Hai ... teman-teman ...!
Apa kabar? Semoga sehat selalu, ya!
Kali ini aku mau sharing tentang dunia kepenulisan dan teknik kepenulisan yang biasa dipakai dalam formula penulisan naskah panjang. Ada banyak teknik kepenulisan yang bisa kita pelajari, salah satunya ialah teknik "show don't tell" yang sudah tidak asing lagi bagi para penulis.
Nah, kalau kamu masih penulis pemula atau lagi belajar nulis ... apa sudah pernah dengar frasa "show don't tell" ini? Kalau belum, yuk kita belajar bareng-bareng dan mengenal lebih dekat dengan teknik kepenulisan yang satu ini.
Dalam dunia kepenulisan, ada satu nasihat yang mungkin sudah sering kita dengar, bahkan mungkin terlalu sering:
“Show, don’t tell.”
Tapi apa sebenarnya maknanya? Mengapa para penulis senior dan editor terus-menerus mengulang kalimat ini?
Bayangin saat kamu sedang bercerita tentang seseorang yang sedih. Kamu bisa saja menulis "Dia merasa sedih."
Kalimat itu membuat pembaca hanya menerima fakta, bukan rasa.
Bagaimana jika kamu menulis:
"Matanya memandangi cangkir teh yang kini dingin. Ia belum menyentuhnya sejak pagi. Jari-jarinya menggigil, bukan karena udara."
Pembaca tidak diberi tahu bahwa tokoh itu sedih. Tapi mereka merasakannya.
Itulah kekuatan dari showing.
Teknik showing berfungsi untuk merangsang indera pembaca, membuat cerita terasa lebih nyata dan sinematik, dan menghidupkan adegan.








0 komentar:
Post a Comment