Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Showing posts with label Belajar Menulis. Show all posts
Showing posts with label Belajar Menulis. Show all posts

Friday, June 20, 2025

Jenis-Jenis Pembaca


Jenis-Jenis Pembaca: Kamu yang Mana?
Oleh: Rin Muna


....

Di dunia literasi, ada satu pertanyaan menarik yang sering muncul di benakku: “Orang-orang membaca itu karena cinta, kewajiban, atau pelarian?”

Dari lembar ke lembar buku yang kubaca dan yang kutulis ... aku sadar, pembaca itu bukan cuma satu jenis. Mereka datang dengan berbagai wajah, berbagai tujuan, dan berbagai cara menikmati kisah. Maka dari itu, yuk kita kenalan dengan jenis-jenis pembaca… siapa tahu, kamu bisa lebih mengenal dirimu sendiri. 

Berikut ini jenis-jenis pembaca yang bisa kamu ketahui, mungkin kamu adalah salah satunya;

1. Si Penjelajah Imajinasi

Mereka adalah pembaca yang membaca untuk melarikan diri. Dunia nyata terlalu bising, terlalu kaku, dan terlalu memaksa jadi "dewasa". Maka buku jadi pelabuhan rahasia. Entah itu kisah tentang kerajaan sihir, cinta di tengah peperangan, atau dunia distopia. Buku bagi mereka adalah pintu Narnia yang bisa dibuka kapan saja.

Tanda-tandanya:

📕Selalu tenggelam dalam genre fantasi, sci-fi, atau petualangan.
📕Punya tumpukan buku yang belum selesai dibaca, tapi terus beli buku baru.
📕Kadang senyum sendiri saat baca. Kadang menangis juga. Tapi diam-diam.


2. Si Pemikir Mendalam

Kalau kamu termasuk orang yang membaca pelan-pelan, menandai kalimat favorit, lalu termenung beberapa menit setelah satu paragraf ... ya, kamu termasuk si pemikir. Mereka tidak membaca untuk cepat selesai. Mereka membaca untuk meresapi.

Tanda-tandanya:

📕Suka genre filsafat, sastra klasik, atau self-reflection.

📕Punya catatan atau jurnal berisi kutipan dan tafsir pribadi.

📕Bisa diskusi panjang hanya dari satu kalimat dalam novel.


3. Si Pelahap Halaman

Mereka membaca cepat. Sekali duduk bisa habis satu novel. Bukan karena terburu-buru, tapi karena nagih. Genre apa pun dilahap. Mereka seperti punya mesin di matanya, dan kapasitas memori tak terbatas.

Tanda-tandanya:

📕Punya target baca tahunan (dan selalu tercapai).

📕Ikut challenge Goodreads dan Booktok.
📕Punya opini kuat soal ending buku tertentu.


4. Si Pengendap Kata

Tipe ini bukan cuma membaca, tapi juga mengendapkan. Mereka suka membaca kalimat yang membuat mereka berhenti sejenak, menghela napas, lalu menyimpannya di hati. Biasanya pembaca jenis ini juga penulis.

Tanda-tandanya:

📕Sering membaca ulang bagian tertentu.

📕Suka menggarisbawahi kalimat “yang terasa benar banget.”
📕Punya momen ‘diam’ setelah buku selesai.


5. Si Sosialita Literasi

Mereka suka baca, tapi lebih suka membicarakan buku. Ikut klub buku, diskusi literasi, atau nonton review buku di YouTube. Buat mereka, membaca bukan cuma kegiatan pribadi, tapi juga aktivitas sosial.

Tanda-tandanya:

📕Suka posting review atau quote di Instagram.

📕Jadi admin grup literasi atau klub baca.
📕Membaca buku yang sedang trending, biar bisa nyambung ngobrol.


6. Si Pembaca Praktis

Mereka membaca karena ingin tahu. Bukan karena emosi, tapi karena informasi. Buku bagi mereka adalah alat untuk berkembang. Biasanya suka baca buku nonfiksi, biografi, atau buku bisnis.

Tanda-tandanya:

📕Selalu punya highlighter di tangan.

📕Punya goal: setelah baca buku ini, aku harus bisa ini.
📕Koleksi e-book lebih banyak dari buku fisik.


7. Si Pembaca Setia Penulis Tertentu

Ada juga yang hanya membaca karya penulis-penulis favoritnya. Entah karena gaya bahasanya, ide ceritanya, atau karena merasa “klik”. Setia banget, bahkan rela preorder bukunya sejak jauh hari.

Tanda-tandanya:

📕Selalu update karya terbaru dari penulis tertentu.

📕Bisa kutip kalimat dari bukunya dengan hafal.
📕Kadang follow penulisnya di media sosial, diam-diam atau terang-terangan 😄


Membaca itu personal. Apa pun jenis pembaca kamu, satu hal yang ingin aku bilang: Tak ada jenis pembaca yang lebih baik dari yang lain. Yang penting, kamu membaca. Dan dari sana, kamu tumbuh.

Entah kamu membaca untuk lari, untuk paham, untuk merasa, atau untuk memperbaiki hidupmu ... semua sah.

Karena buku bukan soal kecepatan menyelesaikan halaman. Tapi tentang bagaimana halaman-halaman itu menyentuh jiwamu diam-diam, perlahan, tapi pasti.


Jadi, kamu termasuk pembaca yang mana?
Atau... kamu punya kombinasi dari beberapa tipe?

Tulis di komentar ya, biar kita bisa saling berbagi kisah. 💌


Salam hangat dari ujung halaman,




Rin Muna
(Yang percaya bahwa buku terbaik selalu menunggu kita untuk kembali...)






Tuesday, June 17, 2025

Teknik Menulis Bebas (Free Writing) || Materi Kepenulisan by Rin Muna

 Teknik Menulis Bebas (Free Writing)

Menulis tanpa takut salah, tanpa takut dihakimi, hanya untuk menjadi lebih jujur kepada diri sendiri.




Pernahkah kamu merasa ingin menulis, tapi tidak tahu harus mulai dari mana? Atau merasa tulisanmu “terlalu kacau” untuk dibaca orang lain?

Free writing adalah ruang kecil tempat kita boleh kacau. Tempat kita bisa menumpahkan isi kepala tanpa sensor. Karena kadang, tulisan yang paling jujur lahir dari keberanian untuk tidak sempurna.

“Menulis bebas bukan tentang keindahan bahasa, tapi keberanian menghadap cermin kita sendiri.” -Rin Muna-

Di dalam sebuah proses penulisan, kita mengenal istilah menulis bebas atau free writing. Kamu  tahu free writing itu apa?



 Apa Itu Free Writing?

Free writing adalah teknik menulis spontan tanpa henti selama waktu tertentu (biasanya 5–15 menit) tanpa mengedit, tanpa menghapus, tanpa menilai. Ini merupakan teknik yang sangat cocok bagi penulis pemula yang kerap merasa takut untuk menuliskan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya.

Jangan berhenti menulis, walau pikiran terasa kosong. Jika perlu, tulis: “Saya tidak tahu harus menulis apa”  .... hingga kalimat selanjutnya muncul dengan sendirinya.


Free writing digunakan untuk penulis pemula atau orang yang baru ingin belajar menulis dan tidak tahu ingin menulis apa. Kebanyakan orang bisa menuliskan keluh-kesahnya di media sosial setiap hari, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk menulis secara runut dan terstruktur. Penulisan yang baik dan terstruktur akan dipelajari pada teknik-teknik menulis selanjutnya sesuai dengan jam terbang dunia kepenulisannya. Untuk kita yang masih pemula, gaskeun aja untuk menulis bebas (free writing) biar ide di kepala dan uneg-uneg di hatimu juga bisa tersalurkan dengan baik.



 Tujuan Free Writing

  • Membuka keran pikiran dan emosi
  • Mengurangi hambatan mental (writer’s block)
  • Menemukan suara dan tema tersembunyi dalam diri
  • Menulis dengan lebih jujur dan reflektif

Saat kita membebaskan kata-kata, kita sedang membebaskan beban dalam hati.



Langkah-Langkah Menulis Bebas

1. Pilih Waktu

Tentukan durasi: 5, 10, atau 15 menit. Gunakan timer.

2. Pilih Pemicu (optional)

Gunakan kata kunci, gambar, atau kalimat pembuka. Misalnya:

“Hari ini aku merasa…”

“Yang tak pernah kuberitahu siapa pun adalah…”

“Aku rindu…”

Kamu juga bisa menulis tanpa pemicu — hanya mengikuti aliran hati.

3. Tulis Tanpa Henti

  • Tidak boleh menghapus
  • Tidak perlu bagus
  • Tidak ada struktur
  • Tidak ada sensor

Biarkan jari-jari lebih cepat dari pikiranmu. Biarkan apa pun keluar.



Kita bisa latihan Free Writing menggunakan kalimat-kalimat pemicu, seperti:

 "Aku lelah, tapi bukan karena dunia."

Kemudian, tulis terus selama 10 menit tanpa mengangkat pena/jari.

Pemicu lainnya:

  • "Aku ingin berkata jujur soal…"
  • "Kalau saja waktu bisa diulang, aku akan…"
  • "Namanya masih ada di pikiranku karena…"



Setelah menulis, jangan langsung mengedit tulisan kita. Baca kembali terlebih dahulu dan tanyakan:

  • Apa yang paling jujur dari tulisan ini?
  • Kalimat mana yang menyentuh perasaanmu sendiri?
  • Apakah ada ide yang bisa dikembangkan jadi puisi, esai, atau cerpen?

Free writing bukan akhir — ia pintu masuk menuju karya.



Kita tidak perlu takut menuliskan apa pun. Dengan sering berlatih, kita akan terbiasa menulis dan menemukan hal-hal baru yang tersimpan begitu sesak di hati dan pikiran kita.

Agar Free Writing lebih efektif, kita bisa mencoba beberapa tips berikut ini:

 Gunakan jurnal khusus untuk latihan ini

Lakukan secara rutin, misalnya setiap pagi

Tidak perlu dibagikan ke siapa pun — ini untukmu

Jangan mengejar estetika, kejar kelegaan



Kamu tidak harus menjadi sempurna untuk bisa menulis. Kamu hanya perlu berani menuliskan yang sesungguhnya. Kadang, tulisan terbaik lahir dari kesunyian, dari kebingungan, dari pertanyaan yang belum selesai.




“Jika kamu tidak tahu harus menulis apa, mulailah dengan jujur: ‘Aku tidak tahu harus menulis apa.’ Dan lihat ke mana jari-jarimu membawamu.”
— Rin Muna

 


Friday, June 13, 2025

Mengemas Perasaan Takut dengan Teknik Show Don't Tell

  


Hai ... teman-teman ...!

Apa kabar? Semoga sehat selalu, ya!

Kali ini aku mau sharing tentang dunia kepenulisan dan teknik kepenulisan yang biasa dipakai dalam formula penulisan naskah panjang. Ada banyak teknik kepenulisan yang bisa kita pelajari, salah satunya ialah teknik "show don't tell" yang sudah tidak asing lagi bagi para penulis.


Nah, kalau kamu masih penulis pemula atau lagi belajar nulis ... apa sudah pernah dengar frasa "show don't tell" ini? Kalau belum, yuk kita belajar bareng-bareng dan mengenal lebih dekat dengan teknik kepenulisan yang satu ini.


Dalam dunia kepenulisan, ada satu nasihat yang mungkin sudah sering kita dengar, bahkan mungkin terlalu sering:
“Show, don’t tell.”

Tapi apa sebenarnya maknanya? Mengapa para penulis senior dan editor terus-menerus mengulang kalimat ini?

Bayangin saat kamu sedang bercerita tentang seseorang yang sedih. Kamu bisa saja menulis "Dia merasa sedih."

Kalimat itu membuat pembaca hanya menerima fakta, bukan rasa.

Bagaimana jika kamu menulis:

"Matanya memandangi cangkir teh yang kini dingin. Ia belum menyentuhnya sejak pagi. Jari-jarinya menggigil, bukan karena udara."
Pembaca tidak diberi tahu bahwa tokoh itu sedih. Tapi mereka merasakannya.

Itulah kekuatan dari showing.

Teknik showing berfungsi untuk merangsang indera pembaca, membuat cerita terasa lebih nyata dan sinematik, dan menghidupkan adegan.


Bagaimana cara kita mengemas perasaan takut agar bisa dirasakan oleh pembacanya?
Mari kita coba untuk menggunakan teknik show don't tell pada frasa rasa takut berikut ini:



Nah, itu dia 2 contoh teks yang bisa aku kasih ke kalian.
Sekarang, kalian bisa coba melatih teknik kepenulisan menggunakan kalimat "tell" berikut ini:

Gimana hasilnya? Silakan mencoba dan jangan pernah takut untuk mencoba ...! Sebab, kita hanya bisa menciptakan sebuah pengalaman ketika kita sudah berani mencoba.









Materi Kepenulisan : How to Make a Second Lead Syndrome?

 



Hai, teman-teman ...!
Gimana kabarnya, nih? Semoga selalu sehat wal afiat dan murah rezekinya, ya!
Sepertinya sudah lama sekali aku tidak membagikan materi tentang dunia kepenulisan. 
Nah, kali ini aku mau sharing tentang dunia kepenulisan dalam sastra modern.

Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini kita mengenal istilah "webnovel", sebuah cerita berseri yang diposting di dalam web dan memiliki naskah yang panjang. Kehadiran webnovel dengan jumlah ribuan bab sudah menjadi konsumsi sehari-hari di kalangan Gen-Z. Lembar kerja yang tidak terbatas, membuat penulis bebas bereksplorasi dan membangun ikatan yang kuat dengan para pembacanya.

Menulis novel panjang dengan ratusan bahkan ribuan bab, tentunya bukan hal mudah. Diperlukan teknik kepenulisan yang mumpuni, wawasan yang luas, serta penciptaan karakter dan konflik yang sangat kompleks. Penulisan novel panjang versi digital book memiliki formula penulisan yang berbeda dengan penulisan novel fisik atau konvensional. Penciptaan karakter, konflik, dan alur cerita harus bisa dibuat dengan baik dan terstruktur. Tentunya tidak mudah. Saya mendapatkan banyak ilmu tentang penulisan novel panjang ketika saya menjadi penulis di platform Novelme. Sebagai penulis kategori "Gold", saya mendapatkan akses khusus untuk berkomunikasi dengan editor, juga mendapatkan banyak pelatihan materi kepenulisan yang diberikan secara eksklusif.

Nah, kali ini aku mau berbagi sama kalian tentang materi kepenulisan yang jarang banget dibahas karena tidak semua penulis bisa menerapkannya dengan baik dan tidak semua penulis mampu menulis novel ratusan bab dengan cerita yang menarik pembaca.

Materi yang mau aku share kali ini ialah tentang Second Lead.
Apa itu Second Lead?

Kira-kira, pernah atau nggak kamu menonton drama atau membaca novel yang bikin kamu jatuh hati sama tokoh pendampingnya?






Pentingkan Second Lead dalam sebuah novel?


Apakah Second Lead bisa dikenai konflik?

Bagaimana cara memasukkan Second Lead dalam cerita?

Apakah semua novel menggunakan Second Lead?


Untuk lebih memahami bagaimana cara menciptakan Second Lead Syndrome, silakan berlatih menulis cerita bersambung dengan tokoh pendamping yang berkarakter. Kamu juga mendiskusikan materi ini di kolom komentar jika ada masukan atau ada yang masih kurang jelas.


Terima kasih...


Salam,

Rin Muna













Tuesday, June 3, 2025

Ngurus Pelanggaran Hak Cipta itu Capek!!!



Pernah dengar ungkapan: “Kalau karyamu dibajak, berarti kamu terkenal”?

Maaf, saya bukan tipe penulis yang bisa senyum-senyum denger itu. Karena kenyataannya, dibajak itu nyebelin—dan lebih dari sekadar perkara “terkenal”. Itu tentang kerja keras yang dirampok tanpa permisi. Tentang begadang nulis bab per bab yang menghabiskan bergelas-gelas kopi, lalu bangun tidur ternyata ada orang iseng yang ubah karya kita jadi audiobook di YouTube dan ngaku-ngaku itu hiburan gratisan.

Dan itu yang terjadi pada novel saya, Menikahi Lelaki Brengsek.

Dibacain, direkam, diunggah, di-branding jadi konten “penuh perasaan” oleh akun bernama Diary Alluka. Keren? Tidak. Capek? Jelas. Emosi? Banget. 



Salah satu hal yang membuat penulis terganggu ialah soal plagiarisme dan pembajakan karya. 
Plagiarisme adalah mengakui karya orang lain sebagai karyanya, sedang pembajakan adalah mendistribusikan atau menjual karya orang lain tanpa izin atau tanpa sepengetahuan pemilik karyanya. 
Hal yang terlihat sepele, tapi membuat tidak nyaman penulisnya ialah adaptasi naskah ke dalam audio book dan diposting ke platform tanpa izin. Pembajakan karya ini sepertinya menjadi hal yang lumrah di kalangan pengguna platform, terutama Youtube. 

Youtube adalah platform yang memberikan layanan monetisasi terhadap konten-konten penggunanya. Oleh karenanya, pengguna bisa menghasilkan uang dari konten yang diposting di Youtube. Hal ini termasuk ke dalam kepentingan komersil (diperjualbelikan). 
Tentunya mengganggu bagi author/pengarang aslinya jika menemukan hal seperti ini. Contohnya adalah akun Youtube yang aku screenshoot ini. Bukan aku sok terkenal sampai tidak mengizinkan karyalu dipakai oleh orang lain. Aku adalah orang yang open minded dan welcome dengan siapa saja. Sayangnya, pengguna akun ini tidak meminta izin apa pun kepadaku untuk menggunakan karyaku. 



Banyak yang bilang, “Ya ampun, Rin... itu kan cuma dibacain ulang. Harusnya bangga dong...”

BANGGA dari Hongkong?
Lho, coba bayangin kamu jualan nasi goreng, capek-capek motong bawang, bikin resep sendiri, ngeluarin duit buat wajan dan gas, terus tiba-tiba ada orang comot nasi kamu, goreng ulang, terus jualan di TikTok sambil ngasih watermark nama dia.
Masih bangga?

Yang lebih nyesek lagi, video-video itu sudah puluhan episode. Diunggah satu per satu, kadang dipotong, kadang digabung, lalu diberi judul clickbait yang bikin penonton makin penasaran. Saya hitung manual—karena YouTube belum punya tombol "lapor massal"—dan saya harus klik, lapor, ulang, klik, lapor, ulang... kayak mantra sialan yang nggak selesai-selesai.

Lapor Satu per Satu = Neraka Mini

Sistem pelaporan YouTube memang ada. Tapi kalau kamu berharap itu proses yang sekali klik, langsung kelar—selamat datang di dunia nyata.
Butuh waktu, butuh energi, dan kadang butuh nahan napas karena YouTube suka pura-pura bodo.

Saya mesti isi form, tempelin link asli, buktiin saya pemilik karya (padahal nama saya jelas di cover, di metadata, di Google, dan di Goodreads!), terus nunggu berhari-hari buat satu notifikasi yang kadang cuma bilang: “Terima kasih, kami sedang meninjau laporan Anda.”

Hebatnya, sambil saya lapor satu video, mereka udah upload dua lagi.
Capek... tapi harus terus dilawan.

Bukan Sekadar Tentang Uang


Banyak yang anggap remeh: “Lagian ngapain ribut? Toh cuma dibaca, nggak dijual.”

Tapi gini, teman-teman: hak cipta itu bukan sekadar uang. Ini tentang martabat. Tentang nama baik. Tentang penghargaan terhadap proses kreatif.

Kalau orang bisa dengan mudahnya mencuri karya, terus ditonton ribuan orang, dipuji-puji pula karena “suara naratornya enak”—terus penulis aslinya kayak makhluk tak kasat mata...
Lalu siapa yang bakal percaya pentingnya menulis?


Hari Ini Lelah, Besok Lawan Lagi

Saya bukan pahlawan. Saya juga penulis yang kadang nulis sambil nahan lapar, atau sambil mikirin tagihan listrik. Tapi saya percaya satu hal:

"Kalau kita nggak jaga karya kita sendiri, siapa lagi yang mau?"

Buat kamu yang juga pernah dibajak, jangan diam. Suaramu penting.
Dan buat kamu yang hobi repost karya orang lain tanpa izin, berhenti sekarang.
Karya orang bukan konsumsi publik gratisan.

Jadi ya, ngurus pelanggaran hak cipta itu memang capek. Tapi lebih capek lagi kalau kita biarin. Maka... walau pelan, walau sendirian, saya akan terus klik tombol laporkan pelanggaran—sampai video terakhir itu hilang, dan hak saya kembali ke tempat yang seharusnya.


Ditulis di antara jeda ngopi dan lapor video bajakan ke-47



-Rin Muna-
Penulis yang bukan cuma nulis, tapi juga belajar bela karya sendiri.



Wednesday, March 12, 2025

Penulis Pengendali Moral Bangsa



Beberapa tahun terakhir ini, dunia kepenulisan diramaikan dengan banyaknya platform buku digital. Tidak hanya memudahkan akses bahan bacaan bagi pembaca, tapi juga memberikan kesempatan kepada penulisnya untuk mendapatkan uang.

Sebelum tahun 2020, platform buku digital seperti Wattpad, Storial, dan Cabaca menjadi tempat favorite bagi para penulis untuk menyalurkan ide-ide dan pemikirannya. Kemudian, sekitar tahun 2020 mulai bermunculan platform baca berbayar seperti Noveltoon, Goodnovel, Novelme, Joylada, dan sebagainya.

Wabah Covid-19 menjadi salah satu pemicu perubahan gaya hidup. Saat semua orang harus WFH, mereka tidak memiliki rutinitas yang padat, sehingga memiliki banyak waktu untuk membaca buku digital. Platform baca berbayar menjadi salah satu tempat favorite bagi banyak pembaca dan penulis, saya satunya adalah saya sendiri.

Kemudian, kehadiran platform baru bernama Fizzo mampu menggempur platform-platform buku digital. Fizzo menghadirkan cerita gratis bagi pembaca, tapi tetap mampu membayar penulisnya. Platform ini menjadi salah satu platform baca paling favorite bagi banyak orang.

Sayangnya, kehadiran platform baca yang memudahkan, juga menimbulkan masalah baru. Salah satunya adalah genre cerita yang bercampur aduk dan lebih banyak bernuansa adegan ranjang. Dari seluruh cerita yang ada di platform, 90% mengandung cerita dewasa yang tidak layak untuk dibaca oleh anak remaja, apalagi anak-anak di bawah umur.

Platform-platform ini sebenarnya sudah melakukan langkah yang baik untuk memisahkan genre remaja dan dewasa. Sayangnya, semua itu tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Sebab, akun digital tidak mampu mendeteksi usia pengguna yang sesungguhnya. Anak yang baru berusia 10 tahun, bisa mengatur akunnya sesuai tahun lahir sehingga bisa memilih berusia 40 tahun. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan bagi generasi penerus bangsa. Bagaimana jika anak usia 10 tahun bisa mengakses cerita-cerita dewasa?

Di satu waktu, saya berbincang dengan salah satu anak taman baca yang saat itu baru berusia 11 tahun. Dia mengatakan bahwa ia sangat suka membaca buku di Fizzo. Yang ia baca ialah cerita-cerita young adult. Cerita ini sebenarnya belum layak dikonsumsi oleh anak yang berusia 11 tahun. Tapi, mau bagaimana lagi kalau penulis dan platform menghadirkannya kepada pembaca dengan tujuan komersil.

Bicara tentang komersil, tentunya akan selalu berorientasi dengan uang. Platform akan selalu berusaha menghadirkan produk yang digemari pasar dan penulis akan selalu berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh platform. Sehingga, semuanya memiliki keterikatan dan ekosistem ini tidak dapat diubah begitu saja.

Ekosistem yang telah ada, melahirkan sebuah kebiasaan baru dan menjadi pengaruh besar bagi generasi masa depan. Generasi sekarang selalu mendapatkan hidangan yang mengenyangkan, tapi tidak berkualitas dan bermanfaat bagi kesehatan kehidupan mereka. Sama halnya dengan mengonsumsi makanan dan minuman. Hampir semua produk yang dihidangkan adalah untuk menghancurkan mental dan moral generasi muda masa depan.

Dari sekian banyak penulis platform, tak banyak yang bisa mendapatkan pembaca tanpa menulis adegan dewasa. Penulis-penulis yang memilih untuk menulis dengan baik, ceritanya tidak begitu digemari oleh pembaca. Oleh karenanya, kita tidak bisa mengubah ekosistem yang ada, tapi kita masih bisa berusaha mengendalikannya.

Lalu, siapa yang bisa mengendalikannya? Tentunya para penulis. Ya, penulis memiliki peran besar dalam mengendalikan moral bangsa. Karena karya tulis yang diciptakan akan memengaruhi pemikiran pembacanya. Pembaca yang terbiasa dihidangkan konten-konten “Blue”, hidupnya akan selalu berorientasi pada seksualitas saja. Tidak ada ilmu kehidupan yang didapat dari kisah-kisah seksual. Sebab, kegiatan seksualitas adalah sebuah rutinitas yang dilakukan oleh sepasang suami-istri. Hal ini tentunya akan berdampak buruk bagi pembaca di bawah umur yang memalsukan umurnya pada akun google.

Sudah selayaknya, penulis bisa menghadirkan lebih banyak cerita-cerita yang berkualitas. Cerita kehidupan yang bisa memengaruhi dan mengendalikan moral generasi masa depan. Semakin banyak penulis yang bisa menciptakan bahan bacaan berkualitas, maka akan semakin besar pula peluang untuk menenggelamkan cerita-cerita yang lebih banyak pengaruh negatifnya bagi pembaca.

Pengaruh negatif bagi generasi muda dapat dilihat dari banyak kejadian-kejadian nyata yang terjadi di sekitar kita dan di media sosial. Seperti cerita skandal cinta antara murid SMA dan guru. Cerita tentang anak sekolah yang hamil di luar nikah dan lain sebagainya. Meski sebagian pembaca mampu melihatnya dari persektif berbeda, tapi sebagian besar dari mereka memiliki persektif yang sama. Terlebih dengan rendahnya kemampuan literasi di Indonesia.

Oleh karenanya, kita sebagai penulis memiliki tanggung jawab besar pada perubahan sosial yang akan terjadi di masa depan. Ciptakanlah sebuah karya yang berkualitas dan tidak memberikan inspirasi negatif bagi pembacanya.

Penulis adalah sumber dari semua karya yang akan tercipta. Bahkan, sebuah video iklan yang singkay pun memerlukan  skenario dari penulis sebelum diproduksi. Buah dari pemikiran berasal dari tulisan. Jika tulisan baik, maka baiklah pemikiran generasi masa depan. Jika tulisan buruk, maka buruklah pemikiran generasi masa depan.



©Copyright



Thursday, October 3, 2024

Diarpus Kukar Gelar Workshop Menulis Kearifan Lokal untuk 15 Penulis Terpilih


 

Halo, guys! Gimana kabarnya, nih?

Kali ini aku mau sharing tentang kegiatan-kegiatan yang sering banget aku ikuti. Salah satunya ialah kegiatan Workshop Menulis yang dilaksanakan oleh  Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara pada tanggal 03 Oktober 2024.  Sebelumnya, Diarpus (sebutan untuk Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Kukar) telah menggelar  Kompetisi Menulis Esai dengan tema “Merekam Jejak Literasi Kutai Kartanegara” yang mulai tanggal 28  Agustus 2024. Sebanyak 90 peserta telah mengirimkan naskah kepada panitia. Dari 90 naskah yang masuk, terdapat 15 naskah yang lolos seleksi dan diwajibkan untuk mengikuti Workshop Menulis  yang dilaksanakan di Pendopo Langit Timur,  Desa Loa Ulung Kecamatan Tenggarong Seberang. 

Sebenarnya, jarak dari Samboja itu jauh banget. Rasanya, kayak malas banget harus lewati perjalanan jauh di Bukit Soeharto, apalagi harus bawa kendaraan sendiri. Khawatir hujan, dan lain-lain.

Awalnya, aku mau berangkat pakai sepeda motor sendiri. Tapi, Allah kasih rezeki bertemu dengan Pak Sekdes satu hari sebelumnya dan kebetulan beliau juga mau pergi antar laporan desa ke kota Tenggarong. Bersyukur, aku dapet tebengan dari Pak Sekdes. Beliau juga mau antar-jemput aku ke Langit Timur, yang ternyata tempatnya jauh banget dari pusat kota Tenggarong.

Setelah aku sampai di Langit Timur, aku baru mengetahui jika tempat wisata yang satu ini adalah milik Pak Syafruddin Pernyata, Sastrawan Kaltim yang telah memberikan banyak materi kepenulisan kepada penulis-penulis di Kalimantan Timur. Tempatnya tenang, cantik dan mengagumkan. Memang cocok untuk seorang introvert dalam mencari inspirasi.

Acara ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara (Hj. Aji Lina Rodiah, S.E).

Diarpus (Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara) memberikan pembekalan khusus kepada peserta terpilih dengan menghadirkan beberapa narasumber, yakni: Syafrudin Pernyata (Sastrawan Kaltim), Amien Wangsitalaja (Sastrawan Kaltim), dan Akhmad Badwi (Pemerhati Literasi). Pembekalan ini mengulik detail naskah dan memberikan materi tentang penulisan naskah esai yang menarik.

Kegiatan Workshop Menulis ini bertujuan untuk memberikan pembekalan pada penulis terpilih agar merevisi naskah sesuai dengan kaidah penulisan esai yang berlaku. Para peserta diberi kesempatan untuk memperbaiki naskahnya hingga tanggal 10 Oktober 2024. Aku adalah salah satu peserta yang mendapat jatah untuk merevisi naskah. Jujurly, aku udah lama banget nggak nulis esai sejak asyik nulis novel. Jadinya, aku agak canggung dalam menulis karya esai dan banyak banget yang harus diperbaiki, terutama dalam hal referensi. Kalau nulis novel, aku murni berimajinasi tanpa harus mencantumkan banyak referensi. Jadinya, aku harus revisi naskahku beberapa kali.

Bersyukurnya, Bapak Akhmad Badwi memberikan banyak catatan supaya aku bisa merevisi naskah aku. Karena, jarang banget penulis senior yang mau meluangkan waktunya untuk memberikan catatan-catatan kecil tentang kekurangan naskah. Ini bisa menjadi salah satu patokan utuk lebih banyak belajar tentang dunia kepenulisan ke depannya. Meski aku sudah sering menulis, bukan berarti tulisanku bisa sempurna. Aku juga masih perlu banyak belajar, terutama

Semua naskah terpilih ini akan dibukukan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara. Oleh karenanya, proses penjurian dan akurasi naskah dilakukan dengan ketat guna menghasilkan naskah yang berkualitas. Sesuai dengan linimasa yang telah ditentukan, pengumuman juara esai ini akan diumumkan pada tanggal 17 Oktober 2024.  

Peluncuran buku bertajuk Merekam Jejak Literasi di Kutai Kartanegara ini  akan dilakukan pada bulan November 2024. (/rm)

Thursday, February 15, 2024

Wednesday, February 14, 2024

Perbedaan Proper Nouns dan Common Nouns

 


-        Proper Nouns  adalah kata yang ditulis dengan huruf besar/ huruf kapital. Huruf kapital digunakan untuk menunjukkan nama orang, nama tempat atau nama benda tertentu. Termasuk nama-nama hari, bulan, institusi, organisasi, agama, teks kitab suci dan pengikutnya.

o  Contoh Proper Nouns: Mr. Yeriko live in Keputih, Surabaya. He is President Director of Galaxy Group and everyday wok in Galaxy Office Center.

-         Common Nouns  adalah kata yang ditulis menggunakan huruf kecil. Biasanya digunakan sebagai kata ganti dan lain-lain.

o  Contoh Common Nouns : Mrs. Ayuna go to the office everyday.


Tuesday, February 13, 2024

Pengertian Membaca dengan Teknik Scaning/Skining

  


Teknik Scanning adalah membaca memindai yang sangat memudahkan kita untuk mendapatkan informasi dengan cepat dan akurat. Tentunya teknik scanning ini sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari atau pun dalam mengerjakan tugas karena zaman sekarang, kita memang dituntut untuk melakukan hal serba cepat. Dengan teknik scanning, kita bisa mencari nomor telepon yang kita butuhkan tanpa harus membaca hal-hal lain yang tidak kita butuhkan. Teknik scanning sangat membantu dalam mencari informasi nomor telepon, kata pada kamus, entri pada indeks, angka-angka statistik, acara televisi dan sebagainya. Kita tidak perlu membuang-buang waktu membaca hal lain yang tidak kita butuhkan.


Kelebihan dan Kekurangan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

 



Pengalaman yang saya peroleh dari metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) adalah yang paling baik dan paling tepat untuk mendapatkan pengetahuan dan memahami informasi tertulis yang disajikan di dalam buku atau artikel. Dengan teknik SQR ini, saya bisa lebih mendalami materi yang ingin saya baca dan mendapatkan pengetahuan lebih dari yang saya inginkan.

Kelebihan teknik SQ3R adalah memahami lebih dalam materi atau artikel yang kita baca. Mendapatkan informasi yang lebih baik dan mampu menerapkan kembali atau menulis ulang isi dari artikel atau materi yang kita gunakan menggunakan bahasa sendiri /  tidak sama persis dengan materi yang sudah tersaji.

Kekurangan teknik SQ3R adalah soal efisiensi waktu. Bagi yang ingin mendapatkan informasi dengan cepat, teknik SQ3R tidak begitu efektif. Banyak waktu yang terbuang untuk beberapa orang yang memiliki kesibukan yang padat dan hanya membutuhkan pokok informasinya.

 

(Sumber : Materi Bahasa Indonesia, Anang Santoso, dkk, Penerbit Universitas Terbuka)

Friday, November 24, 2023

Contoh Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Petik yang Baik & Benar


 


Contoh Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Petik yang Baik & Benar


                                                               

1)    Wati suka membeli bika Ambon   

Kalimat di atas yang benar sebaiknya adalah:

Wati suka membeli Bika Ambon.       

Karena Bika Ambon adalah nama menu atau judul makanan. 

                                                                                                                                                                        

2)    Kita harus selalu menghormati Ibu dan Bapak Dosen

Kalimat di atas yang benar sebaiknya adalah:

Kita harus selalu menghormati ibu dan bapak dosen.

Karena kata ibu dan bapak di sini sebagai kata ganti orang atau kata sapaan tidak langsung. Sehingga, tidak perlu menggunakan huruf kapital. Huruf kapital digunakan pada nama orang atau kata sapaan langsung seperti “Ibu Maria” atau “Bapak Sudarsono”.

 

3)    Saya telah membaca novel Tenggelamnya Kapal van Der wijck karya HAMKA

Kalimat di atas yang benar sebaiknya adalah:

Saya telah membaca novel “Tenggelamnya Kapal van Der Wiick” karya Hamka.

Karena Tenggelamnya Kapal van Der Wijck merupakan judul novel yang setiap katanya menggunakan huruf kapital dan harus diapit oleh tanda kutip sebab merupakan kutipan judul novel. Hamka ditulis menggunakan huruf kapital di awal huruf saja karena merupakan nama penulis (nama orang).

 

4)    Ibu Nana dari mana? “kata Wati”

 

Kalimat di atas yang benar sebaiknya adalah:

“Ibu Nana dari mana?” kata Wati.

Karena kalimat Ibu Nana dari mana?  adalah kalimat dialog yang seharusnya diapit oleh tanda kutip. Sedangkan kalimat kata Wati merupakan dialog tag yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil di awal kata. Dialog tag tidak boleh menggunakan huruf kapital.

 

5)    Pada tahun 2005, undang-undang Guru dan Dosen sudah diresmikan.

Kalimat di atas yang benar sebaiknya adalah:

Pada tahun 2005, Undang-Undang Guru dan Dosen sudah diresmikan.

 

Karena kalimat Undang-Undang Guru dan Dosen merupakan nama sebuah dokumen yang harus menggunakan awalan huruf kapital di setiap katanya. Kecuali kata ‘dan’ karena kata tersebut merupakan kata penghubung yang tidak boleh ditulis menggunakan huruf kapital meski berada di dalam judul.

6)    Saksi bisu pertemuan kita adalah sungai Bengawan Solo.

Kalimat di atas yang benar sebaiknya adalah:

Saksi bisu pertemuan kita adalah Sungai Bengawan Solo.

Karena kata sungai di atas merupakan bagian dari nama Bengawan Solo dan satu kesatuan dari tempat tersebut. Sehingga, nama tempat ditulis huruf kapital apabila diikuti dengan judulnya seperti nama “Rumah Sakit Umum”.


Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas