Tuesday, November 4, 2025

Aroma Kopi dan Ide yang Menyala



 Aroma Kopi dan Ide yang Menyala

Oleh: Rin Muna

Ada sesuatu yang magis setiap kali aroma kopi menyeruak dari cangkir. Seolah-olah waktu berhenti sejenak, dan ruang menjadi tempat yang lebih hangat untuk berbagi cerita. Di meja kayu sederhana Teman Diskusi Coffee — unit usaha kecil yang tumbuh dari semangat Rumah Literasi Kreatif — setiap tegukan kopi bukan hanya minuman, melainkan percikan ide yang menyala dari obrolan ringan hingga diskusi yang mendalam.

Aku sering berpikir, bahwa kopi dan literasi memiliki jiwa yang serupa. Keduanya sama-sama menuntut waktu, kesabaran, dan ketulusan untuk menghasilkan rasa yang berkesan. Tak bisa terburu-buru. Seperti membaca buku, meracik kopi pun butuh perhatian pada detail kecil — suhu air, takaran bubuk, bahkan cara menuang yang menentukan aroma terakhir di permukaannya.

Teman Diskusi Coffee lahir bukan sekadar sebagai tempat nongkrong atau menikmati kopi lokal, melainkan ruang bertemunya pikiran. Di sinilah para pegiat literasi, mahasiswa, guru, ibu rumah tangga, dan siapa pun yang mencintai percakapan datang untuk mencari makna di balik setiap kalimat dan cangkir. Kadang kita membicarakan buku, kadang tentang rencana kegiatan literasi, dan tak jarang tentang kehidupan itu sendiri.

Ada hari-hari di mana aku melihat meja penuh dengan kertas coretan ide. Ada yang menulis puisi sambil menyeruput kopi tubruk, ada yang menggambar desain kaos literasi di sudut ruangan, dan ada pula yang hanya diam, menatap uap yang naik dari cangkir sambil berpikir. Suasana seperti itu mengingatkanku pada pandangan filsafat Islam tentang tafakkur — merenung sebagai jalan menemukan makna hidup. Bahwa berpikir bukan sekadar aktivitas intelektual, tetapi juga bentuk ibadah yang mendekatkan manusia pada Sang Pencipta.

Maka, di setiap percakapan yang lahir di kedai kecil ini, selalu ada makna yang lebih besar dari sekadar kata-kata. Kadang, ide besar lahir dari hal sederhana — dari sepotong kalimat yang tak sengaja terucap, atau dari tawa ringan di antara percakapan sore. Seperti halnya api yang menyala dari percikan kecil, inspirasi pun sering datang dari momen-momen yang tak direncanakan.

Teman Diskusi Coffee mengajarkan satu hal penting: bahwa ruang untuk berbagi tak selalu harus megah. Cukup ada meja kayu, kopi hangat, dan niat baik untuk saling mendengarkan. Karena ide-ide besar tak butuh tempat mewah untuk tumbuh, tapi butuh suasana yang memberi ruang bagi kejujuran dan ketulusan.

Setiap kali aku menatap papan nama kecil bertuliskan Teman Diskusi Coffee, aku merasa sedang menyaksikan semangat literasi yang bertransformasi menjadi kehidupan nyata. Dari buku menuju gelas kopi, dari kata menuju tindakan. Ini bukan sekadar bisnis, tapi wujud nyata dari kolaborasi — antara rasa, ide, dan gerakan.


Aroma kopi selalu mengingatkanku bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja — dari kesederhanaan, dari percakapan, bahkan dari keheningan. Di Teman Diskusi Coffee, kami belajar bahwa berbagi gagasan bukan tentang siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling tulus mendengarkan. Karena di balik setiap cangkir kopi, selalu ada cerita yang menunggu untuk diseduh, dan di balik setiap cerita, selalu ada api kecil yang siap menyala — menerangi langkah kita dalam perjalanan literasi yang panjang.




Kutai Kartanegara, 04 November 2025

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas