Rabu, 17 April menjadi momen bersejarah bagi bangsa Indonesia. Karena hari ini merupakan hari Pemilihan Presiden RI yang ke-8.
Banyak media dan netizen yang membahas tentang pemilu yang dilakukan serempak untuk pertama kalinya. Dan yang selalu bikin heboh saat pemilu ada foto jari kelingking ya g sudah dicelupkan tinta sebagai bukti kalau kita tidak golput.
Juga banyak hal lain yang bisa kita dapatkan di suasana pesta demokrasi ini.
Selain menyaksikan orang yang berdebat karena jagoan mereka berbeda. Ini sangat menjenuhkan bagiku. Melihat orang-orang pintar beradu argumen. Entah apa yang mereka cari sampai rela meluangkan waktu dan pikirannya hanya untuk berdebat.
Padahal, sudah jelas dalam film "Sexy Killers" yang kami tonton bareng pada tanggal 13 April lalu meninggalkan sebuah pesan bermakna.
Tapi, bukan tentang pemilu atau film Sexy Killers yang mau aku ceritakan di tulisanku kali ini. Tapi, tentang foto rumah tua yang berhasil aku abadikan saat menunggu antrian nyoblos di TPS.
Bagiku, bangunan ini menjadi saksi sejarah tentang cerita-cerita masa kecilku. Kondisinya sekarang sudah tua dan sepertinya tidak ada yang tinggal di sana karena tidak lagi terawat.
Dua bangunan itu adalah perumahan guru SD tempat aku dahulu menuntut ilmu. Saat aku sampai di TPS 2, separuh dari bangunan sekolah sudah dirobohkan untuk direnovasi. Butuh waktu belasan tahun untuk merenovasi sekolah ini menjadi bangunan permanen. Sebab, sebelum aku masuk sekolah sampai anak dari teman seangkatanku juga ikut bersekolah di sekolah ini, belum ada pergantian bangunan. Kondisinya masih sama seperti 20 tahun silam.
Bagiku, tempat kecil ini menyimpan berjuta cerita. Di sisi rumah itu kami biasa bermain prosotan kalau kata anak-anak. Karena, sekolah kami memang berada di atas bukit. Dan di belakang perumahan guru itu merupakan turunan yang lumayan tinggi. Sehingga, kami seringkali bermain di sana sampai seragam kami kotor. Warna putihnya berubah menjadi cokelat.
Setiap melihat bangunan ini, bukan hanya aku ... puluhan teman-teman seangkatanku akan mengingat momen indah masa anak-anak itu. Masa di mana kami pulang ke rumah ramai-ramai saat jam istirahat hanya untuk makan.
Masa di mana saat kembali terpikir, sepertinya memang kelakuan yang sia-sia dan bodoh. Tapi, itu sangat menyenangkan. Seperti saat aku dan teman-temanku memilih menerobos hutan dan membuat jalan baru hanya untuk bisa pulang ke rumah. Padahal, sudah ada jalan bagus yang setiap hari kami lewati walau masih tanah. Konyol! Dan ingatan itu yang selalu membuat kami tertawa saat mengingat masa-masa sekolah dasar.
Aku tidak terlalu suka membahas hal yang sedang dibicarakan banyak orang. Aku hanya suka menjadi pembaca atau pendengar. Dan aku selalu mencari hal lain yang lebih menarik agar tidak jenuh.
Oleh karenanya, aku mendapatkan sebuah potret yang akan mengingatkanku pada masa lalu saat aku nyoblos di TPS. Bisa jadi dalam 5 tahun ke depan bangunan ini sudah tidak ada. Yang penting, sudah aku abadikan pakai kamera dan aku bisa mengingatnya setiap kali aku membaca ulang tulisan ini.
Cukup sampai di sini dulu cerita dari aku. Karena ini sudah sore dan aku masih harus meneruskan jahitanku, ditunggu sama yang punya baju. Hehehe ...
Bye ... bye...!