Showing posts with label Puisi Akrostik. Show all posts
Showing posts with label Puisi Akrostik. Show all posts

Tuesday, December 9, 2025

Puisi Akrostik | Gajah Sumatera | Aku Bukan Hama

Puisi "Aku Bukan Hama"
Akrostik: Gajah Sumatera
Oleh Rin Muna



Gas air mata dan kantong-kantong molotov dilemparkan pada kami
Aku sudah berteriak kesakitan
Juga anak dan saudara-saudaraku
Aku tidak mengerti kenapa manusia panggil kami 'Hama'
Hama yang merusak lahan pertanian mereka

Sesungguhnya, mereka yang merusak rumah-rumah kami
Usai pohon-pohon leluhur ditebang
Mengubah mereka jadi lahan pertanian dan perkebunan
Aku menangis pilu bersama saudara-saudara gajahku
Tak ada lagi rumah untuk kami berteduh
Entah berapa lama kami harus menahan lapar karena berkah Tuhan tak lagi tumbuh
Rasanya kami ingin marah, tapi kami tak punya senjata. 
Aku hanya bisa menunggu ...Tuhan membalas ketidakberdayaanku. 




Kutai Kartanegara, 09 Desember 2025

Puisi Akrostik | Kementerian Kehutanan | Cukup Tanda Tangan


Puisi " Cukup Tanda Tangan"
Akrostik: Kementerian Kehutanan
oleh Rin Muna




Kalau hutan tinggal nama, apa lagi yang bisa kita wariskan?
Eyang bilang ... kami selalu menanam daun, tapi yang tumbuh justru pabrik dan tambang.
Mungkin alam yang salah, ia terlalu baik pada manusia.
Ekologi hadir sebatas teori.
Nakalnya tangan-tangan manusia,
Tak menghargai warisan leluhur.
Ekonomi memang butuh tumbuh, tapi manusia juga butuh berteduh.
Rasanya lucu, satu goresan tinta  mampu membunuh pohon ratusan ribu hektar.
Itu pohon warisan para leluhur,
Agar alam tetap seimbang, manusia hidup aman dalam kesejahteraan .
Namun tangan-tangan serakah telah merenggut semuanya.

Kayu-kayu gelondongan tiba-tiba bergandengan dengan air bah.
Elitis bilang: bencana adalah ujian, padahal itu kemarahan Tuhan.
Hebat, bukan? Alam ikut berpendapat, tapi suaranya tidak pernah dimasukkan risalah.
Untuk apa bicara konservasi kalau ekspansi lebih memanjakan mata?
Tidak ada hutan yang benar-benar diam, ia bergerak dan runtuh pelan-pelan.
Apakah kita menunggu sungai berubah jadi pasar kayu gelondongan dulu?
Nanti kalau ada proyek baru, tetap goreskan pena dulu.
Agar perut penguasa tetap aman, beritanya dikendalikan dulu.
Namanya juga kebijakan… tak perlu logis, cukup tanda tangan.



Kutai Kartanegara, 09 Desember 2025




Puisi Akrostik | Marga Mahesa Yudistira | Obat Putus Asa

Puisi Akrostik
"Obat Putus Asa"
oleh Rin Muna



Malam tanpa bintang tak selalu kelam
Awan-awan menggantung jadi pelindung
Rintik hujan yang jatuh beri kehangatan
Gelapnya jalan yang kutempuh, tak hentikan langkahku
Air mata yang jatuh jadi pengingat hidupku

Makna hidup sulit dimengerti
Aku sudah melangkah tiada henti
Hanya berbekal cinta dan ketulusan
Esok akan ada atau tiada
Semua sudah digariskan
Angin yang kupeluk jadi kantong-kantong syukur

Yakinkan hati yang sedang terombang-ambing
Ukirkan rasa yang sedang menimbang asa
Dari nadi sampai ke pucuk hati
Izinkan aku lahirkan satu gumpal darah
Sebagai tanda bila luka tak akan buatku penjamkan mata
Tetaplah berjalan meski hati sedang patah asa
Itulah alasan kenapa masih menghirup udara dunia
Raga dan jiwa tidak akan tercerai berai
Aku lahirkan satu lagi ... obat putus asa. 




Kutai Kartanegara, 09 Desember 2025



Friday, June 23, 2023

Puisi Akrostik | Perfect Hero | Yeriko Sanjaya Hadikusuma

 

Puisi Akrostik

"Perfect Hero"




Yakinkan aku bahwa kau satu-satunya rumah bagiku

Egoku kadang tak lihat siapa pun

Rasa dalam hati ini pun kadang terkikis

Inginku kaulah yang jadi sandaran

Kala hatiku resah, kala jiwaku gundah

Otakku tak bisa berhenti memikirkan semua tentangmu

Sekian banyak cinta yang hadir dalam hidupku

Aku hanya melihatmu yang tak pernah goyah

Nyawa dan hatiku seolah bersantai dalam genggamanmu

Jahatnya dunia bahkan tak bisa melukaiku

Aku selalu aman bersamamu

Yakin dengan cinta kasih dalam dekapmu

Andai dunia runtuh, kuingin ciptakan dunia baru untuk kita berdua

Hatiku tak pernah merasakan jeda merindu

Apa pun tentangmu, bagiku adalah bahagia

Dalam rasa sakit aku tetap mencintaimu

Indahnya kata cinta tak seindah rasanya

Kamu hadir dalam rasa sakit penuh kenikmatan

Untuk buktikan bahwa cinta tak mengenal rasa

Sepertinya aku lebih memilih mematikan rasa sakit

Untuk bisa hidup di sisimu

Meski dunia menentang dan cobaan bertubi-tubi menerjang

Aku tetap ingin mencintaimu tanpa batasan

 

 

 

 

 

-         VELLA NINE, 2021 -

 


Sunday, March 20, 2022

Puisi Akrostik | Walrina 2 | Kenangan

 

Puisi 

"KENANGAN"

Source Image : pixabay.com/jarmoluk


Waktu terasa begitu cepat berlalu

Aku yang kini tak berdaya lagi tanpamu

Lihatlah betapa indahnya saat kita masih bersama

Riang seperti mentari yang tak henti bernyanyi dan menari

Itulah saat yang kuinginkan selalu ada tuk selamanya

Namun kau begitu cepat tinggalkanku

Aku kini hanya bisa mengenang selamanya...

 

Balikpapan, 28 Desember 2007


Sunday, May 17, 2020

Puisi Akrostik | Plukme | Cerita Kita

Judul Puisi "Cerita Kita"
Karya : Rin Muna



Source Image : pixabay.com




Pagi ini aku sesap aroma kopi bersama senandung kata yang kurangkai menjadi kalimat.
Langkah jemari menyusuri dunia kata di angkasa
Untuk tahu bagaimana caramu bercerita tentang rumah kita yang indah
Kalimat yang aku tulis adalah tanda keabadian cerita kita
Menghiasi setiap ruang dengan rangkaian abjad penuh pesona
Esok, cerita kita akan jadi sejarah yang indah


-Rin Muna-
Samboja, 20 Juli 2018

Puisi Akrostik | Iswanto | Mengalahkan Ego

Judul Puisi “Mengalahkan Ego”

Karya : Rin Muna
Source Image : pixabay.com

Istana cinta kubangun hanya untukmu
Satu-satunya cinta yang mengajarkan aku tentang indahnya dunia
Walau harus kutembus dinding penghalang
Aku bisa lakukan tanpa menghancurkannya
Nyanyian cinta ini mampu mengalahkan ego
Tentang semua yang menentang hingga jadi tentang
Ode kutuliskan agar jadi abadinya cerita cinta kita


Kalimantan Timur, 18 Oktober 2018

Puisi Akrostik | Agusfinus Triyono | Keangkuhanku

Judul Puisi “Keangkuhanku”
Karya : Rin Muna
Source Image : pixabay.com

Angkuhku telah membuat kehancuran
Gelora jiwa yang kadang tak mampu kuredam
Usai aku lakukan kesalahan di luar nalar
Sesuatu yang sulit untuk kukendalikan
Fenomena hati yang tak mampu aku akhiri
Inginku hapus semua luka yang pernah kuukir
Namun begitu sulit bagiku menjamahmu kembali
Untuk hari-hari kelam yang kini kutemui
Semua bagian dari salahku di masa lampau


Tak dapat kucegah hati yang selalu merindu
Rasa bersalah yang tak dapat kuhapus
Ingin ku dapati kata maaf dari bibir mungilmu
Yang selalu membuatku rindu akan keindahan
Ornamen-ornamen cinta yang pernah kita cipta bersama
Nyanyian merdu yang pernah kita dendangkan bersama
Otakku, pikirku, hanya bisa menyalahkan diriku sendiri

Kalimantan Timur, 18 Oktober 2018

Puisi Akrostik | Slamet Ariyanto | Gadis Manis

Judul Puisi “Gadis Manis”

Karya : Rin Muna
Source Image : pixabay.com

Sapa manis dalam ruang manis
Lembut menyentuh daun telinga ini
Aku menatap gadis manis di sisi
Manis sekali bagai gula bertemu madu
Entah kenapa hati ini bergetar melihat senyumnya
Tak berdaya untuk melangkah pergi walau selangkah saja

Aku tersenyum tanpa kata
Rasa dalam hati tak dapat aku kira
Ingin kuucapkan kata manis untuk menyapa
Yang mampu membuat senyum itu senantiasa ada
Aku hanya ingin melihat senyum manismu saja
Nanti saat tiba waktunya ingin kumiliki
Tak ingin kubiarkan tangan lain memilikinya
Oh ... aku jatuh hati pada pandangan pertama


Kalimantan Timur, 18 Oktober 2018

Puisi Akrostik | Sri Lestari | Ilusi Kelam

Judul Puisi “ Ilusi Kelam”

Karya : Rin Muna
Source Image : pixabay.com

Sedihku kala bintang-bintang tiba-tiba tak bercahaya
Ruang angkasa gelap gulita tak bicara
Indah malam, kini kurindukan

Lelangit sepi tak bercengkerama
Eloknya rembulan tak menyapa
Seperti hilang tanpa kata-kata
Taburan bintang-bintang lenyap sinarnya
Aku rindu pada keindahan
Rasi bintang yang biasa hiasi malam
Ilusi kelam menguasai relung jiwa


Kalimantan Timur, 18 Oktober 2018

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas