Labels
Monday, November 30, 2020
Pelatihan Kader Ramah Anak Desa Beringin Agung
Minggu, 22 November 2020.
Pagi-pagi sekali, 30 warga desa Beringin Agung yang terdiri dari perwakilan guru dan warga berangkat menuju Graha Bintang untuk mendapatkan pelatihan kader Desa Ramah Anak yang dilaksanakan oleh Pertamina Hulu Sanga-Sanga, berkolaborasi dengan Yayasan Teman Kita dan Desa Beringin Agung.
Acara ini dihadiri oleh Rendy Wirawan (Ketua Yayasan Teman Kita), Kusnadi (Kepala Desa Beringin Agung) dan Hidayah Utama Lubis (Sr. Officer Communication & Relation Pertamina Hulu Sanga-Sanga).
Program Desa Ramah Anak merupakan program yang fokus pada pencegahan kekerasan seksual pada anak dan pergaulan bebas.
Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua yang dilaksanakan oleh Yayasan Teman Kita, minggu sebelumnya, mereka sudah melakukan pelatihan di Desa Beringin Agung untuk 10 orang.
Dalam pelatihan ini, kita diajarkan banyak hal. Terutama bagaimana menyikapi anak-anak era digital yang sangat mudah mengakses informasi yang luas dan tak terbatas.
Selain materi yang diberikan, kami juga melakukan FGD. Dalam FGD ini yang paling seru menurutku. Karena semua orang harus membentuk kelompok untuk membuat bahan ajar dalam mengkampanyekan pendidikan seksual pada anak (mengenalkan tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain).
Karena saya dapet kelompok laki-laki semua dan mereka bukan dari dunia pendidikan alias warga desa biasa. Alhasil, cucok banget dengan kelakuan aku yang bar-bar. Sampai-sampai, kami menjuluki kelompok kami adalah kelompok bar-bar karena tidak menggunakan banyak bahan peragaan. Hanya diskusi kecil sambil ketawa-ketawa, kemudian langsung praktek tanpa ribet supaya bisa mengajarkan anak-anak mengenal tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh menggunakan dua warna kartu. Merah artinya tidak boleh disentuh. Biru artinya boleh disentuh.
Hingga sore hari, kami semua larut dalam keseruan pelatihan ini. Jadwal yang harusnya sudah selesai jam lima sore. Eh, nambah sampai jam setengah enam. Itu artinya, pelatihan kali ini memang asyik dan tidak membosankan.
Kalian yang sudah baca artikel ini, bantu kampanyekan Desa Ramah Anak yang ada di desa Beringin Agung demi masa depan anak-anak kita semua.
Dengan adanya pelatihan kader ramah anak ini, diharapkan mampu menciptakan Desa Beringin Agung yang aman dan nyaman untuk anak-anak.
___________________________
Buat orang tua di rumah, bisa ajarkan anaknya menggunakan lagu ini ya!
Link Lagu untuk anak-anak, klik ini ya! 👉 : Jaga Diriku (Sentuhan Boleh, Sentuhan Tidak Boleh)
Terima kasih, ini catatan kecil dari Kak Rin.
Much Love,
Rin Muna
Monday, June 22, 2020
Pelatihan Literasi Oleh Kantor Bahasa Kalimantan Timur
Wednesday, May 13, 2020
Mamuja Peduli Covid-19, Donasikan 100 Pcs Masker Kain untuk Warga Samboja
www.rinmuna.com |
Senin, 11 Mei 2020 menjadi hari yang bersejarah dan tidak akan pernah terlupakan dalam hidup kami. Pasalnya, di tengah wabah Covid-19 yang terus meresahkan masyarakat. Mamuja masih diberikan berkah untuk bisa membantu orang lain dengan memberikan donasi Masker Kain Steril product dari Mamuja Gallery.
Baca juga : Profil Mamuja
Saat semua orang ribut karena masalah pembagian sembako yang tidak merata, kami sibuk di dalam sebuah ruang kecil "Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas" untuk memproduksi masker kain sebanyak 2.235 buah yang merupakan pesanan dari Pertamina Hulu Sanga-Sanga ( 1.650 Pcs) sebagai bagian dari program binaan Pertamina Hulu Sanga-Sanga untuk membantu menyejahterakan UMKM (Usama Mikro Kecil Menengah) yang ada di kecamatan Samboja. Pesanan dari Kecamatan Samboja sebanyak 225 Pcs dan dari SDN 036 Samboja sebanyak 360 Pcs. Total masker yang kami buat sesuai pesanan sebanyak 2.235 Pcs.
Sesuai dengan niat baik kami untuk menyisihkan sebagian keuntungan dengan memberikan masker gratis kepada warga Samboja, maka kami memberikan donasi sebanyak 100 Pcs masker kain yang pendistribusiannya kami serahkan pada salah satu kelompok pemuda yakni KNPI Kecamatan Samboja. Artinya, Mamuja telah memproduksi 2.335 Pcs masker kain dan masih ada beberapa masker yang kami jual secara ecer dan sesuai pesanan pembeli.
Awalnya, aku nggak nyangka kalau bener-bener bisa memproduksi hingga 2.000 lebih masker kain dengan anggota yang hanya 7 orang karena 1 orang anggota sedang sakit dan tidak bisa bergabung untuk memproduksi masker kain. Alhamdulillah, karena niat baik semua ibu-ibu Mamuja diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Kami bisa mendapat pesanan dan juga menyisihkan sebagian uang yang kami peroleh untuk didonasikan kepada warga yang membutuhkan.
Selain donasi 100 Pcs masker lewat KNPI Kecamatan Samboja, kami juga memberikan donasi masker kain khusus untuk anak-anak balita yang membutuhkan. Kami berikan cuma-cuma selama persediaan masih ada dan yang membutuhkan mau datang ke Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas. Kami tidak bisa mempromosikan ke media sosial kalau ada masker gratis yang kami berikan untuk anak-anak mengingat tenaga kami yang terbatas dalam memproduksi masker. Sehingga, hanya bisa kami berikan kepada orang-orang yang tinggal dekat dengan kami.
Sebelumnya, aku memang ingin sekali bisa bermanfaat selama masa Pandemi Covid-19 ini. Terinspirasi dari Bunda Anne Avantie yang menyulap butiknya menjadi rumah produksi APD untuk tenaga medis yang ada di Indonesia. Aku pikir, aku memang hanya manusia kecil yang akan pernah bisa berguna untuk orang lain. Punya keinginan besar untuk membantu, tapi tak punya modal untuk bisa melakukannya. Tapi, Tuhan tak pernah tidur dan selalu menunjukkan jalan yang terbaik. Sampai akhirnya, kami mendapat pesanan tiba-tiba dalam jumlah besar dan akhirnya bisa menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kami donasikan.
Mamuja juga bisa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positif. Saya sangat berharap kalau ke depannya, Mamuja bisa sukses dan menjadi bagian dari Divisi Finansial Taman Bacaan Masyarakat yang patut dicontoh. Karena, produk lokal memang sulit sekali bersaing dengan produk luar. Kebanyakan orang lebih suka membeli barang hasil produksi pabrik yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk homemade. Semoga, ke depannya karya-karya lokal bisa lebih dihargai oleh masyarakat luas. Karena semuanya akan kembali kepada masyarakat itu sendiri.
Mengingat kesibukan menjelang lebaran Idul Fitri, maka kami memutuskan untuk menunda pesanan dalam jumlah besar. Hanya menyediakan masker kain yang dijual ecer. Kami baru akan membuka pemesanan kembali usai lebaran Idul Fitri.
Semangat terus untuk ibu-ibu Mamuja. Semoga, karya-karyanya terus mendunia. Selalu memberikan yang terbaik, menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Salam berkarya,
Tetap #StayatHome ya! Jangan lupa pakai masker kalau keluar dari rumah.
Much Love,
Rin Muna
Founder Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas
Wednesday, April 1, 2020
Mamuja Memproduksi Masker Kain untuk Membantu Memenuhi Kelangkaan Masker
Monday, March 16, 2020
Dari Sampah Plastik Jadi Lampu Cantik
Dok. Pribadi |
Dok. Pribadi |
Buat yang suka berkreasi, bisa mencoba bikin lampion ini juga di rumah. Apalagi saat ada hajatan atau konser, biasanya sampah-sampah air mineral bertebaran ke mana-mana dan bisa jadi bunga di lapangan. Bisa tuh coba dipungutin dan kita jadikan barang yang berguna.
Saturday, March 14, 2020
Bersama Penari dari Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas
Monday, March 9, 2020
Mamuja Bersama Dirjen Kementerian PKP2Trans (Hari Pramudiono)
Thursday, March 5, 2020
Buktikan Saja dengan Prestasi
Tuesday, February 18, 2020
Peduli Terhadap Lingkungan, Mamuja Manfaatkan Sampah Gelas Air Mineral
Mamuja bukan hanya sebuah komunitas kreatif yang menghasilkan karya dan uang. Tapi, sebagai bagian dari penerapan Literasi Finansial di taman baca. Mamuja memiliki peranan penting terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya ialah menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Dalam beberapa kegiatan di taman baca dan kegiatan desa. Mamuja menjadi salah satu komunitas yang berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia. Selain melatih kreatifitas di dalam komunitas, Mamuja juga memiliki kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar, baik di bidang pendidikan maupun di bidang lingkungan hidup.
Kami percaya, bahwa komunitas kecil seperti kami tidak menutup kemungkinan bisa melakukan hal-hal besar. Selain berada di daerah pelosok, komunitas ini juga memiliki banyak keterbatasan. Namun, keterbatasan dan kekurangan itu tidak menyurutkan semangat ibu-ibu untuk konsisten berkarya. Terbukti, sudah setahun komunitas Mamuja terbentuk dan telah menghasilkan banyak karya.
Minggu lalu, kami juga membuat sebuah karya daur ulang dari kantong plastik bekas untuk dijadikan bunga. Dari satu buah kantong plastik ukuran besar, bisa menjadi lima tangkai bunga. Pot yang kami gunakan juga menggunakan daur ulang kertas bekas.
Minggu ini, ibu-ibu kreatif berkumpul untuk membuat sebuah karya daur ulang dari barang bekas sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Pertemuan minggu ini, kami membuat lampion dari sampah gelas mineral. Untuk bisa menjadikan satu buah lampion, kami membutuhkan sekitar 166 buah gelas plastik bekas. Itu setara dengan 4 dus air mineral yang berisi 40 gelas. Artinya, dari satu karya lampion, Mamuja sudah membantu mengurangi volume sampah sebanyak 4 dus. Tentunya, hal ini dapat membantu mengurangi volume sampah yang ada di masyarakat.
Pemanfaatan barang bekas ini, merupakan salah satu kegiatan sosial sekaligus membantu mengkampanyekan cinta lingkungan. Mamuja berharap, kegiatan ini bisa menginspirasi setiap ibu rumah tangga dan keluarga untuk memanfaatkan sampah di sekitarnya menjadi barang yang memiliki nilai guna. Sehingga, masyarakat bisa lebih ramah lingkungan mengingat sampah plastik merupakan sampah yang sulit terurai.
Mencintai lingkungan, bisa dimulai dari hal kecil dan dari diri kita sendiri ...
Salam literasi,
Wednesday, February 12, 2020
Kreasi Ibu-Ibu Membuat Mahkota untuk Tari Bali di Rumah Literasi Kreatif
Sunday, February 9, 2020
Kunjungan Rutin SMP Negeri 5 Samboja Ke Taman Baca dalam Meningkatkan Literasi
SMP Negeri 5 Samboja, memiliki agenda rutin untuk berkunjung ke Taman Baca dalam mendukung gerakan Literasi Sekolah. Mereka akan meluangkan waktunya untuk berkunjung dan membaca buku di taman baca.
Ini bukan pertama kalinya SMP Negeri 5 berkunjung ke taman baca. Sudah beberapa kali semenjak taman baca ini dibuka. Rasanya, senang sekali melihat anak-anak dekat dengan buku. Anak-anak remaja seperti ini memang tidak banyak berinteraksi dengan buku-buku karena mereka sudah sibuk dengan gawai yang ada di tangan mereka dan tentunya jauh lebih menarik dari buku.
Namun, mereka masih mau berkunjung ke taman baca dan menyempatkan waktunya untuk membaca buku. Bahkan, ada beberapa anak yang memilih meminjam buku karena belum selesai dibaca dan akan menyelesaikan bacaannya di rumah. Tidak banyak, hanya beberapa anak yang benar-benar suka dengan buku, suka membaca dan menggali informasi dari buku. Sebagian lagi, masih menganggap buku adalah hal yang membosankan dan membaca bukan merupakan bagian dari kebutuhan mereka.
Tak banyak yang bisa aku harapkan. Aku hanya berharap, tempat ini bisa bermanfaat untuk murid-murid yang ada di Desa Beringin Agung. Membuat mereka mengingat tempat ini di masa depan. Bahwa di masa lalu, mereka pernah menjadikan tempat ini sebagai pijakan untuk menimba ilmu dan meraih sukses di masa depan. Sebab, kesuksesan tidak bisa diraih dengan sikap acuh pada sekitar dan buku selalu membawa mereka ke tempat-tempat yang baik dan masa depan yang baik pula.
Terima kasih kepada pihak sekolah dan para guru yang selalu mendampingi dan mendorong murid-muridnya untuk berkunjung ke taman baca. Mungkin saat ini belum terasa manfaatnya, tapi sepuluh tahun ke depan, mereka akan menyadari bahwa literasi (membaca) adalah sebuah kebutuhan hidup dan penting untuk bisa meraih cita-cita mereka.
Cukup sampai di sini catatan kecil dari saya.
Saya berharap, sekolah lain juga berinisiasi untuk mengajak muridnya berkunjung ke perpustakaan atau taman baca yang ada di sekitar.
Salam Literasi,
Rin Muna
1'st Anniversay Mamuja
Tepat pada tanggal 03 Februari 2020. Mamuja genap berusia 1 tahun. Rasanya, perjalanan kami sangat singkat. Aku ngerasa baru kemarin berkumpul dan berkreasi membina komunitas Mamuja. Saat ini, sudah satu tahun.
Apa yang telah kami lakukan belum ada apa-apanya. 1 tahun adalah usia yang sangat muda. Kalau bayi, mungkin masih belajar merangkak atau melangkah. Yah, seperti itulah kami saat ini. Masih banyak hal yang harus kami pelajari untuk bisa berjalan ke depan bersama-sama.
Dalam waktu satu tahun ini, kami berusaha menciptakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan di dalam komunitas kecil ini. Komunitas yang kami bangun bersama-sama, tentunya kami menginginkan komunitas ini bermanfaat untuk anggota komunitas dan menular ke orang-orang di sekitarnya.
Tepat di hari jadi Mamuja yang ke-1, kami mendapat program bantuan CSR dari Pertamina Hulu Sanga-Sanga yang akan membina komunitas ini hingga bisa menjadi komunitas mandiri sebagai salah satu program dari Literasi Finansial di Taman Bacaan Bunga Kertas yang sebentar lagi akan bertransisi menjadi Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas.
Kami selalu berharap, komuniat ini dapat memberikan manfaat dan menginspirasi banyak orang. Menularkan semangat kreatifitas dan inovasi yang tiada hentinya. Semoga, MAMUJA ke depannya semakin dikenal banyak orang. Karya-karyanya terus terlahir dari tangan ibu-ibu kreatif ini dan mampu berjalan seiring dengan perubahan zaman.
Monday, January 20, 2020
Ada Mbak Sophie Razak Berkunjung ke Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas. Seneng Banget deh!
www.rinmuna.com |
Usai memberikan pelatihan, beliau menyempatkan diri untuk mampir ke Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas yang ada di rumahku. Saya merasa sangat senang karena beliau mau menyempatkan diri berkunjung ke tempat yang sangat sederhana ini.
Banyak hal yang selalu kami bicarakan setiap kali bertemu. Beliau adalah penulis senior dan juga jurnalis. Saya mengenal beliau saat beliau memberikan Pelatihan Instruktur Literasi di Kota Balikpapan yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Kalimantan Timur. Tentunya, banyak wawasan yang beliau bagikan saat itu, yakni ilmu dan cara membuat sebuah event literasi dan beliau sebagai motivator dari Bisnis Indonesia.
Dari perkenalan tersebut, akhirnya kami sering berbagi. Buatku, Mbak Sophie adalah orang sangat humble. Dia selalu bersedia kapan saja untuk aku ganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang nggak penting gitu. Wkwkwk .... Makasih ya, Mbak! Banyak ilmu yang saya dapat. Terutama, beliau juga bergerak di bidang seni dan sangat menyukai seni.
Saat beliau mampir ke rumah bacaku, aku benar-benar tidak menyangka kalau akhirnya bisa dikunjungi oleh Beliau. Bahkan, aku sendiri belum pernah berkunjung ke Rumah Seni Nirmana. Salah satu rumah seni milik beliau yang setiap minggunya selalu membuka kelas seni atau pun sastra. Aku ingin sekali bisa berkunjung ke sana. Tapi, kegiatan yang semakin padat membuatku belum bisa menyempatkan diri untuk berkunjung ke sana. Aku berharap, suatu hari bisa ke sana dan tetap menjaga silaturahmi dengan beliau.
Terima kasih Mbak Sophie ... sudah mau jauh-jauh masuk ke Desa Beringin Agung. Semoga ke depannya dapat berjumpa lagi dan memberikan motivasi kepada anak-anak muda desa Beringin Agung. Aku senang sekali.
Terima kasih juga karena sudah peduli sama Mbahku. Si Mbah juga selalu senang setiap kali ada teman berkunjung. Jangan kapok berkunjung ke tempatku yang sangat sederhana ini.
Semoga ke depannya, kita bisa lebih sering bersua.
Saturday, October 26, 2019
FGD Inisiasi Kampung Literasi Beringin Agung
Syarat berdirinya sebuah kampung literasi adalah adanya taman baca atau pojok baca yang sudah berjalan. Kebetulan, taman baca saya berdiri pada bulan Februari 2018 lalu. Baru sekitar satu setengah tahun dan mendapat sambutan baik dari masyarakan Desa Beringin Agung.
Malam itu, kami mangadakan urun rembug Kampung Literasi untuk membahas beberapa perencanaan pendirian Kampung Literasi. Karena, dari enam pola literasi dasar, hanya ada dua literasi yang akan difokuskan di Kampung Literasi Desa Beringin Agung.
Sesuai dengan kearifan lokal Desa Beringin Agung yang mayoritas adalah petani, pekebun dan peternak. Maka, kami sepakat untuk memilih Literasi Sains dan Literasi Finansial untuk difokuskan di Kampung Literasi agar tidak lari dari kedua konsep tersebut.
Literasi sains dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang teknologi pertanian, teknologi pangan dan sebagainya agar masyarakat Desa Beringin Agung bisa meningkatkan kesejahteraan dari sektor pertanian dan peternakan.
Literasi Finansial sendiri akan langsung bersinergi dengan petani dan peternak. Belajar tentang bagaimana mengelola bahan pangan dan menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi di masyarakat.
Tentunya, semua ini akan berhasil ketika seluruh masyarakat ikut berpartisipasi dalam membangun dan menciptakan Kampung Literasi di Samboja.
Saya sangat terbuka kepada seluruh masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan Kampung Literasi. Dapat berperan aktif, memberikan saran dan kritik untuk kemajuan kegiatan di Desa Beringin Agung.
Saya juga mengharapkan dukungan masyarakat, tak hanya sebagai dukungan dalam bentuk lisan atau tulisan tapi juga bisa mendukung dan berpartisipasi secara nyata dalam kegiatan-kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia di Kampung Literasi Desa Beringin Agung.
Selain Focus Group Discussion, Pertamina Hulu Sanga-Sanga juga memberikan bantuan berupa buku, printer dan permainan edukasi untuk Taman Bacaan Bunga Kertas. Semoga bisa bermanfaat untuk anak-anak di Taman Baca ke depannya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Desa Beringin Agung dan pihak-pihak yang telah banyak membantu Taman Bacaan Bunga Kertas untuk terus berkembang dan memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.
Sekian dan terima kasih ...
Salam manis selalu,
Rin Muna
Founder Taman Bacaan Bunga Kertas
Baca juga :
Yayasan Teman Kita ft Pertamina Hulu Sanga-Sanga
Wednesday, September 18, 2019
Kunjungan Sahabat ke Taman Bacaan Bunga Kertas
Hai, temen-temen ...!!!
Hari minggu kemarin, aku kedatangan dua sahabat kecil aku dari kota Balikpapan. Karena kita udah temenan dari zaman SMP, udah kayak sodara banget deh pokoknya.
Dua temen aku ini memang masih jomlo. Si Wahyu, sekarang udah jadi guru di salah satu sekolah dasar yang ada di kota Balikpapan. Sedangkan Rendi, jadi pengusaha UMKM di kota Balikpapan. Mereka datang berkunjung ke taman baca yang merupakan salah satu daerah yang akan menjadi calon ibukota yakni Samboja.
Aku pikir, mereka tuh nggak bakal betah di sini karena suasananya kampung banget. Eh, sekalinya mereka seneng banget ada di sini dari pagi sampe sore. Karena mereka seneng banget lihat aktivitas anak-anak taman baca dari pagi sampai sore yang silih berganti.
Mereka sampai di Samboja sekitar jam setengah sembilan. Jam segitu sih anak-anak belum pada dateng. Jadi, aku suguhin mereka makanan ala kadarnya. Rendy si pengusaha kuliner ini bilang, "baru pertama kali aku makan sayur daun labu. Rasanya enak banget!" Dia sampe nambah loh karena makanan yang satu itu. Yah, namanya juga di kampung. Pasti makanannnya ya apa adanya aja.
Setelah mereka makan, anak-anak mulai berdatangan ke taman baca untuk membaca dan meminjam buku. Si Wahyu yang punya hobi photography langsung ngeluarin peralatannya buat jepret kegiatan anak-anak taman baca. Anak-anak di sini biasa keluar dan masuk sesukanya mereka. Mereka datengnya agak siangan karena pada ngikut orang tuanya ngerewang di acara nikahan tetangga aku.
Waktu berganti siang. Anak-anak yang ke taman baca juga berganti. Kini, giliran anak-anak SMA yang punya project buat bikin konten Youtube. Katanya sih mereka pengen jadi Youtuber. Aku sebagai orang yang dekat dengan mereka, ya selalu ngedukung aja. Mereka datang ke taman baca untuk menyusun skenario. Yah, walau aku sering ngomelin mereka, mereka tetep dateng ke sini buat belajar.
Jadi, si Gugun Cs. datang ke taman baca untuk menyusun skenario drama selanjutnya setelah drama yang berikut ini:
Karena skenario mereka tulis tangan, si Wahyu heran, katanya, "Di tempatku nggak ada anak SMA yang mau kayak gitu." Dia melihat Gugun yang sedang asyik menulis skenario dengan tangannya. Aku sendiri tidak tahu kenapa anak-anak lebih suka menulisnya dengan tangan. Mungkin, karena skenario itu digarap berdua oleh Gugun dan Aisyah. Aisyah adalah salah satu anak taman baca yang juga punya hobi menulis dan melukis sepertiku. Sedangkan Gugun, adalah salah satu anggota teater di sekolahnya, SMA Negeri 1 Samboja.
Anak-anak memang aktif di taman baca. Kenapa sih anak-anak tuh mau ngumpul di taman baca dan nurut sama aku? Pasti itu yang jadi pertanyaan beberapa orang. Aku sih simple aja. Apa yang mereka mau, selama itu positif bakal aku support semampuku. Mereka aku kasih apa yang mereka inginkan dan mereka juga harus punya kontribusi untuk taman baca. Setidaknya, ada karya yang mereka buat yang bisa dinikmati ke depannya.
Seperti saat mereka menari tradisional untuk mengisi acara beberapa waktu lalu. Yah, Taman bacaku memang punya banyak aktivitas lain selain baca buku. Seperti latihan menari, menggambar dan membuat kerajinan tangan. Itulah yang membuat Rendi betah ada di tempat ini. Katanya, banyak banget anak-anak dan nggak pernah sepi dari siang sampe sore.
Aku sendiri jarang banget dokumentasi aktivitas anak-anak di taman baca. Karena udah asyik aja sama mereka sampe lupa bikin dokumentasi. Yah, tak apalah, biasanya orang lain yang mendokumentasikan kegiatan anak-anak di taman baca seperti saat beberapa media tv dan media cetak berkunjung ke taman baca beberapa waktu lalu.
Seneng sih. Karena banyak temen yang berkenan buat berkunjung di taman baca. Apalagi mereka itu rela dateng jauh-jauh ke sini. Seperti beberapa teman yang berkunjung dari Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong. Taman Baca yang ada di pelosok desa ini mereka jadikan tujuan untuk berlibur sekaligus melihat aktivitas anak-anak taman baca. Kadang malu sih, karena kondisi rumahku yang kayak kandang sapi dan sering dikunjungi teman-teman dari kota.
Sore hari, Rendi dan Wahyu baru kembali ke Balikpapan setelah mengajari dua anak remaja (SMP Negeri 5 Samboja), yakni Bojes dan Ipin untuk belajar cara photography.
Terima kasih untuk Wahyu Ridho dan Rendy Saputera yang sudah berbagi ilmunya ke taman baca. Terima kasih banyak untuk donasi buku-bukunya juga. Semoga bisa bermanfaat untuk anak-anak di taman baca.
Jangan lupa main ke sini lagi ...!
Eh, katanya sih mereka berniat mau main ke sini lagi. Aku juga udah bilang sama mereka, kalau mereka ke sini ... mau aku masakin empis-empis (Makanan Khas Temanggung) karena di sini mayoritas adalah warga transmigrasi dari daerah Temanggung.
Semoga mereka bisa ke sini lagi dan aku juga bisa berbagi cerita lagi sama kalian.
Cukup sampai di sini tulisan dari aku ..
Salam manis selalu ...
Rin Muna