Wednesday, April 3, 2019

Yeayy ... Dapet Juara 3!!!


Tadi selepas salat Isya, Gugun dan Tedy lewat di depan rumahku sambil berteriak.
"Mbak, nggak ke acara penutupan MTQ kah?"
"Nggak. Mbak Rina capek. Masih banyak jahitan," jawabku. Lagipula aku tidak begitu percaya diri akan dapat juara karena aku tahu lawan-lawanku karyanya jauh lebih baik dari yang aku buat.

Aku langsung masuk rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa yakni melipat pakaian dan beres-beres.

Sekitar jam sembilanan, Bu Misna datang ke rumah dan mengajakku ke acara penutupan MTQ. Mau alasan takut hujan nggak mungkin karena dia ngajak pakai mobil. Akhirnya aku bilang saja kalau aku lagi capek. Selain tadi pagi aku dipanggil Pak Kades untuk mengisi berkas seleksi Pemuda Pelopor. Aku juga mempersiapkan kegiatan yang akan diadakan oleh BUMDes. Setelahnya, aku ngebut membuat baju couple family.

Aku putuskan untuk di rumah saja. Istirahat di kamar. Sebelum tidur, aku masih menyempatkan diri untuk video call dengan keluarga yang ada di Pulau Jawa.

Aku sama sekali nggak kepikiran dengan acara penutupan MTQ. Aku pikir nggak bakalan juara. Jadi, aku juga nggak banyak berharap. Malah aku bakalan malu kalau aku datang dan nggak dapat juara sama sekali. Akhirnya, aku tidur nyenyak seperti biasa.

Aku tiba-tiba mendengar keramaian suara yang memanggil namaku.
"Bibi ...!" Sayup-sayup aku dengar suara yang membuat mataku terbuka perlahan-lahan.
Tiga gadis cantik (Esti, Evi, Aisyah) sudah berdiri di samping ranjangku memberi kejutan dengan riang gembira.
Yang terpikir saat itu adalah, "Aku mendapat kejutan ulang tahun". Padahal, aku sedang tidak ulang tahun. Sampai akhirnya aku benar-benar sadar saat aku sudah bangkit dari pembaringan.

Esti membawakan piala, piagam dan amplop. Di situ tertera kalau aku mendapat juara 3. Wait! Ini serius? Aku masih bingung. Kok, bisa ya? Kan baru pertama kali ikut lomba kaligrafi dan aku tahu yang lain hasilnya jauh lebih bagus.

"Semua dapet juara semua, Bi," tutur Aisyah.
"Seriusan?"
"Iya. Kak Nito daper juara harapan dua ...," ucap Aisyah yang kalimat selanjutnya tidak bisa aku ingat. Maklum, aku masih angop banget.
Ini sepertinya harus aku tanyakan lagi besok.  Karena aku masih setengah sadar. Jadi susah sekali mencerna pembicaraan di antara kami.
"Juara satunya siapa?" tanyaku.
"Yang pake cadar itu, Bi," jawab Aisyah.
"Sudah kuduga. Dia gambarannya emang keren banget itu. Layak jadi juaranya."
"Kalo yang cowok, yang gambarnya biru itu nah," tutur Aisyah lagi.
"Oh ... ya ya ya. Tau aku. Itu juga keren banget gambarannya itu. Saingannya Nito itu kan? Nito dapet juara nggak?"
"Dapet juara harapan 2."
Mereka kemudian mengoceh nggak jelas. Sebenarnya jelas sih. Cuma aku aja yang nggak ngeh karena aku masih angop, hiks ... hiks ...!

Mereka langsung pamit pulang karena waktu memang sudah larut malam.
Aku langsung meletakkan pialaku di ruangan taman baca.

Aku berharap, semoga tahun depan ada generasi baru yang akan meraih juara 1 di lomba MTQ berikutnya.
Ini pengalaman pertama kami. Belajar tanpa guru kaligrafi. Terlebih aku yang memang bisanya cuma menbuat sketsa wajah.
Mungkin, inilah cara Allah menuntunku untuk benar-benar hijrah dengan caraNya. Agar aku tetap menggambar yang bukan gambar makhluk hidup.
Walau sebenarnya, aku sudah mendengar ceramah dari ustadz Abdul Somad yang menyatakan kalau gambar manusia masih diperbolehkan apabila digambar di atas kertas atau kain kanvas. Hanya saja, lebih banyak ulama yang mengatakan kalau gambar manusia hukumnya haram.
Hijrah memang butuh waktu ... dan Allah ada di antara waktu-waktu itu untuk menuntun kita ke jalan yang benar atas ijin-Nya.

Semoga ini bisa menjadi penyemangat untuk adik-adik yang lain agar lebih giat lagi berlatih dan berkarya. Terima kasih untuk seluruh masyarakat yang telah mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di taman baca. Semoga bisa memberikan manfaat dan dampak positif bagi Desa Beringin Agung.

Puisi | Pagi Sahabat

Pixabay.com

Pagi ini aku berlari-lari
Kamu kejar aku dan terus berlari
Jangan berhenti
Jangan berhenti
Sampai kita raih cita dan mimpi

Pagi ini aku langkahkan kaki
Bersama dirimu merangkai hati
Kita ciptakan ribuan mimpi
Dan mewujudkannya dengan jemari

Kita bisa kawan
Walau kita beda, kawan.


Rin Muna
East Borneo, 03 April 2019

Tuesday, April 2, 2019

Game Berhadiah di Taman Bacaan Bunga Kertas

Hari Senin kemarin, tanggal 01 April 2019 aku mengadakan game kecil-kecilan untuk anak-anak.
Setelah hari Sabtu sebelumnha aku membuat game tebak-tebakan berhadiah. Sekarang aku membuat game tebak kata berhadiah.

Awalnya, game ini akan aku laksanakan usai sholat dzuhur, pukul 13.00 WITA. Tapi karena anak-anaknya belum pada datang semua. Akhirnya aku undur jadi jam empat sore.
Kebetulan kakak-kakaknya juga baru datang abis ashar. Padahal sudah janjian jam satu siang. Mungkkn mereka juga punya kesibukan di rumah.
Game diikuti oleh 8 orang yang dibagi secara acak menggunakan undian menjadi 4 kelompok.
Kelompok 1 : Amel dan Ridho
Kelompok 2 : Danis dan Rika
Kelompok 3 : Diya dan Febri
Kelompok 4 : Toro dan Dafa

Game berlangsung sangat seru. Anak-anak berhasil menjawab dan ada yanh tidak menjawab sama sekali.

Semuanya juga spontan saja. Yang penting anak-anak senang.
Dan yang mendapat juara 1 yakni kelompok 4. Juara 2 diraih oleh kelompok 2.

Aku senang sekali adik-adik bisa hadir di taman baca dan mengikuti game ini. Tidak terlalu banyak yang ikuy karena sebenarnya jam empat sore adalah jadwal mereka sekolah ngaji. Seharusnya aku membuat game di hari-hari libur sekolah. Jadi, anak-anak bisa hadir semua untuk.berpartisipasi.

Tapi, ya itulah ... kegiatan taman baca sudah hampir padat. Aku juga sampai kewalahan. Padahal ini murni kegiatan sosial. Aku tidak mengambil keuntungan sama sekali. Justru memberikan mereka hadiah-hadiah ketika ada uang lebih.

Alhamdulillah ... paginya aku bertemu dengan Pak Kades dan mengungkapkan kegiatan game yang ingin aku adakan. Beliau memberikan sedikit uang untuk membeli buku sebagai hadiah untuk adik-adik.

Sebenarnya ... aku punya video keseruan bermain game ini. Hanya saja belum bisa aku upload karena komputer Taman Baca tiba-tiba rusak. Jadi, aku nggak bisa ngedit videonya. Kemarin aku sudah upload video tanpa editan dengan terpaksa. Yah .. sebenarnya itu lebih alami sih... tapi rasanya kok kurang lengkap.

Nanti akan aku upload kalau komputer sudah selesai diopname.

Beginilah suasana di Taman Baca aku. Kegiatan kecil-kecilan dan sederhana untuk anak-anak.
Hampir setiap hari memang full kegiatan. Kadang sampai gak ingat makan karena banyaknya aktivitas di taman baca.

Usai melakukan kegiatan game dengan anak-anak. Aku langsung berkumpul dengan ibu-ibu kreatif "Mamuja" di Taman Baca juga. Sampai menjelang magrib mereka masih di sini karena kebetulan hujan.

Aku hanya punya waktu jeda dari magrib sampai isya. Aku gunakan untuk menyelesaikan jahitan baju salah satu anggota Mamuja yang hadir hari itu. Kebetulan sekalian minta potongkan baju dan celana.

Usah sholat Isya, aku mengumpulkan anak-anak muda untuk membentuk divisi kreatif anak muda Samboja. Khususnya pemuda yang ada di lingkungan RT.03 dan RT.04.

Tulisan tentang perkumpulan anak muda, akan aku tulis di tulisanku selanjutnya.
Terima kasih banyak sudah mau berperan aktif dalam kegiatan taman baca. Semoga bisa membuat kegiatan-kegiatan yang lebih seru lagi. Anak-anaknya juga aktif berkegiatan di taman baca.

Terima kasih untuk masyarakat sekitar yang sudah banyak memberikan support secara moril. Semoga aku tetap bertahan menjadi orang yang peduli dengan masyarakat.
Sebab menjadi bermanfaat untuk masyarakat itu tidaklah mudah. Banyak hal yang harus kita korbankan. Jadi, mohon maaf kalau selama ini aku masih banyak kekurangan.

Monday, April 1, 2019

Nurul Jadid dalam Lomba Hadrah MTQ Ke-41 Samboja


Sabtu, 30 Maret 2019. Lomba Hadrah MTQ Ke-41 Samboja berlangsung selepas salat Isya'.
Tim Hadrah Puteri dari Nurul Jadid mendapat urutan nomor 2 dan putera mendapt urutan nomor 5. Alhamdulillah ... artinya bisa pulang lebih cepat.
Alhamdulillah lombanya berjalan lancar dan kami langsung pulang. Walau diiringi dengan dumelan karena ada kesalahan internal dan eksternal dari tim Desa Beringin Agung.





Kesalahan internalnya, backing vokal lupa larik lirik. Kesalahan eksternalnya, setting audio kurang bagus karena microphone mati di tengah-tengah atau volumenya yang terlalu kecil sehingga tidak terlalu terdengar suara musiknya.


It's Okay!
Tetap semangat ya!
Semoga tahun depan tetap semangat mengikuti lomba. Walau belum pernah menang, setidaknya "Sudah ikut tampil" kalau kata mereka. 😂
Harap maklum saja karena yang ikut lomba rata-rata adalah pekerja yang kadang nggak ketemu waktu luangnya buat latihan bareng.
Berbeda dengan anak-anak sekolah yang lebih mudah berkumpul buat latihan bareng.
Tetap semangat saja. Bersyukur Desa Beringin Agung masih ada yang mau ikut serta mengikuti lomba-lomba MTQ.
Semoga semangatnya masih terus menyala sampai tahun-tahun berikutnya.




Sunday, March 31, 2019

Pengalaman Mengikuti MKQ - MTQ Ke-41 Kecamatan Samboja


Sabtu, 30 Maret 2019 adalah tanggal pelaksanaan lomba MTQ ke-41 tingkat Kecamatan yang diselenggarakan di Kelurahan Karya Jaya, Samboja, Kalimantan Timur.
Ada beberapa macam perlombaan yang diikuti. Termasuk lomba yang aku juga ikut berpartisipasi di dalamnya yakni lomba Kaligrafi Al-Qur’an yang masih terbagi menjadi beberapa cabang yakni cabang naskah Al-Qur’an, Hiasan Mushaf, Dekorasi dan Kontemporer.

Tahun ini adalah pertama kalinya Desa Beringin Agung mengikuti perlombaan kaligrafi. Pihak Pemdes mengirim 7 perwakilanya untuk 4 cabang kaligrafi kategori putera dan puteri.

Kami sudah latihan beberapa minggu sebelum perlombaan. Hanya saja belum bisa maksimal karena sebelumnya memang tidak pernah mengikuti lomba kaligrafi. Terlebih, aku yang biasa melukis pensil sedikit kesulitan mencampur warna.

Walau latihan kami belum maksimal, aku cukup senang karena anak-anak semangat untuk mengikuti lomba.

Jam setengah tujuh pagi, kami sudah berkumpul di depan taman baca. Lalu kami menuju halaman Masjid Hidayatul Amin untuk berkumpul dengan peserta MTQ lainnya dari cabang Tilawatil Qur'an dan lainnya.

Saat kami memasuki gedung BPU milik Desa Karya Jaya yang dijadikan arena lomba kaligrafi, peserta sudah berkumpul di kursi masing-masing. Terutama di kursi belakang yang menjadi tempat favorite beberapa orang karena berbagai alasan.

Lomba berlangsung sekitar jam delapan pagi. Tepatnya aku lupa karena aku sudah keburu nervous dan tidak ingat melihat jam. Kebetulan juga tidak ada jam dinding yang dipasang di ruangan itu sampai beberapa lama. Walau akhirnya datang juga jam dindingnya dan langsung dipasangkan oleh panitia.

"Assalamu'alaikum ... hari ini kita akan melangsungkan perlombaan kaligrafi." Juri yang akan menilai karya kami mulai berbicara. "Panitia tidak menyiapkan kanvas karena mungkin harganya yang mahal. Panitia hanya menyiapkan plywood untuk cabang dekorasi dan karton untuk cabang mushaf dan naskah Al-Qur'an," lanjutnya.

Peserta mengambil plywood dan karton yang sudah disiapkan oleh panitia. Kecuali aku dan Nito karena kami membawa sendiri kanvas berukuran 60cm x 80 cm sesuai dengan persyaratan yang tertera di peraturan lomba.


Kami pun memulai lomba kaligrafi secara bersamaan sampai jam 12 siang tiba karena ada jeda 1 jam yang akan kami gunakan untuk istirahat, sholat dzuhur dan makan.

Walau hasilnya nggak sebagus gambar buatan yang lain. Setidaknya yang kami sudah mencoba membuat karya dan imajinasi sendiri. Memang melelahkan menggambar dari pagi sampai sore.

Tapi jelas kami tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya berdoa saja semoga bisa menang dan membuat anak-anak lebih giat lagi berlatih untuk tahun depan. Semoga bisa membuat karya yang bagus seperti karya-karya yang lainnya. Aamiin...

Oh ya, aku punya video hasil kaligrafi kontemporer yang keren-keren. Asli karya-karya mereka keren-keren semua...

Nah, inilah sedikit cerita pengalaman pertama aku mengikuti lomba MKQ (Musabaqah Khat Qur'an) pada MTQ ke 41 Kecamatan Samboja.

Semoga bisa lebih semangat lagi belajarnya buat aku yang masih harus belajar banyak tentang dunia seni kaligrafi.






Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas