Wednesday, August 17, 2022

Bab 39 - I am Savage and I Change

 


 

Tiga tahun kemudian ...

 

“Pak Nanda, ini berkas yang harus bapak tanda tangani ...!” ucap seorang sekretaris sambil meletakkan beberapa map ke atas meja kerja Nanda.

Nanda mengangguk. “Hari ini jadwal saya apa aja?”

“Jam sembilan pagi ini meeting dengan investor, makan siang bersama klien dari Jakarta, setelah makan siang kunjungan ke lokasi proyek,” jawab sekretaris tersebut.

Nanda mengangguk. “Kamu boleh keluar!”

Sekretaris itu mengangguk dan segera keluar dari ruang kerja Nanda.

Nanda tersenyum kecil. Ia meraih bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya. Potret seorang wanita yang berhasil membolak-balikkan kehidupannya, kemudian berlalu begitu jauh meninggalkannya.

“Ayu, apa sekarang aku sudah layak untuk mendapatkanmu? Aku sudah menjalani hari-hariku dipenjara selama setahun. Aku sudah merasakan sakitnya perusahaan keluargaku jatuh hingga aku bisa bangkit lagi. Terima kasih ...! Kamu sudah menghukumku dengan cara yang begitu indah,” ucap Nanda sambil menatap potret Ayu.

“Permisi, Pak ...! Lima menit lagi, meeting dimulai,” ucap sekretaris Nanda sambil melangkah masuk ke dalam ruang kerja pria itu.

Nanda mengangguk. Ia bangkit dari kursi dan meletakkan kembali bingkai foto Roro Ayu yang selalu menemaninya setiap hari di meja kerja itu.

Nanda melangkahkan kakinya perlahan menuju ke ruang meeting.

“Selamat pagi, Pak Nanda ...!” sapa semua orang yang sudah ada di dalam ruangan tersebut.

“Pagi ...!” balas Nanda sambil tersenyum manis dan duduk di kursi kosong yang telah disediakan untuknya. Ia langsung membuka dokumen yang ada di tangannya dan segera memimpin rapat.

“Dalam dua tahun terakhir ini, Amora Internasional berhasil bangkit dari keterpurukan. Terima kasih untuk orang-orang yang begitu hebat yang ada di belakang saya hingga bisa membawa perusahaan ini berkembang lebih baik lagi. Terima kasih untuk para tim yang sudah bekerja keras, terima kasih juga kepada para investor yang telah mempercayakan investasinya di perusahaan kami. Semoga, Amora Internasional bisa berkembang menjadi perusahaan yang lebih baik lagi dan melebarkan sayap bisnis ke sektor-sektor ekonomi yang lebih luas lagi,” tutur Nanda setelah ia selesai mempresentasikan kinerja perusahaan selama dua tahun terakhir.

Setelah menyelesaikan meeting dan makan siangnya. Nanda segera berpindah menuju ke pembangunan proyek rumah sakit khusus ibu dan anak. Ia memeriksa progress pembangunan yang sudah mencapai delapan puluh persen.

Nanda terus melangkahkan kakinya perlahan sambil memperhatikan bangunan yang ada di sana dan menyesuaikan dengan sketsa biru yang ada di tangannya.

“Nanda ...!”

Panggilan seseorang di belakangnya, membuat Nanda memutar tubuhnya. Suara itu tak asing lagi di telinganya dan benar saja kalau pria yang ada di sana adalah Sonny, sahabatnya sejak kecil yang tidak pernah lagi ia temui sejak tiga tahun belakangan ini.

Sonny melangkahkan kakinya perlahan menghampiri Nanda. Ia mengulurkan sebuah kartu ke hadapan pria itu. “Kebetulan kita ketemu di tempat ini. Tadinya, aku ingin mengunjungimu untuk memberikan ini.”

Nanda tersenyum menatap kartu undangan yang ada di tangannya. Ia menatap nama Sonny dan nama seorang wanita yang tidak ia kenal. “Kamu mau nikah? Selamat, ya!”

Sonny mengangguk sambil tersenyum. “Makasih, Nan! Aku minta maaf karena pernah melukaimu tiga tahun lalu.”

Nanda tersenyum  menatap wajah Sonny. “Aku yang seharusnya minta maaf karena sudah merebut wanitamu dengan cara biadab.”

Sonny tersenyum  menatap wajah Nanda. “Dia ditakdirkan bukan untukku, Nan. Saat dia tak lagi bersamamu, dia juga tidak kembali ke sisiku. Aku sudah ikhlas melepaskannya.”

Nanda balas tersenyum. Mereka yang dulu begitu akrab dan sedekat nadi, kini terasa sangat canggung.

Sonny tersenyum. Ia mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas laptopnya. “Ini jurnal bisnis dari Cambridge University yang terbit tahun ini. Seseorang menuliskan profil tentangmu. Kamu masih ada di hati dia,” ucapnya.

Nanda terdiam menatap buku yang diulurkan Sonny ke arahnya. Ia tidak mengerti maksud pria itu dan tidak begitu tertarik membaca buku yang begitu tebal. Ia tidak begitu suka membaca. Melihat halamannya yang tebal, ia sudah enggan menyentuhnya.

Sonny menarik lengan Nanda dan meletakkan buku itu di telapak tangan Nanda. “Look at the writer!” ucapnya. Ia tersenyum manis dan menepuk pundak Nanda. “Jangan lupa datang ke pernikahanku! Aku ingin kamu datang membawa dia kembali di sisimu.” Ia berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Nanda.

Nanda terdiam dan menatap buku berwarna biru dengan tulisan warna putih. “4R Prameswari?” Ia melebarkan kelopak matanya. Kemudian membuka halaman-halaman buku itu dengan cepat.

Nanda duduk di birai yang ada di tempat tersebut. Ia membaca buku itu perlahan dan tidak menyangka kalau Roro Ayu memasukkan profil tentang dirinya yang membawa Amora Internasional bangkit dari keterpurukan hanya dalam dua tahun.

“Ay, kamu diam-diam masih memperhatikanku?” tanya Nanda sambil memeluk buku yang ada di tangannya. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri asisten pribadinya.

“Mas, carikan tiket pesawat menuju ke London secepatnya!” perintah Nanda sambil melangkahkan kakinya.

“London?”

Nanda mengangguk sambil tersenyum manis. Ia melangkahkan kakinya menuju mobil dan masuk ke dalamnya.

Asisten pribadi Nanda langsung mengikuti langkah pria itu, ia masuk ke dalam mobil. Duduk di belakang kemudi dan segera menyalakan mesin mobil tersebut. Pria muda itu melirik wajah Nanda yang terus tersenyum sambil memeluk buku di tangannya. Yang ia tahu, Nanda tidak begitu suka membaca buku. Juga tidak pernah tersenyum tanpa alasan selama dua tahun terakhir ini. Senyuman Nanda hanya tersungging di depan investor dan klien, itu pun tak seceria ini.

“Pak, Bapak yakin akan pergi ke London?” tanya asisten pribadi itu. “Jadwal kunjungan dan pekerjaan bapak masih padat.”

Nanda menoleh ke arah asisten pribadinya. “Ada kamu. Buat apa aku masih harus terjun ke lapangan?”

Asisten pribadi itu ternganga. Kata yang ingin ia ucapkan tercekat di kerongkongannya. Memang seharusnya dia bisa handle semua pekerjaan bosnya itu meski Nanda selalu turun tangan seorang diri.

“Mau berapa lama di London? Supaya saya bisa aturkan pekerjaan Bapak,” tanya asisten itu lagi.

“Mmh ... satu  minggu,” jawab Nanda sambil tersenyum. Ia rasa, waktu itu cukup untuk membuat Roro Ayu kembali ke pelukannya. Ia pikir, selama ini wanita itu kembali pada pria yang begitu dicintai sejak duduk di bangku SMA. Ia tidak menyangka jika Sonny malah menikahi wanita lain. Mungkin, Roro Ayu memang ditakdirkan untuknya meski cara yang ditunjukkan Tuhan begitu menyakitkan.

Setelah selesai mempersiapkan semuanya, Nanda terbang menuju kota London dengan harapan ... bisa membawa Roro Ayu kembali ke negara mereka. Kembali berada di sisinya dan menjalani semua hal sulit bersama-sama. Ia tahu, seluruh dunia akan menentangnya. Tapi ia juga tahu apa yang sedang dia inginkan di dunia ini. Meski wanita itu telah membuatnya mendekam dalam penjara selama satu tahun, membuat perusahaan keluarganya terpuruk, hubungan keluarga mereka dan persahabatannya hancur. Tapi ia tidak pernah bisa membenci Roro Ayu.

Ia pernah mengatakan benci pada wanita itu. Ia pernah ingin membalas perlakuan Ayu yang begitu kejam menghukum dirinya. Tapi semua itu tertepis oleh rasa rindu yang selalu memeluk hangat setiap malam-malamnya. Kehilangan dan penyesalan, membuatnya mengetahui hal paling berharga dalam hidupnya. Sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan, harus ia perjuangkan. Dan hari ini ... kota London akan menjadi saksi perjuangan cintanya terhadap wanita yang pernah ia hancurkan, tapi malah terlahir kembali menjadi lebih kuat.

“Ay, back to me ...!” bisik Nanda sambil menoleh ke luar jendela pesawat yang membawa tubuhnya menuju ke tempat yang ingin tuju. Ia telah berusaha keras memantaskan dirinya untuk mendapatkan wanita yang derajatnya begitu tinggi. Meski sulit digapai, ia tetap ingin berjuang membawa Ayu kembali.

“I am savage and I changed.”

 

 

((Bersambung...))

 

Terima kasih sudah jadi sahabat setia bercerita!

Mohon maaf kalau kemarin nggak sempat update, aku sibuk ngurus papa di RS dan akunya ikut sakit kepala karena kurang istirahat. Tetap setia nunggu karya aku ‘kan? Hehehe ...

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas