Saturday, October 18, 2025

THEN LOVE BAB 51 : KEINGINAN GILA RATU

 


“Hai, sorry telat!” suara di belakang Ratu mengagetkannya.

“Hai, Sayang!” Ratu langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia langsung merangkul Chilton dan mengajaknya duduk di sampingnya.

“Udah lama nunggu?” tanya Chilton sambil tersenyum menatap Ratu. Tapi, ia tidak benar-benar memandang Ratu. Pandangannya justru terfokus pada gadis yang ada di sebelah Ratu, Delana Aubrey.

Sementara Delana terdiam. Entah kenapa Ratu mengajak pacarnya datang ke tempat ini. Ia pikir, Ratu hanya akan mengajaknya saja. Tapi kini ia merasa seperti kambing congek dan tidak tahu harus berbuat apa karena ia menjadi orang ketiga antara Chilton dan Ratu.

“Nggak, kok. Kita juga baru nyampe di sini. Kamu mau minum apa?” tanya Ratu.

Chilton menggelengkan kepala.

“Kenapa?”

“Nggak haus,” jawab Chilton sambil tersenyum. Ia melirik Delana yang terlihat begitu cuek menyikapi kehadirannya.

Delana teringat kejadian malam itu saat Chilton tiba-tiba menciumnya dengan paksa karena sikap cemburunya yang begitu besar. Saat itu, Delana merasa kalau Chilton masih menyukainya.

Tapi, tiba-tiba ia melihat Chilton bergandengan mesra dengan Ratu hari ini. Semudah itu Chilton melupakan kejadian yang terjadi di antara mereka dan membuat Delana merasa begitu sakit.

“Kamu nggak ngajar hari ini?” tanya Ratu.

Chilton menggelengkan kepala. “Udah resign.”

“Hah!? Kenapa resign?” tanya Ratu sambil menatap Chilton serius.

Chilton hanya tersenyum kecil, membuat Ratu akhirnya bertanya pada Delana.

“Del, kamu tahu Chilton resign? Kalian satu tempat kerja kan?”

Delana menelan ludah mendengar pertanyaan dari Ratu. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin ia mengatakan soal pertengkaran yang terjadi antara Chilton dan dirinya.

“Dia belum tahu. Aku baru aja resign. Mau fokus sama materi kuliahku,” sahut Chilton.

“Oh ... kamu jadi ikut pertukaran pelajar?” tanya Ratu.

Chilton tersenyum. “Tahu dari mana?”

“Semua orang di kampus bicarain soal kamu yang mau ikut pertukaran pelajar,” jawab Ratu.

“Gosip?” Chilton menggeleng-gelengkan kepala. “Kenapa cewek seneng banget ngegosip?”

Ratu nyengir menanggapi pertanyaan dari Chilton. Ia memang salah satu mahasiswa yang selalu update informasi seputar kampus.

Delana menghela napas perlahan. Rasanya ia ingin segera berlari pergi melihat Chilton dan Ratu yang terlihat begitu mesra. Tapi, ia berangkat ke taman ini bersama dengan Ratu. Bagaimana ia bisa pulang lebih dulu?

Delana tertunduk lesu sambil memainkan gelas yang isinya sudah habis ia minum.

Chilton memberi isyarat pada Ratu kalau Delana mulai merasa bad mood dengan suasana mereka bertiga.

Ratu malah tersenyum sambil menatap Delana yang masih tertunduk sambil memainkan gelas di tangannya.

“Del, kamu belum mau pulang 'kan?” tanya Ratu pada Delana.

“Eh!?” Delana mengangkat wajahnya menatap Ratu. “Santai aja,” ucapnya sambil tersenyum walau dalam hati ia merasa begitu kesal. Terlebih melihat Chilton yang memperlakukan Ratu begitu manis setelah apa yang terjadi di antara mereka.

“Sip, deh! Pulang bareng aja. Aku cuma mau ngobrol bentar sama Chilton,” tutur Ratu.

Delana tersenyum. “Ngobrol aja!” pintanya. Ia langsung bangkit dari tempat duduknya.

“Mau ke mana?” tanya Ratu begitu melihat Delana sudah bersiap pergi.

“Mau pesen jus buat adik sama sepupuku di rumah,” jawab Delana.

“Oh. Kirain udah mau pergi ninggalin aku,” tutur Ratu.

“Nggaklah. Selow! Aku pesen dulu ya!” pinta Delana sambil bergegas menghampiri para pedagang yang berjualan menggunakan rombong. Ia sama sekali tak ingin mendengarkan pembicaraan sepasang kekasih itu.

“Sayang, kamu beneran mau ikut pertukaran pelajar?” tanya Ratu. Ia memeluk lengan Chilton sambil menyandarkan kepala di pundak Chilton.

“Sepertinya begitu,” jawab Chilton.

“Kita bakal LDR dong?”

Chilton tersenyum. “Kita bukan anak kecil lagi. Aku rasa kamu sudah bisa menyikapinya dengan cara dewasa.”

Ratu menghela napas. “Tapi, aku bakal kangen terus sama kamu setiap hari. Aku nggak bakal lihat kamu. Cewek mana sih yang nggam sedih kalo ditinggal sama cowoknya?”

“Kamu tenang aja! Semuanya bakal baik-baik aja. Toh, sekarang zaman udah modern. Kalo kangen bisa video call.”

“Mmh ... iya sih. Tapi, rasanya pasti beda sama ketemu langsung.”

Chilton terdiam. Ia menatap jauh ke lautan yanv berkilauan diterpa sinar mentari sore. Semuanya akan berbeda. Ia pasti akan kehilangan sosok wanita yang dicintainya. Ah, ia sendiri tak yakin kalau mencintai Ratu. Jauh di dalam lubuk hatinya, ada seseorang yang telah berhasil mengusik hatinya. Bukan hanya mengusik hati, orang itu juga berhasil menguasai pikirannya hingga ia kehilangan akal sehatnya.

Terkadang, Chilton berpikir ingin membenci gadis itu. Tapi, semakin lama ia semakin tidak bisa membenci. Tak ada hal yang seharusnya ia benci dari gadis secantik dan sebaik Delana.

“Chil ...!” panggil Ratu.

Chilton langsung menatap wajah Ratu yang ada di sampingnya.

“Aku bakal nunggu kamu, kok.” Ratu tersenyum manis menatap wajah Chilton.

“Makasih.”

Ratu tersenyum dan langsung memeluk tubuh Chilton dengan erat.

“Apaan sih!? Dilihatin banyak orang!” Chilton berusaha melepas pelukan Ratu sambil mengedarkan pandanganya. Matanya tertuju pada sosok gadis yang berdiri di sisi rombong. Gadis itu tepat sedang menatapnya dan membuatnya begitu salah tingkah.

“Emangnya kenapa? Kan Cuma pelukan doang. Biasanya juga nggak papa,” tutur Ratu.

Chilton menghela napas.  Ia sadar kalau Ratu adalah kekasihnya dan bukan hal aneh jika Ratu hanya ingin memeluknya saja. Chilton langsung melingkarkan tangannya di pundak Ratu, memeluk gadis itu penuh kehangatan.

“Chil, kamu sayang nggak sih sama aku?” tanya Ratu.

“Kalo nggak sayang, nggak mungkin jadi pacar aku kan?”

“Mmh ... iya, sih. Tapi selama kita pacaran, kamu nggak pernah cium aku sama sekali. Padahal, kamu rela beliin aku tas mahal setelah tiga bulan kita jadian. Aku jadi bingung, sebenarnya kamu sayang beneran sama aku atau enggak?” tanya Ratu.

Chilton terdiam. Ia tak menjawab pertanyaan Ratu. Ia hanya mengelus lembut rambut Ratu yang terurai panjang.

Ratu menghela napas. Ia merasa kesal dengan sikap Chilton yang lebih banyak diam. Cowok itu tak banyak bicara dan seringkali membuatnya bosan.

“Kalian mau salome?” tanya Delana yang tiba-tiba sudah ada di belakang Ratu dan Chilton.

Ratu dan Chilton menoleh ke arah Delana bersamaan.

Delana tersenyum manis. Walau bagaimanapun, Ratu dan Chilton adalah temannya dan sudah seharusnya ia bersikap baik. “Mau nggak?” tanya Delana lagi.

“Boleh, deh,” jawab Ratu.

“Mau berapa?”

“Sepuluh ribu aja.”

“Pedes nggak?” tanya Delana lagi.

“Sedang aja,” jawab Ratu. “Kamu mau nggak?” tanya Ratu pada Chilton.

“Boleh.”

“Berapa?”

“Samain aja!” pinta Chilton.

Ratu tersenyum dan menatap Delana. “Dua ya!” Ratu mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan. “Samain aja!” pintanya.

“Oke.” Delana langsung melenggang, ia menghampiri penjual salome yang sedang mangkal di tepi jalan.

“Dela tuh anaknya baik dan polos banget ya?” tutur Ratu sambil tersenyum menatap Delana yang sudah berdiri mengantri salome.

Chilton tertawa kecil. Ia mengingat kejadian kemarin. Delana memang berbeda dengan cewek-cewek lain. Sikap dan sifatnya benar-benar membuat semua orang menyukainya. Bahkan pacarnya sendiri saja memuji kebaikan hati Delana.

“Kamu kenapa? Tumben banget jalan sama Dela?” tanya Chilton.

“Nggak papa. Aku cuma mau memperbaiki hubunganku sama dia aja.”

Chilton mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti maksud perkataan Ratu.

“Aku sama dia sering salah paham. Apalagi dia dulu pernah deket sama kamu. Temen-temen di asrama juga makin memperburuk keadaan. Mereka suka ngompor-ngomporin Dela dan bikin dia jaga jarak sama aku.”

“Sebenarnya, Dela anaknya baik dan fun banget. Sayangnya temen-temen dia mempengaruhi buat nggak berteman sama aku karena mereka anggap aku udah ngerebut kamu dari Dela.”

“Maaf soal itu. Aku sama Dela nggak ada hubungan apa-apa,” sahut Chilton.

“Iya, aku udah tahu. Dela juga sebenarnya nggak keberatan kok sama hubungan kita. Dia dukung-dukung aja. Tapi, aku sebel banget sama temen sekamarku, si Belvi. Dia sering banget banding-bandingin aku sama Dela. Emangnya si Dela itu kaya raya banget ya?” tanya Ratu.

Chilton tertawa kecil. Ia tidak mungkin mengatakan kalau Ratu terlalu biasa bila dibandingkan dengan apa yang Dela miliki.

“Kok, malah ketawa? Aku serius nanyanya. Kamu ikutan ngolok aku juga?” tanya Ratu sambil mengerucutkan bibirnya.

“Enggak Sayang. Kamu tuh tetep yang paling cantik,” tutur Chilton sambil menekan hidung Ratu dengan jari telunjuknya.

“Cuma paling cantik doang?” tanya Ratu.

“Terus? Maunya apa lagi?” tanya Chilton balik.

“Semuanya, dong! Kayak Delana.”

“Ck, Dela itu biasa aja. Nggak ada istimewanya. Ngapain sih pengen jadi kayak dia?”

“Karena Dela itu dikelilingi sama cowok-cowok ta—” Ratu langsung menghentikan ucapannya. Ia tidak mungkin mengatakan pada Chilton kalau ia sangat suka cowok tajir alias kaya raya.

“Cowok-cowok apa?” tanya Chilton penasaran.

“Mmh ...” Ratu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Cowok-cowok tampan!” seru Ratu begitu mendapat kata yang tepat untuk diucapkan.

Chilton tersenyum kecil. “Bukannya dia memang suka sama cowok tampan?”

“Hehehe.” Ratu meringis. Chilton memang pernah mengatakan sebelumnya kalau Delana menyukai cowok-cowok tampan.

“Nih, punya kalian!” Delana muncul dan langsung menyodorkan kantong plastik berisi dua bungkus salome. Ia langsung duduk di samping Ratu. Bukan menatap ke arah laut, ia justru asyik menatap para pedagang dan aktivitas orang yang lalu lalang di tepi jalan. Delana tersenyum sambil menikmati salome yang sudah ada di tangannya.

“Makasih ya, Del!” ucap Ratu. Ia memberikan satu bungkus salome pada Chilton dan Chilton langsung menerimanya.

Delana menganggukkan kepala sambil tersenyum. Ia mengambil ponsel yang ada di sakunya dan mulai membuka beberapa chat yang masuk.

Chilton langsung memperbaiki posisi duduknya menghadap ke Ratu dan Delana. Salah satu tangannya melingkar ke pinggang Ratu, tapi matanya sesekali menatap Delana yang terlihat sibuk membalas chat sambil tersenyum sendiri.

Delana berusaha mengalihkan perhatian, ia menganggap Ratu dan Chilton tidak ada di sampingnya agar ia bisa merasa lebih tenang. Daripada harus memikirkan cowok itu terus-menerus. Rasanya, waktu dan pikirannya sudah banyak ia habiskan hanya untuk memikirkan satu orang cowok dalam hidupnya, Raditya Chilton.

“Kalian belum mau pulang? Udah senja,” tutur Chilton saat melihat matahari sudah mulai terbenam.

Delana tak menjawab. Ia sudah mengenakan earphone di telinganya dan asyik menonton video yang ada di ponselnya.

Ratu dan Chilton saling pandang kemudian menatap Delana yang sudah asyik dengan dunianya.

“Del, mau balik, nggak?” tanya Ratu sambil menepuk bahu Delana.

Delana langsung menoleh dan melepas earphone-nya. “Apa?”

“Udah sore. Mau balik atau nggak?” tanya Ratu.

“Ayo!” Delana langsung melompat dari tempat duduknya.

Ratu tersenyum. “Kita pulang dulu, ya!” pamitnya pada Chilton. Ia langsung mencium pipi Chilton dan bergegas menyusul Delana.

Chilton tersenyum kecil menatap dua cewek yang hadir dalam hidupnya. Ia senang karena keduanya terlihat sangat akrab walau mereka sama-sama menyukai pria yang sama.

Chilton menghela napas panjang. Tatapannya tiba-tiba tertuju pada sepasang muda-mudi yang sedang bergandengan tangan dengan mesra. Perasaan Chilton semakin gelisah. Terlebih saat sepasang muda-mudi itu berjalan menghampirinya. Chilton berusaha mengalihkan perhatian dan pura-pura tidak melihat keduanya.

“Hai, Kak ...!” sapa kedua orang itu begitu sampai di depan Chilton.

Chilton tersenyum kecut sambil menatap dua orang yang ada di depannya. “Hai ...!” balas Chilton.

“Sendirian aja?” tanya Randi.

Chilton menganggukkan kepala. Ia menatap tangan Randi yang menggenggam tangan Sarah.

“Aku mau ngomong sesuatu sama Kakak. Bisa?” tanya Randi.

“Ngomong aja!” pinta Chilton.

Randi menoleh ke arah Sarah yang ada di sampingnya. Sarah tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia melepas genggaman tangan Randi dan meninggalkan dua cowok yang ada di depannya agar bisa leluasa bicara.

Randi duduk di samping Chilton. Sekalipun usianya jauh lebih muda, tapi ia tak kalah dewasa dalam berpikir. Kali ini, Randi mengajak Chilton bicara sebagai laki-laki.

 

 

***

Delana dan Ratu langsung masuk ke dalam kamar asrama. Belvina belum juga kembali ke asrama dan Ratu dengan leluasa bercerita banyak dengan Delana.

“Del, menurut kamu si Chilton itu sayang beneran sama aku atau nggak sih?” tanya Ratu sambil berbaring dalam satu ranjang dengan Delana.

“Kalo nggak sayang, kenapa dia jadiin kamu pacarnya?” tanya Delana balik.

Ratu menghela napas dan menatap Delana. “Tapi, dia nggak pernah nyium aku.”

“Eh!?” Delana mengernyitkan dahinya. Ia tak menyangka kalau Ratu akan mengajaknya membicarakan privasi soal hubungannya dengan Chilton.

“Iya. Dia tuh nggak pernah nyium aku sama sekali. Logikanya ya, cowok yang cinta sama cewek pasti dia punya nafsu buat ciuman. Dia tuh nggak pernah nyium aku biar cuma sekali aja. Padahal, aku juga pengen kali dicium sama pacar sendiri.”

Delana langsung menutup mulutnya. Ia teringat kejadian malam itu saat Chilton menciumnya dengan paksa. Bagaimana bisa Chilton lebih memilih mencium wanita lain daripada pacarnya sendiri? Hal ini benar-benar membuat pikiran Delana semakin tidak karuan. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh pria itu.

“Kenapa, Del?” tanya Ratu yang menyadari perubahan sikap pada Delana.

“Eh!? Nggak papa,” jawab Delana sambil menatap kosong ke arah Ratu.

“Eh, Chilton kan bakal lanjut sekolah ke luar negeri. Pasti lama banget baru bisa ketemu sama dia. Aku udah bilang ke dia kalo aku bakal nunggu dia balik ke Indonesia. Tapi, sebelum dia pergi ke luar negeri. Aku pengen ngelakuin sesuatu buat dia biar dia nggak akan pernah bisa lupa sama aku,” tutur Ratu.

Ratu menatap lekat wajah Delana. “Kamu bisa bantu aku?”

“Bantu apa?” tanya Delana balik.

“Kamu kan pernah deket sama Chilton dan sepertinya dia itu dengerin apa yang kamu bilang ke dia. Buktinya, dia beneran beliin aku tas harga puluhan juta karena permintaan dari kamu. Kalo kali ini, aku minta bantuan kamu lagi, bisa kan?” tanya Ratu.

“Bantuan apa? Jangan bilang kalo kamu mau minta beliin mobil?” dengus Delana.

Ratu tergelak. “Nggak lah. Kali ini aku mau minta sesuatu yang bukan berupa barang. Tapi, bakal dia ingat terus seumur hidupnya.”

Delana mengernyitkan dahinya. “Apa itu?” tanyanya heran.

“Kamu bisa ngaturkan gimana caranya aku bisa tidur seranjang sama dia?” tanya Ratu berbisik di telinga Delana.

“Apa!?” Delana langsung bangkit dari tempat tidur. “Kamu gila, ya!?”

Ratu tersenyum sambil menatap Delana. “Nggak.”

“Kamu nyuruh aku ngomong sama Chilton kalo kamu pengen tidur sama dia?” tanya Delana.

Ratu menganggukkan kelapanya sambil tersenyum.

Delana menggeleng-gelengkan kepala. “Ndak waras kah kamu?”

“Udahlah, Del. Nggak usah munafik. Namanya juga orang pacaran. Tidur bareng itu udah biasa. Lagian, kalo dia cinta sama aku. Seharusnya dia mau dong tidur seranjang sama aku,” tutur Ratu sambil memainkan kedua alisnya.

Delana mengernyitkan dahinya. Ia masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Ratu. Dengan mudahnya Ratu ingin memberikan tubuhnya untuk cowok yang baru saja menjadi pacarnya beberapa bulan belakangan ini.

“Please, Del!” Ratu menangkupkan kedua tangannya memohon pada Delana.

Delana menghela napas. Ia sebenarnya keberatan dengan keinginan gila Ratu. Tapi, ia juga tidak bisa menolaknya. Terlebih saat melihat wajah Ratu yang mengiba kepadanya.

“Del, ayolah!” pinta Ratu sambil menggoyang-goyangkan lengan Delana.

“Iya,” jawab Delana dengan terpaksa.

“Makasih, ya!” Ratu langsung memeluk Delana erat-erat. “Kamu emang temenku yang paling baik sedunia.”

Delana tersenyum kecil.

Ratu tersenyum lega karena akhirnya ia akan memiliki cinta Chilton seutuhnya.

Delana menelan ludah begitu Ratu melepaskan pelukannya. Ia sungguh merasa tidak enak dengan keduanya. Bagaimana ia mengatakan pada Chilton tentang keinginan Ratu.

“Del, First kiss kamu waktu umur berapa?” tanya Ratu.

“Eh!? Maksudnya?”

“First kiss. Masa nggak tau?” Ratu memonyongkan bibirnya seolah-olah ingin berciuman dengan seseorang.

Delana tertawa kecil. “Aku nggak pernah pacaran. No first kiss,” sahut Delana.

“What!? Kamu nggak pernah pacaran!?” tanya Ratu terbelalak. “Nggak nyangka. Ternyata masih ada orang di dunia ini yang nggak pernah pacaran, ckckck.” Ratu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Delana tersenyum kecil.

“Berarti, kamu belum pernah ngerasain having sex, dong?” tanya Ratu.

“Having sex?” Delana mengernyitkan dahinya.

“He eh.” Ratu menganggukkan kepala sambil tersenyum.

“Kamu bisa ngelakuin hubungan sex tanpa cinta?” tanya Delana.

Ratu tersenyum menanggapi pertanyaan Delana. “Yang penting enak aja.”

Delana menggeleng heran. Ia merasa, Ratu benar-benar gila. Pantas saja ia bisa bermesraan dengan cowok lain. Bisa jadi, Ratu memang sudah terbiasa dengan hal itu. Kencan dengan banyak pria tanpa harus menjadi pacarnya.

“Cowok-cowok yang sering ketemu sama kamu itu, bukan pacar  atau calon pacar? Kelihatannya kalian deket banget,” tanya Ratu.

Delana menggelengkan kepala.

“Kenapa nggak kamu pacarin aja, Del?”

Delana tertawa kecil. “Nggak mungkin pacaran sama mereka.”

“Apanya yang nggak mungkin? Di dunia ini, apa sih yang nggak mungkin? Apalagi cowok yang pakai mobil Porsche itu. Udah ganteng, kaya raya dan kelihatannya dia tertarik sama kamu.”

“Kita udah saling kenal dari kita masih bayi,” sahut Delana.

“Ya nggak papa. Kan sekarang banyak juga yang sahabat jadi pacar.”

Delana hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Ratu. Ia tidak mungkin pacaran dengan kakak sepupunya sendiri. Dhanuar sudah seperti kakaknya dan ia tidak mungkin mengotori hubungan darah keluarga dengan percintaan yang belum tentu akan bertahan lama.

“Kalo kamu nggak mau. Aku juga mau sama dia,” tutur Ratu.

Delana langsung menoleh ke arah Ratu. Ia membelalakkan matanya karena terkejut. Bukannya dia baru saja meminta untuk bisa tidur satu ranjang dengan Chilton. Kenapa sekarang berusaha mengejar cowok lain?

“Bukannya kamu cintanya sama Chilton?” tanya Delana.

“Hehehe. Ya nggak papa. Siapa tahu masih ada cowok yang lebih keren dari Chilton dan dia mau sama aku,” jawab Ratu tersipu.

Delana mengernyitkan dahinya. “Kalo kamu cuma mau main-main sama Chilton. Lebih baik kamu nggak usah minta tolong sama aku!” Delana berdiri dan langsung menyambar tasnya.

“Eh!? Mau ke mana?” tanya Ratu.

“Mau pulang,” jawab Delana sambil menarik gagang pintu kamarnya.

“Eits, tunggu!” Ratu langsung melompat dan menghadang Delana. Ia tersenyum sambil menatap Delana yang ada di depannya.

“Kenapa lagi?” tanya Delana kesal.

“Aku cuma bercanda aja, Del. Serius amat nanggepinnya,” tutur Ratu.

Delana menghela napas. “Kamu mau ngasih tubuh kamu ke Chilton dan kamu bilang itu cuma bercanda? Sinting kamu ya!”

“Bukan, Del! Bukan itu maksud aku. Soal cowok lain itu aku cuma bercanda aja. Aku cuma cinta sama Chilton doang,” tutur Ratu sambil menatap manik mata Delana.

“Terserah kamu!” tutur Delana sambil menarik gagang pintu.

Ratu masih terus menghalangi agar Delana tidak keluar dari dalam kamar.

“Aku mau pulang!” seru Delana.

“Janji dulu, bakal bantu aku!” pinta Ratu setengah memaksa.

“Ck.” Delana semakin kesal dengan tingkah Ratu yang menganggap cinta adalah hal yang remeh.

“Please, bantu aku tidur sama Chilton! Satu kali aja!” pinta Ratu sambil menangkupkan kedua tangannya.

Delana menghela napas. “Iya!” jawabnya sambil mendelik ke arah Ratu.

“Janji!?” Ratu mengacungkan jari kelingkingnya ke hadapan Delana.

Delana merapatkan bibirnya. Ia langsung menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Ratu. “Iya,” tuturnya.

“Nah, gitu dong! Makasih ya!” tutur Ratu sambil tersenyum manis.

“Udah?”

Ratu menganggukkan kepala.

“Aku mau pulang!” pamit Delana sambil menarik gagang pintu kamar dan segera keluar.

“Makasih ya! Aku tunggu kabar baiknya!” seru Ratu sambil melambaikan tangan ke arah Delana.

Delana langsung bergegas pergi dan tidak menghiraukan Ratu lagi. Ia masih merasa kesal karena Ratu berniat mempermainkan Chilton. Ia bahkan tidak bisa membedakan apakah Ratu sungguh-sungguh mencintai Chilton atau tidak.

Hal yang paling parah adalah ketika Delana tidak bisa menolak keinginan gila dari seorang Ratu. Ia harus menemui Chilton dan memintanya tidur dengan wanita lain. Ini gila! Benar-benar gila!

Kepala Delana hampir pecah membayangkan Chilton tidur dengan wanita lain. Melihat Chilton jalan dengan cewek lain saja ia sudah merasa sakit. Kini, ia harus merasakan lebih sakit lagi karena merelakan cowok yang ia cintai tidur dengan cewek lain.

“Oh ... God! Aku harus gimana!” teriak Delana sambil melangkahkan kakinya menyusuri gang yang menuju rumahnya.

 ((Bersambung...))

 

 

 

 

 

 

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas