Monday, July 31, 2023

Di Mana Bumi Dipijak, Di Situ Langit Dijunjung

 




Kita sudah sering mendengar kalimat peribahasa "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung".
Peribahasa ini memiliki sebuah pesan tersirat, nasihat atau pinsip hidup masyarakat Indonesia.
Peribahasa ini mengandung makna bahwa seseorang  sepantasnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat ia hidup atau tinggal. 

Hal ini yang membuatku selalu ingin melakukan sesuatu untuk menghormati adat istiadat tanah Kalimantan yang aku pijak. Meski keturunan Jawa asli, aku lahir di Tanah Kalimantan. Banyak hal indah yang bisa aku rasakan di sini, termasuk menikmati adat istiadat dan kearifan lokal penduduknya.

Di tahun 2021, aku mengadakan program pembuatan pakaian Dayak yang dikerjakan oleh ibu-ibu komunitas MAMUJA. Saat itu, pembuatan baju Dayak memang diperuntukkan bagi penari-penari RULIKA. Sayangnya, aku tidak begitu serius mengurus penari-penari yang ada di Rulika. Sehingga, anggotanya silih berganti dan tidak pernah melakukan latihan rutin. Hanya latihan ketika akan manggung atau ada job yang aku dapatkan. Sampai akhirnya, baju-baju adat Dayak ini hanya menjadi pajangan dan aku sewakan.

Di satu waktu, ada sekelompok anak yang datang berkunjung. Mereka ingin menyewa baju Dayak, lengkap dengan Make Up Artist untuk penampilan mereka. Kebetulan, aku punya 2 orang tim Penari yang tetap dan siap untuk melayani permintaan mereka. 
Aku ngerasa bahagia banget karena aku bisa melihat mereka mencintai adat istiadat tempat mereka tinggal. Meski mereka bukanlah anak-anak asli suku Dayak.
Dari sekian banyak penari yang ada di Rulika, 90% dari mereka tidak bersuku asli Kalimantan (Dayak, Banjar, Paser, Kutai, dsb.). Mayoritas merupakan anak-anak suku pendatang seperti Jawa, Bugis, Sunda, Batak, dll. Tapi mereka sangat bersemangat untuk menjaga kelestarian budaya asli Kalimantan dengan menarikan tarian khas Kalimantan. Ini merupakan bukti bahwa orang-orang pendatang telah mengikuti dan menghormati adat istiadat yang ada di Tanah Kalimantan.
Hal yang paling membahagiakan dari Kalimantan adalah ... mereka begitu ramah dan welcome terhadap orang-orang pendatang. Sehingga, mayoritas penduduk Kalimantan didominasi oleh suku-suku pendatang di luar Kalimantan.
Masyarakat adat asli Kalimantan tidak pernah melarang penduduk pendatang yang membawa adat istiadat dan budayanya ke Tanah Kalimantan. Mereka juga tidak mewajibkan masyarakat pendatang untuk menjaga dan melestarikan budaya Kalimantan. 
Istilah peribahasa "Di mana bumi dipijak,  di situ langit di junjung" selalu menjadi sebuah prinsip hidup warga pendatang, terutama bagi warga perantauan. Kebanyakan dari mereka ingin mendapatkan status sosial yang baik di tempat yang mereka tinggali.

Kalau kamu bagaimana?
Apa kamu termasuk orang asli pribumi atau pendatang dari daerah lain?
Apa yang sudah kamu lakukan jika kamu adalah warga pendatang di tanah yang sedang kamu pijak saat ini?






Sunday, July 30, 2023

KIM MUTIARA BORNEO

 




KIM (Komunitas Informasi Masyarakat) merupakan sebuah komunitas yang didirikan oleh Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
KIM Mutiara Borneo dibentuk dan di SK-kan pada tahun 2019. Hanya saja, komunitas ini masih belum terlalu aktif karena kesibukan masing-masing anggota. Pada tahun 2021, KIM Mutiara Borneo melakukan pembaharuan nama komunitas dan kepengurusan dengan harapan bisa aktif menampung informasi dari masyarakat agar sampai kepada pemerintah setempat atau pemangku kepentingan.
Meski telah melakukan pembaharuan, tidak serta merta KIM Mutiara Borneo langsung aktif untuk melakukan dokumentasi dan publikasi kegiatan. Tidak adanya dukungan fasilitas yang memadai dan sumber daya jurnalistik, membuat KIM Mutiara Borneo kesulitan untuk melakukan publikasi. Hingga pada tahun 2023, Saya selalu ketua KIM Mutiara Borneo, merasa sudah vakum terlalu lama dan ingin menggerakkan kembali komunitas ini. Saya berharap, komunitas ini bisa menjadi ruang informasi publik dan memiliki banyak manfaat untuk warga.

Semoga, Komunitas Informasi Masyarakat ini bisa terus produktif, terorganisir dengan baik dan menjadi pusat informasi masyarakat umum, khususnya masyarakat Desa Beringin Agung


Struktur Organisasi KIM Mutiara Borneo






NGOPI (Ngobrol Pintar) Pemuda-Pemudi Desa Beringin Agung

 



Rabu, 26 Juli 2023


Pemuda-Pemudi Desa Beringin Agung mengadakan acara diskusi bersama. Acara NGOPI (Ngobrol Pintar) ini dilaksanakan di Warung Pengkolan dan diinisasi oleh pemuda-pemuda desa. Hadir juga Bapak Kusnadi selaku Kepala Desa untuk mendengarkan aspirasi dan gagasan dari pemuda-pemudi di Desa Beringin Agung. 

"Saya berharap diskusi seperti ini bisa sering dilakukan, tidak hanya satu kali saja. Agar kami sebagai Pemerintah Desa dapat mendengarkan gagasan dari pemuda-pemudi demi memajukan desa," ucap Pak Kusnadi dalam kesempatan diskusi kali ini.

KIM Mutiara Borneo ikut hadir dalam diskusi ini sebagai media utama yang akan menyampaikan informasi kepada seluruh masyarakat.





#diskusi

#pemudadesa

#desaberinginagung

#kimmutiaraborneo

#samboja

#kukar

#kaltim

Saturday, July 29, 2023

Wednesday, July 26, 2023

HOW CULTURE IS RELATED TO LANGUAGE?

 




Culture have many definitions. Gurito stated that culture indicates all aspects that members of a group share together. Children learn ways of doing things, ways of talking, smiling, laughing, liking and disliking things. Culture determines people’s action, their social relationship and their morality (Gurito, 2003: p 1).

Meaning of the culture is very diverse. People ussualy relate culture with traditional dancing, traditional ceremonies, and arts. Now let us see that there are other kinds of representations of culture on our daily life. The way we speak to our friends, to our parents, teacher or even strangers represents of our culture. Take for example the way the western people ear which uses knife and fork is different from the way we eat, which uses ouu hands and also different from the way Chinese people eat, which uses chopstick. Relate to the concept of culture, we have also the concepts of cultural values and cultural norms.

Let us move to discuss the relation between culture and language. If we apply Whorf’s ideas about language and culture, we can see that the way people see things is indeed reflected in their language. For example, in Indonesia we have many to represent rice. In our culture rice is very important, that is why we have many words to represent each from of it. We have the word ‘padi’ for the form of rice in the field, ‘gabah’ for its form after being harvested, ‘beras’ for the form before being cooked, and finally ‘nasi’ for the form after being cooked. In America, where rice is not considered as important as in Indonesia, there is only one word for it that is rice.

Languange is easiest communication tool to convey cultural differences. Each region has a different speech culture, different habbit, different celebration and different religion. All can be conveyed through good language communication. Language is expression from the culture. Many researchers found that there are many words or expressions that have strong relation with the culture of the people who use those words and expressions.

 

Source : Module 1 PBIS4102 Cross Cultural Understanding, Universitas Terbuka Publisher


I have been task from my Online Tutor.

 I share it to be reminder for my self and sharing with you.

If you read my text, give me some advice, please!


Thank you 💓


 043671972 - English Literature for English Translator


Tuesday, July 25, 2023

Masa Mudamu Kamu Habiskan Untuk Apa?

Penanaman Mangrove bersama Pertamina Hulu Sanga-Sanga


Kalau kamu ditanya, "Masa mudamu kamu habiskan untuk apa?"
Kira-kira, kamu bakal jawab apa?

Apakah masa Mudamu Kamu Habiskan untuk hura-hura?
Apakah masa Mudamu Kamu Habiskan untuk main game sepanjang hari?
Apakah masa Mudamu Kamu Habiskan untuk berdiam diri di dalam kamar?
Apakah masa Mudamu Kamu Habiskan untuk melakukan banyak kebaikan?

Tidak semua anak muda beruntung punya lingkungan yang baik. Kebanyakan dari mereka, justru terjerumus dan terlena pada hal-hal negatif seperti pergaulan bebas, narkoba, dsb.
Lingkungan yang baik adalah rezeki dari Allah yang harus kita syukuri. Kita bisa bersyukur dengan cara, memberikan waktu dan tenaga kita untuk hal-hal positif.
Tidak banyak anak muda yang bisa berdiri seperti ini bersamaku. Mereka adalah anak-anak muda yang selalu ingin belajar dan berkembang ke arah yang lebih banyak. Mereka adalah anak-anak muda yang punya jiwa sosial tinggi. Karena tidak semua anak muda bisa seperti mereka, yang mau membantu tanpa pamrih.

Aku ingat, ada sebuah pertanyaan menggelitik ketika aku melakukan pendekatan pada salah satu anak muda di desaku saat aku mengajaknya untuk melakukan kegiatan sosial.
"KALAU AKU IKUT KEGIATAN ITU, AKU DAPAT KEUNTUNGAN APA?"

Uups ...! 🤭🤭🤭
Pertanyaan kayak gitu adalah pertanyaan yang paling aku hindari. Ketika seseorang sudah mengeluarkan kalimat pertanyaan seperti itu, artinya dia adalah orang yang harus aku lewatkan untuk menjadi bagian dari sebuah perubahan di desaku.

Sampai akhirnya ...
Aku pilih untuk pelan-pelan memperhatikan bibit-bibit generasi penerus yang berbakat dan bisa berkomitmen untuk terlibat dalam kegiatan sosial tanpa embel-embel keuntungan/profit di awal. Di sini, aku mendapatkan lima orang pemuda yang aku pilih dan siap menjadi bagian dari pengurus Yayasan Rumah Literasi Kreatif yang aku dirikan.

AH, ANAK MUDA BISA APA?

Celetukan seperti ini, seringkali aku dengar. Apalagi, saat di posisi merintis sebuah proyek kemanusiaan. Hasilnya tidak akan langsung terlihat, sehingga kami semua seringkali dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang sudah berpengalaman di bidangnya.

Tapi, aku selalu memberikan semangat ke teman-teman muda. Kalimat "Anak Muda Bisa Apa" harus menjadi cambuk untuk kalian agar bisa membuktikan bahwa anak muda juga bisa melakukan perubahan.

Jadi, pelan-pelan aku membukakan jalan untuk mereka agar anak-anak muda memiliki kesempatan dan tempat untuk berproses. Aku ingin, anak-anak muda punya waktu dan kegiatan yang bermanfaat ketika masih muda. Tidak hanya menghabiskan waktu untuk berfoya-foya atau melakukan hal yang terkadang menimbulkan penyesalan di masa tua. Seperti apa yang aku rasain. Aku selalu merasa menyesal karena masa mudaku tidak aku gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat untuk orang-orang di sekelilingku. Andai saja, aku punya lingkungan yang baik seperti mereka, mungkin jalan cerita hidupku akan berbeda.

Buat kalian para anak muda yang baca tulisan ini, jangan malu dan ragu untuk berbuat kebaikan. Ingatlah kutipan bijak dari Buya Hamka "Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau hidup sekedar cari makan, monyet di hutan juga cari makan."
Pergunakanlah waktu kalian sebaik-baiknya mulai hari ini.
Jika kamu masih berada di lingkungan yang negatif, maka jangan ragu untuk keluar dari sana dan mencari lingkungan baru yang positif. Percayalah, kamu pasti akan diterima di tempat yang tepat sesuai dengan yang kamu inginkan.


Terima kasih sudah membaca tulisan ini.
Semoga menginspirasi dan bermanfaat.


Jadilah anak muda yang tangguh, kompetitif, bermartabat dan bermanfaat dalam kehidupan!



Much Love,


Rin Muna
Founder Yayasan Rumah Literasi Kreatif







Tuesday, June 27, 2023

Tentang Mengeluh

Mengeluh itu hal yang manusiawi.
Kalau nggak pernah mengeluh, namanya bukan manusia.
Meski tidak melahirkan solusi, tapi mengeluh bisa melegakan hati dan pikiran yang sedang lelah. 
Bahkan, sekedar mengeluarkan kata "Huft ...!" aja, rasa lelah sudah sedikit berkurang. Apalagi kalo mengeluh.

Dan ...
Setiap aku pengen ngeluh, aku selalu teringat nasihat seseorang.
Dia bilang ... "Kalau untuk kepentingan orang banyak, jangan dikeluhkan! Nanti hidupmu nggak berkah."

Astagfirullahaladzim ...
Aku selalu berusaha untuk beristigfar. Mohon ampunan dari Allah karena aku sudah mengeluhkan takdir yang sedang diatur oleh Allah.
Karena, hidup ini bukan melulu tentang uang.
Rezeki, juga bukan hanya berupa uang.

Aku bahkan ngerasa, hidupku sangat ajaib ketika aku bisa untuk belajar tulus membantu orang lain. 
Aku lebih sering bantu jahit, bukan full buka bisnis jahitan. 
Jadi, kalau ada anak-anak minta tolong kayak gini, aku selalu bantu dengan senang hati. 
Meski nggak dibayar, tetep aku kerjain dengan syarat, mereka bantuin aku ngerjainnya.
Selain dapet gratisan, dapet ilmu jahit juga.
Iya, kan?
Kalau ditanya feedback, aku juga pengen dapet feedback. Apalagi kalau aku lagi butuh sesuatu yang nggak bisa aku lakuin sendiri.
But, aku jadinya nggak ikhlas kalau mikirnya kayak gitu.

Seneng banget, ketika ada seseorang yang selalu mengingatkan aku untuk tulus menjalani sesuatu. Jangan mengharapkan apa-apa selain ridho dari Allah SWT. Kalau Allah meridhoi, kebaikan akan selalu menyelimuti kita. Jadi baik, bukan berarti tidak diuji. Pasti ujiannya akan jauh lebih berat untuk menguji ketulusan dan keikhlasan kita.
Saat ini, banyak orang yang diberi kenikmatan dunia oleh Allah, karena Allah tahu, akhirat bukan tempat orang-orang pengabdi dunia.

Semoga, yang baca tulisan ini sampai selesai, bisa jadi orang yang disayang Allah dan mendapatkan banyak berkah dunia dan akhirat.
Aamiin.





Friday, June 23, 2023

DILEMANYA PUNYA TAMAN BACA

 

DILEMANYA PUNYA TAMAN BACA

Tim Cerdas Cermat Rulika




Punya taman baca itu nggak ada enaknya.
Harus nyiapin segala kebutuhan peralatan belajar mereka tanpa digaji, tanpa minta iuran dari anak-anak. Harus mencurahkan tenaga, pikiran, waktu dan uang untuk menutupi semua kekuarangan keperluan mereka. Kadang waktuku habis buat ngurusin kebutuhan tiap tim, sampai nggak ada waktu buat nyari nafkah keluarga.
Kalau yang dicari materi, mungkin 3 bulan buka taman baca, udah nggak tahan dan pilih tutup aja. Nggak ada untungnya sama sekali.
But, taman baca atau Rulika, sudah berjalan sejak tahun 2018.
Nggak terasa kalau umurnya sudah 5 tahun.
Nggak terasa kalau aku sudah berjalan sejauh ini.
Semua hal yang aku keluarkan untuk kepentingan orang banyak, nggak pernah kuhitung.
Tapi, masih ada yang suka julid.
Katanya, aku foto anak-anak taman baca buat dapetin duit buat diri sendiri. Padahal, foto-foto itu SPJ buat donatur yang udah ngasih sedikit rejekinya buat belikan ATK, pelatihan, fasilitas, dll. Kalau aku nggak foto, ntar dikira uangnya aku makan sendiri lagi. Bahkan, aku sering nombokin kekurangannya.
Kalau dirasa emang enak punya taman baca, mungkin udah ada 10 atau 20 taman baca di kecamatan ini yang ikut bantu mewujudkan program pemerintah.
Kadang pengen berhenti, pengen udahan aja. Lima tahun mengabdi di tengah-tengah masyarakat, rasanya sudah cukup.
Tapi, tiap lihat mereka datang ke sini, ngajak diskusi, ngajak sharing dan selalu nemenin aku bercerita, aku ngerasa sedih buat ninggalin semuanya.
Nggak tahu sampai kapan aku bisa ngurusin semua kegiatan di taman baca ini.
Semoga, Allah senantiasa kasih kekuatan, kesabaran dan rezeki yang melimpah.
Aku ingin seperti Alm. Ibu Roelyta Aminudin yang tetap eksis mengurus kampung literasinya seorang diri sampai akhir hayatnya.
Semoga Allah bisa memberikan hati dan rezeki yang luas untuk generasi penerusku selanjutnya, supaya taman baca tetap hidup, meski nanti aku sudah mati.

Tim Kaligrafi Rulika



Puisi Akrostik | Perfect Hero | Yeriko Sanjaya Hadikusuma

 

Puisi Akrostik

"Perfect Hero"




Yakinkan aku bahwa kau satu-satunya rumah bagiku

Egoku kadang tak lihat siapa pun

Rasa dalam hati ini pun kadang terkikis

Inginku kaulah yang jadi sandaran

Kala hatiku resah, kala jiwaku gundah

Otakku tak bisa berhenti memikirkan semua tentangmu

Sekian banyak cinta yang hadir dalam hidupku

Aku hanya melihatmu yang tak pernah goyah

Nyawa dan hatiku seolah bersantai dalam genggamanmu

Jahatnya dunia bahkan tak bisa melukaiku

Aku selalu aman bersamamu

Yakin dengan cinta kasih dalam dekapmu

Andai dunia runtuh, kuingin ciptakan dunia baru untuk kita berdua

Hatiku tak pernah merasakan jeda merindu

Apa pun tentangmu, bagiku adalah bahagia

Dalam rasa sakit aku tetap mencintaimu

Indahnya kata cinta tak seindah rasanya

Kamu hadir dalam rasa sakit penuh kenikmatan

Untuk buktikan bahwa cinta tak mengenal rasa

Sepertinya aku lebih memilih mematikan rasa sakit

Untuk bisa hidup di sisimu

Meski dunia menentang dan cobaan bertubi-tubi menerjang

Aku tetap ingin mencintaimu tanpa batasan

 

 

 

 

 

-         VELLA NINE, 2021 -

 


Friday, May 26, 2023

Banjir Air Mata Di Sertifikat PKP Dinkes Ini

 






Aku selalu menangis setiap kali lihat foto ini.
Rasanya, masih nggak percaya kalau aku bisa sampai ke sini.
Harus menempuh perjalanan selama sedikitnya 4 jam ke Tenggarong dan bawa motor sendiri.
Demi apa? Demi dapetin sertifikat PKP yang cuma diadakan setahun sekali sama Dinas Kesehatan.
Sebenarnya, aku nggak mau ke sana karena jauh banget.
Makanya, di tahun 2020 aku minta sama Pak Ispiani untuk bantu aku dapetin sertifikasi PKP, supaya kami bisa dapet PIRT dan Sertifikat Halal. Karena aku memang menjadi mitra binaan PHSS sejak tahun 2019.
Alhamdulillah, beliau mengiyakan. Awalnya, mau aku aja. Tapi, aku pengen semua temen-temen Pelaku Usaha juga bisa dapet. Akhirnya, di tahun 2021, PHSS ngasih pelatihan bertahap lewat Unmul, supaya aku bisa dapet sertifikat PKP.
Sayangnya, hasilnya malah nihil. Aku bener-bener nggak dapet kesempatan buat dapetin sertifikat ini, sementara yang lain sudah bisa dapat. Aku sempat protes sama salah satu ComDev PHSS karena mereka nggak kasih apa yang mereka janjikan ke aku. Aku minta maaf banget soal ini. Karena emosi itu, perasaan yang manusiawi .
Okelah, nggak papa. Aku akan coba usaha lagi.
And then, saat temen dosen ITK datang ke rumah, aku berusaha minta tolong adakan pelatihan untuk UMKM lagi, supaya aku bisa dapet sertifikat PKP. Hasilnya ... nihil lagi.
Aku rasanya sedih banget. Karena udah 2x sertifikasi PKP ke kampungku, tapi aku malah nggak dapat.
Artinya, aku harus go sendiri ke Tenggarong demi dapetin sertifikatnya.
Aku udah nyerah minta bantuan ke sana ke sini.
Pada akhirnya, aku cuma bisa mengandalkan diriku sendiri.
Dan ... tanggal 24 Mei kemarin, aku otewe ke Tenggarong. Berangkat jam 5 sore, sampai di sana jam 10 malam. Karena jalanan banyak yang rusak dan gelap, aku nggak bisa cepet bawa motor.
Aku bawa motor dalam keadaan nahan sakit perut dan sakit kaki. Karena emang kebetulan lagi sakit sejak tiga hari sebelumnya.
Pelatihannya dari pagi sampe sore. Akhirnya, aku harus nginap lagi karena aku nggak berani lewat Bukit Soeharto sendirian dalam keadaan gelap gulita. Aku baru pulang ke Samboja paginya. Kali ini, aku berangkat subuh dan baru sampe samboja jam.10. Nggak tahu kenapa lambat banget nyampenya, padahal aku nggak ada istirahat sama sekali dari Tenggarong sampai ke km.48.

Sepanjang perjalanan pergi dan pulang, aku selalu berderai air mata. Rasanya sedih, terharu dan puas banget. Nggak nyangka kalau akhirnya aku bisa dapetin selembar kertas ini dengan berjuang seorang diri, tanpa minta bantuan siapa pun lagi. Setiap lihat kertas ini, aku selalu mewek. Ini berharga banget buat aku. Karena ada perjuangan nggak mudah yang aku lakukan buat dapetin ini. Ibaratnya, aku udah bertaruh nyawa di jalanan demi dapetin ini aja. Sebagian orang, bakal menganggap aku ini bodoh. Buat apa sampe segininya?
Karena aku serius mau bawa produk daerah supaya dikenal sama orang banyak di luar sana. Bahkan, rak nanas pun udah aku siapkan sejak tahun 2018, tapi sampe sekarang masih belum sukses buat bawa produknya.
Kalau dibilang gagal, aku ini emang udah gagal. Dari tahun 2020, aku nggak bisa bawa Stick Nanas buatanku dikenal sama banyak orang. Bahkan, aku harus menghentikan produksi sementara karena tiba-tiba ada produk lain yang brandingnya sama persis. Aku harus mulai dari nol lagi untuk re-branding produk aku.
Sampai temen-temenku yang di luar Kalimantan bilang "Kamu berat ya lepasin anak kamu yang satu itu?"
Ya, berat banget. Karena ada darah dan air mata yang aku pertaruhkan untuk bisa sampai di sini.
Orang lain nggak tahu, yang ditahu cuma enaknya aja.
Makanya, saat temen-temen bisnis nyaranin buat berhenti dan lepasin, hati kecilku masih bilang "Aku masih mau berjuang. Aku belum nyerah, aku belum nyerah, aku belum nyerah!"
Kalau pada akhirnya aku tetap gagal, aku tetap ingat kalo aku pernah berjuang demi anakku yang satu ini.
Aku tetap bisa belajar dari kegagalanku. Aku tetap belajar dari semua pengalamanku.
Apa yang nggak bisa aku dapatkan hari ini, mungkin bisa aku dapatkan suatu hari nanti.
Terima kasih, untuk cerita hidup yang nggak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.
Akan aku abadikan, dalam tulisan-tulisanku.
Supaya ceritaku tetap hidup, saat aku sudah mati.
Supaya anak-anakku (anak biologis, anak angkat & karya-karyaku) tahu kalau aku juga pernah berjuang untuk mereka.



Much Love,


Rin Muna

Founder Rumah Literasi Kreatif

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas