang ingin berkarya dan berkreasi di taman baca. Oleh karenanya, aku selalu menyediakan bahan-bahan yang mereka butuhkan.

Aku tidak melihat siapa yang datang. Siapa pun bisa berkreasi di taman baca. Selama aku masih bisa membantu, aku akan membantu warga yang mau berperan aktif dan berkegiatan di taman baca yang sekarang mulai bertransisi menjadi rumah literasi kreatif. 

Rumah Literasi Kreatif memiliki banyak program dan kegiatan. Oleh karenanya, kami selalu mendukung semua kegiatan warga yang bersifat kreatif, inovatif dan mampu mengembangkan potensi diri dan daerahnya.

Sampai di sini dulu tulisan dari aku tentang kegiatan-kegiatan di taman baca.

Sampai jumpa di tulisan-tulisan selanjutnya ...





Sunday, February 9, 2020

Kunjungan Rutin SMP Negeri 5 Samboja Ke Taman Baca dalam Meningkatkan Literasi



SMP Negeri 5 Samboja, memiliki agenda rutin untuk berkunjung ke Taman Baca dalam mendukung gerakan Literasi Sekolah. Mereka akan meluangkan waktunya untuk berkunjung dan membaca buku di taman baca.

Ini bukan pertama kalinya SMP Negeri 5 berkunjung ke taman baca. Sudah beberapa kali semenjak taman baca ini dibuka. Rasanya, senang sekali melihat anak-anak dekat dengan buku. Anak-anak remaja seperti ini memang tidak banyak berinteraksi dengan buku-buku karena mereka sudah sibuk dengan gawai yang ada di tangan mereka dan tentunya jauh lebih menarik dari buku.

Namun, mereka masih mau berkunjung ke taman baca dan menyempatkan waktunya untuk membaca buku. Bahkan, ada beberapa anak yang memilih meminjam buku karena belum selesai dibaca dan akan menyelesaikan bacaannya di rumah. Tidak banyak, hanya beberapa anak yang benar-benar suka dengan buku, suka membaca dan menggali informasi dari buku. Sebagian lagi, masih menganggap buku adalah hal yang membosankan dan membaca bukan merupakan bagian dari kebutuhan mereka.

Tak banyak yang bisa aku harapkan. Aku hanya berharap, tempat ini bisa bermanfaat untuk murid-murid yang ada di Desa Beringin Agung. Membuat mereka mengingat tempat ini di masa depan. Bahwa di masa lalu, mereka pernah menjadikan tempat ini sebagai pijakan untuk menimba ilmu dan meraih sukses di masa depan. Sebab, kesuksesan tidak bisa diraih dengan sikap acuh pada sekitar dan buku selalu membawa mereka ke tempat-tempat yang baik dan masa depan yang baik pula.


Terima kasih kepada pihak sekolah dan para guru yang selalu mendampingi dan mendorong murid-muridnya untuk berkunjung ke taman baca. Mungkin saat ini belum terasa manfaatnya, tapi sepuluh tahun ke depan, mereka akan menyadari bahwa literasi (membaca) adalah sebuah kebutuhan hidup dan penting untuk bisa meraih cita-cita mereka.

Cukup sampai di sini catatan kecil dari saya.
Saya berharap, sekolah lain juga berinisiasi untuk mengajak muridnya berkunjung ke perpustakaan atau taman baca yang ada di sekitar.


Salam Literasi,

Rin Muna

1'st Anniversay Mamuja


Tepat pada tanggal 03 Februari 2020. Mamuja genap berusia 1 tahun. Rasanya, perjalanan kami sangat singkat. Aku ngerasa baru kemarin berkumpul dan berkreasi membina komunitas Mamuja. Saat ini, sudah satu tahun.

Apa yang telah kami lakukan belum ada apa-apanya. 1 tahun adalah usia yang sangat muda. Kalau bayi, mungkin masih belajar merangkak atau melangkah. Yah, seperti itulah kami saat ini. Masih banyak hal yang harus kami pelajari untuk bisa berjalan ke depan bersama-sama.

Dalam waktu satu tahun ini, kami berusaha menciptakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan di dalam komunitas kecil ini. Komunitas yang kami bangun bersama-sama, tentunya kami menginginkan komunitas ini bermanfaat untuk anggota komunitas dan menular ke orang-orang di sekitarnya.

Tepat di hari jadi Mamuja yang ke-1, kami mendapat program bantuan CSR dari Pertamina Hulu Sanga-Sanga yang akan membina komunitas ini hingga bisa menjadi komunitas mandiri sebagai salah satu program dari Literasi Finansial di Taman Bacaan Bunga Kertas yang sebentar lagi akan bertransisi menjadi Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas.

Kami selalu berharap, komuniat ini dapat memberikan manfaat dan menginspirasi banyak orang. Menularkan semangat kreatifitas dan inovasi yang tiada hentinya. Semoga, MAMUJA ke depannya semakin dikenal banyak orang. Karya-karyanya terus terlahir dari tangan ibu-ibu kreatif ini dan mampu berjalan seiring dengan perubahan zaman.





Monday, January 20, 2020

Ada Mbak Sophie Razak Berkunjung ke Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas. Seneng Banget deh!

www.rinmuna.com
Rabu, 15 Januari 2020 menjadi salah satu kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Hari itu, Mbak Sophie Razak kebetulan menjadi narasumber untuk pelatihan motivasi wirausaha yang digelar di Desa Beringin Agung.

Usai memberikan pelatihan, beliau menyempatkan diri untuk mampir ke Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas yang ada di rumahku. Saya merasa sangat senang karena beliau mau menyempatkan diri berkunjung ke tempat yang sangat sederhana ini.

Banyak hal yang selalu kami bicarakan setiap kali bertemu. Beliau adalah penulis senior dan juga jurnalis. Saya mengenal beliau saat beliau memberikan Pelatihan Instruktur Literasi di Kota Balikpapan yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Kalimantan Timur. Tentunya, banyak wawasan yang beliau bagikan saat itu, yakni ilmu dan cara membuat sebuah event literasi dan beliau sebagai motivator dari Bisnis Indonesia.

Dari perkenalan tersebut, akhirnya kami sering berbagi. Buatku, Mbak Sophie adalah orang sangat humble. Dia selalu bersedia kapan saja untuk aku ganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang nggak penting gitu. Wkwkwk .... Makasih ya, Mbak! Banyak ilmu yang saya dapat. Terutama, beliau juga bergerak di bidang seni dan sangat menyukai seni.

Saat beliau mampir ke rumah bacaku, aku benar-benar tidak menyangka kalau akhirnya bisa dikunjungi oleh Beliau. Bahkan, aku sendiri belum pernah berkunjung ke Rumah Seni Nirmana. Salah satu rumah seni milik beliau yang setiap minggunya selalu membuka kelas seni atau pun sastra. Aku ingin sekali bisa berkunjung ke sana. Tapi, kegiatan yang semakin padat membuatku belum bisa menyempatkan diri untuk berkunjung ke sana. Aku berharap, suatu hari bisa ke sana dan tetap menjaga silaturahmi dengan beliau.


Terima kasih Mbak Sophie ... sudah mau jauh-jauh masuk ke Desa Beringin Agung. Semoga ke depannya dapat berjumpa lagi dan memberikan motivasi kepada anak-anak muda desa Beringin Agung. Aku senang sekali.

Terima kasih juga karena sudah peduli sama Mbahku. Si Mbah juga selalu senang setiap kali ada teman berkunjung. Jangan kapok berkunjung ke tempatku yang sangat sederhana ini.

Semoga ke depannya, kita bisa lebih sering bersua.











Saturday, October 26, 2019

FGD Inisiasi Kampung Literasi Beringin Agung


Sabtu, 19 Oktober 2019 menjadi hari bersejarah dalam hidupku. Karena, pada hari itu Yayasan Teman Kita dan Pertamina Hulu Sanga-Sanga bekerjasama untuk membentuk Kampung Literasi di Desa Beringin Agung.
Syarat berdirinya sebuah kampung literasi adalah adanya taman baca atau pojok baca yang sudah berjalan. Kebetulan, taman baca saya berdiri pada bulan Februari 2018 lalu. Baru sekitar satu setengah tahun dan mendapat sambutan baik dari masyarakan Desa Beringin Agung.
Malam itu, kami mangadakan urun rembug Kampung Literasi untuk membahas beberapa perencanaan pendirian Kampung Literasi. Karena, dari enam pola literasi dasar, hanya ada dua literasi yang akan difokuskan di Kampung Literasi Desa Beringin Agung.
Sesuai dengan kearifan lokal Desa Beringin Agung yang mayoritas adalah petani, pekebun dan peternak. Maka, kami sepakat untuk memilih Literasi Sains dan Literasi Finansial untuk difokuskan di Kampung Literasi agar tidak lari dari kedua konsep tersebut.
Literasi sains dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang teknologi pertanian, teknologi pangan dan sebagainya agar masyarakat Desa Beringin Agung bisa meningkatkan kesejahteraan dari sektor pertanian dan peternakan.
Literasi Finansial sendiri akan langsung bersinergi dengan petani dan peternak. Belajar tentang bagaimana mengelola bahan pangan dan menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi di masyarakat.

Tentunya, semua ini akan berhasil ketika seluruh masyarakat ikut berpartisipasi dalam membangun dan menciptakan Kampung Literasi di Samboja.
Saya sangat terbuka kepada seluruh masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan Kampung Literasi. Dapat berperan aktif, memberikan saran dan kritik untuk kemajuan kegiatan di Desa Beringin Agung.
Saya juga mengharapkan dukungan masyarakat, tak hanya sebagai dukungan dalam bentuk lisan atau tulisan tapi juga bisa mendukung dan berpartisipasi secara nyata dalam kegiatan-kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia di Kampung Literasi Desa Beringin Agung.
Selain Focus Group Discussion, Pertamina Hulu Sanga-Sanga juga memberikan bantuan berupa buku, printer dan permainan edukasi untuk Taman Bacaan Bunga Kertas. Semoga bisa bermanfaat untuk anak-anak di Taman Baca ke depannya.




Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Desa Beringin Agung dan pihak-pihak yang telah banyak membantu Taman Bacaan Bunga Kertas untuk terus berkembang dan memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.


Sekian dan terima kasih ...

Salam manis selalu,


Rin Muna
Founder Taman Bacaan Bunga Kertas


Baca juga : 
Yayasan Teman Kita ft Pertamina Hulu Sanga-Sanga 

Wednesday, September 18, 2019

Kunjungan Sahabat ke Taman Bacaan Bunga Kertas


Hai, temen-temen ...!!!
Hari minggu kemarin, aku kedatangan dua sahabat kecil aku dari kota Balikpapan. Karena kita udah temenan dari zaman SMP, udah kayak sodara banget deh pokoknya.
Dua temen aku ini memang masih jomlo. Si Wahyu, sekarang udah jadi guru di salah satu sekolah dasar yang ada di kota Balikpapan. Sedangkan Rendi, jadi pengusaha UMKM di kota Balikpapan. Mereka datang berkunjung ke taman baca yang merupakan salah satu daerah yang akan menjadi calon ibukota yakni Samboja.
Aku pikir, mereka tuh nggak bakal betah di sini karena suasananya kampung banget. Eh, sekalinya mereka seneng banget ada di sini dari pagi sampe sore. Karena mereka seneng banget lihat aktivitas anak-anak taman baca dari pagi sampai sore yang silih berganti.
Mereka sampai di Samboja sekitar jam setengah sembilan. Jam segitu sih anak-anak belum pada dateng. Jadi, aku suguhin mereka makanan ala kadarnya. Rendy si pengusaha kuliner ini bilang, "baru pertama kali aku makan sayur daun labu. Rasanya enak banget!" Dia sampe nambah loh karena makanan yang satu itu. Yah, namanya juga di kampung. Pasti makanannnya ya apa adanya aja.
Setelah mereka makan, anak-anak mulai berdatangan ke taman baca untuk membaca dan meminjam buku. Si Wahyu yang punya hobi photography langsung ngeluarin peralatannya buat jepret kegiatan anak-anak taman baca. Anak-anak di sini biasa keluar dan masuk sesukanya mereka. Mereka datengnya agak siangan karena pada ngikut orang tuanya ngerewang di acara nikahan tetangga aku.
Waktu berganti siang. Anak-anak yang ke taman baca juga berganti. Kini, giliran anak-anak SMA yang punya project buat bikin konten Youtube. Katanya sih mereka pengen jadi Youtuber. Aku sebagai orang yang dekat dengan mereka, ya selalu ngedukung aja. Mereka datang ke taman baca untuk menyusun skenario. Yah, walau aku sering ngomelin mereka, mereka tetep dateng ke sini buat belajar.
Jadi, si Gugun Cs. datang ke taman baca untuk menyusun skenario drama selanjutnya setelah drama yang berikut ini:

Karena skenario mereka tulis tangan, si Wahyu heran, katanya, "Di tempatku nggak ada anak SMA yang mau kayak gitu." Dia melihat Gugun yang sedang asyik menulis skenario dengan tangannya. Aku sendiri tidak tahu kenapa anak-anak lebih suka menulisnya dengan tangan. Mungkin, karena skenario itu digarap berdua oleh Gugun dan Aisyah. Aisyah adalah salah satu anak taman baca yang juga punya hobi menulis dan melukis sepertiku. Sedangkan Gugun, adalah salah satu anggota teater di sekolahnya, SMA Negeri 1 Samboja.

Anak-anak memang aktif di taman baca. Kenapa sih anak-anak tuh mau ngumpul di taman baca dan nurut sama aku? Pasti itu yang jadi pertanyaan beberapa orang. Aku sih simple aja. Apa yang mereka mau, selama itu positif bakal aku support semampuku. Mereka aku kasih apa yang mereka inginkan dan mereka juga harus punya kontribusi untuk taman baca. Setidaknya, ada karya yang mereka buat yang bisa dinikmati ke depannya.

Seperti saat mereka menari tradisional untuk mengisi acara beberapa waktu lalu. Yah, Taman bacaku memang punya banyak aktivitas lain selain baca buku. Seperti latihan menari, menggambar dan membuat kerajinan tangan. Itulah yang membuat Rendi betah ada di tempat ini. Katanya, banyak banget anak-anak dan nggak pernah  sepi dari siang sampe sore.

Aku sendiri jarang banget dokumentasi aktivitas anak-anak di taman baca. Karena udah asyik aja sama mereka sampe lupa bikin dokumentasi. Yah, tak apalah, biasanya orang lain yang mendokumentasikan kegiatan anak-anak di taman baca seperti saat beberapa media tv dan media cetak berkunjung ke taman baca beberapa waktu lalu.

Seneng sih. Karena banyak temen yang berkenan buat berkunjung di taman baca. Apalagi mereka itu rela dateng jauh-jauh ke sini. Seperti beberapa teman yang berkunjung dari Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong. Taman Baca yang ada di pelosok desa ini mereka jadikan tujuan untuk berlibur sekaligus melihat aktivitas anak-anak taman baca. Kadang malu sih, karena kondisi rumahku yang kayak kandang sapi dan sering dikunjungi teman-teman dari kota.

Sore hari, Rendi dan Wahyu baru kembali ke Balikpapan setelah mengajari dua anak remaja (SMP Negeri 5 Samboja), yakni Bojes dan Ipin untuk belajar cara photography.

Terima kasih untuk Wahyu Ridho dan Rendy Saputera yang sudah berbagi ilmunya ke taman baca. Terima kasih banyak untuk donasi buku-bukunya juga. Semoga bisa bermanfaat untuk anak-anak di taman baca.
Jangan lupa main ke sini lagi ...!
Eh, katanya sih mereka berniat mau main ke sini lagi. Aku juga udah bilang sama mereka, kalau mereka ke sini ... mau aku masakin empis-empis (Makanan Khas Temanggung) karena di sini mayoritas adalah warga transmigrasi dari daerah Temanggung.
Semoga mereka bisa ke sini lagi dan aku juga bisa berbagi cerita lagi sama kalian.

Cukup sampai di sini tulisan dari aku ..
Salam manis selalu ...


Rin Muna
Founder Rumah Literasi Kreatif

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas