“Hai,
sorry telat!” suara di belakang Ratu mengagetkannya.
“Hai,
Sayang!” Ratu langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia langsung merangkul
Chilton dan mengajaknya duduk di sampingnya.
“Udah
lama nunggu?” tanya Chilton sambil tersenyum menatap Ratu. Tapi, ia tidak
benar-benar memandang Ratu. Pandangannya justru terfokus pada gadis yang ada di
sebelah Ratu, Delana Aubrey.
Sementara
Delana terdiam. Entah kenapa Ratu mengajak pacarnya datang ke tempat ini. Ia
pikir, Ratu hanya akan mengajaknya saja. Tapi kini ia merasa seperti kambing
congek dan tidak tahu harus berbuat apa karena ia menjadi orang ketiga antara
Chilton dan Ratu.
“Nggak,
kok. Kita juga baru nyampe di sini. Kamu mau minum apa?” tanya Ratu.
Chilton
menggelengkan kepala.
“Kenapa?”
“Nggak
haus,” jawab Chilton sambil tersenyum. Ia melirik Delana yang terlihat begitu
cuek menyikapi kehadirannya.
Delana
teringat kejadian malam itu saat Chilton tiba-tiba menciumnya dengan paksa
karena sikap cemburunya yang begitu besar. Saat itu, Delana merasa kalau
Chilton masih menyukainya.
Tapi,
tiba-tiba ia melihat Chilton bergandengan mesra dengan Ratu hari ini. Semudah
itu Chilton melupakan kejadian yang terjadi di antara mereka dan membuat Delana
merasa begitu sakit.
“Kamu
nggak ngajar hari ini?” tanya Ratu.
Chilton
menggelengkan kepala. “Udah resign.”
“Hah!?
Kenapa resign?” tanya Ratu sambil menatap Chilton serius.
Chilton
hanya tersenyum kecil, membuat Ratu akhirnya bertanya pada Delana.
“Del,
kamu tahu Chilton resign? Kalian satu tempat kerja kan?”
Delana
menelan ludah mendengar pertanyaan dari Ratu. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
Tidak mungkin ia mengatakan soal pertengkaran yang terjadi antara Chilton dan
dirinya.
“Dia
belum tahu. Aku baru aja resign. Mau fokus sama materi kuliahku,” sahut
Chilton.
“Oh
... kamu jadi ikut pertukaran pelajar?” tanya Ratu.
Chilton
tersenyum. “Tahu dari mana?”
“Semua
orang di kampus bicarain soal kamu yang mau ikut pertukaran pelajar,” jawab
Ratu.
“Gosip?”
Chilton menggeleng-gelengkan kepala. “Kenapa cewek seneng banget ngegosip?”
Ratu
nyengir menanggapi pertanyaan dari Chilton. Ia memang salah satu mahasiswa yang
selalu update informasi seputar kampus.
Delana
menghela napas perlahan. Rasanya ia ingin segera berlari pergi melihat Chilton
dan Ratu yang terlihat begitu mesra. Tapi, ia berangkat ke taman ini bersama
dengan Ratu. Bagaimana ia bisa pulang lebih dulu?
Delana
tertunduk lesu sambil memainkan gelas yang isinya sudah habis ia minum.
Chilton
memberi isyarat pada Ratu kalau Delana mulai merasa bad mood dengan suasana
mereka bertiga.
Ratu
malah tersenyum sambil menatap Delana yang masih tertunduk sambil memainkan
gelas di tangannya.
“Del,
kamu belum mau pulang 'kan?” tanya Ratu pada Delana.
“Eh!?”
Delana mengangkat wajahnya menatap Ratu. “Santai aja,” ucapnya sambil tersenyum
walau dalam hati ia merasa begitu kesal. Terlebih melihat Chilton yang
memperlakukan Ratu begitu manis setelah apa yang terjadi di antara mereka.
“Sip,
deh! Pulang bareng aja. Aku cuma mau ngobrol bentar sama Chilton,” tutur Ratu.
Delana
tersenyum. “Ngobrol aja!” pintanya. Ia langsung bangkit dari tempat duduknya.
“Mau
ke mana?” tanya Ratu begitu melihat Delana sudah bersiap pergi.
“Mau
pesen jus buat adik sama sepupuku di rumah,” jawab Delana.
“Oh.
Kirain udah mau pergi ninggalin aku,” tutur Ratu.
“Nggaklah.
Selow! Aku pesen dulu ya!” pinta Delana sambil bergegas menghampiri para
pedagang yang berjualan menggunakan rombong. Ia sama sekali tak ingin
mendengarkan pembicaraan sepasang kekasih itu.
“Sayang,
kamu beneran mau ikut pertukaran pelajar?” tanya Ratu. Ia memeluk lengan
Chilton sambil menyandarkan kepala di pundak Chilton.
“Sepertinya
begitu,” jawab Chilton.
“Kita
bakal LDR dong?”
Chilton
tersenyum. “Kita bukan anak kecil lagi. Aku rasa kamu sudah bisa menyikapinya
dengan cara dewasa.”
Ratu
menghela napas. “Tapi, aku bakal kangen terus sama kamu setiap hari. Aku nggak
bakal lihat kamu. Cewek mana sih yang nggam sedih kalo ditinggal sama
cowoknya?”
“Kamu
tenang aja! Semuanya bakal baik-baik aja. Toh, sekarang zaman udah modern. Kalo
kangen bisa video call.”
“Mmh
... iya sih. Tapi, rasanya pasti beda sama ketemu langsung.”
Chilton
terdiam. Ia menatap jauh ke lautan yanv berkilauan diterpa sinar mentari sore.
Semuanya akan berbeda. Ia pasti akan kehilangan sosok wanita yang dicintainya.
Ah, ia sendiri tak yakin kalau mencintai Ratu. Jauh di dalam lubuk hatinya, ada
seseorang yang telah berhasil mengusik hatinya. Bukan hanya mengusik hati,
orang itu juga berhasil menguasai pikirannya hingga ia kehilangan akal
sehatnya.
Terkadang,
Chilton berpikir ingin membenci gadis itu. Tapi, semakin lama ia semakin tidak
bisa membenci. Tak ada hal yang seharusnya ia benci dari gadis secantik dan
sebaik Delana.
“Chil
...!” panggil Ratu.
Chilton
langsung menatap wajah Ratu yang ada di sampingnya.
“Aku
bakal nunggu kamu, kok.” Ratu tersenyum manis menatap wajah Chilton.
“Makasih.”
Ratu
tersenyum dan langsung memeluk tubuh Chilton dengan erat.
“Apaan
sih!? Dilihatin banyak orang!” Chilton berusaha melepas pelukan Ratu sambil
mengedarkan pandanganya. Matanya tertuju pada sosok gadis yang berdiri di sisi
rombong. Gadis itu tepat sedang menatapnya dan membuatnya begitu salah tingkah.
“Emangnya
kenapa? Kan Cuma pelukan doang. Biasanya juga nggak papa,” tutur Ratu.
Chilton
menghela napas. Ia sadar kalau Ratu
adalah kekasihnya dan bukan hal aneh jika Ratu hanya ingin memeluknya saja.
Chilton langsung melingkarkan tangannya di pundak Ratu, memeluk gadis itu penuh
kehangatan.
“Chil,
kamu sayang nggak sih sama aku?” tanya Ratu.
“Kalo
nggak sayang, nggak mungkin jadi pacar aku kan?”
“Mmh
... iya, sih. Tapi selama kita pacaran, kamu nggak pernah cium aku sama sekali.
Padahal, kamu rela beliin aku tas mahal setelah tiga bulan kita jadian. Aku
jadi bingung, sebenarnya kamu sayang beneran sama aku atau enggak?” tanya Ratu.
Chilton
terdiam. Ia tak menjawab pertanyaan Ratu. Ia hanya mengelus lembut rambut Ratu
yang terurai panjang.
Ratu
menghela napas. Ia merasa kesal dengan sikap Chilton yang lebih banyak diam.
Cowok itu tak banyak bicara dan seringkali membuatnya bosan.
“Kalian
mau salome?” tanya Delana yang tiba-tiba sudah ada di belakang Ratu dan
Chilton.
Ratu
dan Chilton menoleh ke arah Delana bersamaan.
Delana
tersenyum manis. Walau bagaimanapun, Ratu dan Chilton adalah temannya dan sudah
seharusnya ia bersikap baik. “Mau nggak?” tanya Delana lagi.
“Boleh,
deh,” jawab Ratu.
“Mau
berapa?”
“Sepuluh
ribu aja.”
“Pedes
nggak?” tanya Delana lagi.
“Sedang
aja,” jawab Ratu. “Kamu mau nggak?” tanya Ratu pada Chilton.
“Boleh.”
“Berapa?”
“Samain
aja!” pinta Chilton.
Ratu
tersenyum dan menatap Delana. “Dua ya!” Ratu mengacungkan jari telunjuk dan
jari tengahnya bersamaan. “Samain aja!” pintanya.
“Oke.”
Delana langsung melenggang, ia menghampiri penjual salome yang sedang mangkal
di tepi jalan.
“Dela
tuh anaknya baik dan polos banget ya?” tutur Ratu sambil tersenyum menatap
Delana yang sudah berdiri mengantri salome.
Chilton
tertawa kecil. Ia mengingat kejadian kemarin. Delana memang berbeda dengan
cewek-cewek lain. Sikap dan sifatnya benar-benar membuat semua orang
menyukainya. Bahkan pacarnya sendiri saja memuji kebaikan hati Delana.
“Kamu
kenapa? Tumben banget jalan sama Dela?” tanya Chilton.
“Nggak
papa. Aku cuma mau memperbaiki hubunganku sama dia aja.”
Chilton
mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti maksud perkataan Ratu.
“Aku
sama dia sering salah paham. Apalagi dia dulu pernah deket sama kamu.
Temen-temen di asrama juga makin memperburuk keadaan. Mereka suka
ngompor-ngomporin Dela dan bikin dia jaga jarak sama aku.”
“Sebenarnya,
Dela anaknya baik dan fun banget. Sayangnya temen-temen dia mempengaruhi buat
nggak berteman sama aku karena mereka anggap aku udah ngerebut kamu dari Dela.”
“Maaf
soal itu. Aku sama Dela nggak ada hubungan apa-apa,” sahut Chilton.
“Iya,
aku udah tahu. Dela juga sebenarnya nggak keberatan kok sama hubungan kita. Dia
dukung-dukung aja. Tapi, aku sebel banget sama temen sekamarku, si Belvi. Dia
sering banget banding-bandingin aku sama Dela. Emangnya si Dela itu kaya raya
banget ya?” tanya Ratu.
Chilton
tertawa kecil. Ia tidak mungkin mengatakan kalau Ratu terlalu biasa bila
dibandingkan dengan apa yang Dela miliki.
“Kok,
malah ketawa? Aku serius nanyanya. Kamu ikutan ngolok aku juga?” tanya Ratu
sambil mengerucutkan bibirnya.
“Enggak
Sayang. Kamu tuh tetep yang paling cantik,” tutur Chilton sambil menekan hidung
Ratu dengan jari telunjuknya.
“Cuma
paling cantik doang?” tanya Ratu.
“Terus?
Maunya apa lagi?” tanya Chilton balik.
“Semuanya,
dong! Kayak Delana.”
“Ck,
Dela itu biasa aja. Nggak ada istimewanya. Ngapain sih pengen jadi kayak dia?”
“Karena
Dela itu dikelilingi sama cowok-cowok ta—” Ratu langsung menghentikan
ucapannya. Ia tidak mungkin mengatakan pada Chilton kalau ia sangat suka cowok
tajir alias kaya raya.
“Cowok-cowok
apa?” tanya Chilton penasaran.
“Mmh
...” Ratu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Cowok-cowok tampan!” seru Ratu
begitu mendapat kata yang tepat untuk diucapkan.
Chilton
tersenyum kecil. “Bukannya dia memang suka sama cowok tampan?”
“Hehehe.”
Ratu meringis. Chilton memang pernah mengatakan sebelumnya kalau Delana
menyukai cowok-cowok tampan.
“Nih,
punya kalian!” Delana muncul dan langsung menyodorkan kantong plastik berisi
dua bungkus salome. Ia langsung duduk di samping Ratu. Bukan menatap ke arah
laut, ia justru asyik menatap para pedagang dan aktivitas orang yang lalu
lalang di tepi jalan. Delana tersenyum sambil menikmati salome yang sudah ada
di tangannya.
“Makasih
ya, Del!” ucap Ratu. Ia memberikan satu bungkus salome pada Chilton dan Chilton
langsung menerimanya.
Delana
menganggukkan kepala sambil tersenyum. Ia mengambil ponsel yang ada di sakunya
dan mulai membuka beberapa chat yang masuk.
Chilton
langsung memperbaiki posisi duduknya menghadap ke Ratu dan Delana. Salah satu
tangannya melingkar ke pinggang Ratu, tapi matanya sesekali menatap Delana yang
terlihat sibuk membalas chat sambil tersenyum sendiri.
Delana
berusaha mengalihkan perhatian, ia menganggap Ratu dan Chilton tidak ada di
sampingnya agar ia bisa merasa lebih tenang. Daripada harus memikirkan cowok
itu terus-menerus. Rasanya, waktu dan pikirannya sudah banyak ia habiskan hanya
untuk memikirkan satu orang cowok dalam hidupnya, Raditya Chilton.
“Kalian
belum mau pulang? Udah senja,” tutur Chilton saat melihat matahari sudah mulai
terbenam.
Delana
tak menjawab. Ia sudah mengenakan earphone di telinganya dan asyik menonton
video yang ada di ponselnya.
Ratu
dan Chilton saling pandang kemudian menatap Delana yang sudah asyik dengan
dunianya.
“Del,
mau balik, nggak?” tanya Ratu sambil menepuk bahu Delana.
Delana
langsung menoleh dan melepas earphone-nya. “Apa?”
“Udah
sore. Mau balik atau nggak?” tanya Ratu.
“Ayo!”
Delana langsung melompat dari tempat duduknya.
Ratu
tersenyum. “Kita pulang dulu, ya!” pamitnya pada Chilton. Ia langsung mencium
pipi Chilton dan bergegas menyusul Delana.
Chilton
tersenyum kecil menatap dua cewek yang hadir dalam hidupnya. Ia senang karena
keduanya terlihat sangat akrab walau mereka sama-sama menyukai pria yang sama.
Chilton
menghela napas panjang. Tatapannya tiba-tiba tertuju pada sepasang muda-mudi
yang sedang bergandengan tangan dengan mesra. Perasaan Chilton semakin gelisah.
Terlebih saat sepasang muda-mudi itu berjalan menghampirinya. Chilton berusaha mengalihkan
perhatian dan pura-pura tidak melihat keduanya.
“Hai,
Kak ...!” sapa kedua orang itu begitu sampai di depan Chilton.
Chilton
tersenyum kecut sambil menatap dua orang yang ada di depannya. “Hai ...!” balas
Chilton.
“Sendirian
aja?” tanya Randi.
Chilton
menganggukkan kepala. Ia menatap tangan Randi yang menggenggam tangan Sarah.
“Aku
mau ngomong sesuatu sama Kakak. Bisa?” tanya Randi.
“Ngomong
aja!” pinta Chilton.
Randi
menoleh ke arah Sarah yang ada di sampingnya. Sarah tersenyum sambil
menganggukkan kepala. Ia melepas genggaman tangan Randi dan meninggalkan dua
cowok yang ada di depannya agar bisa leluasa bicara.
Randi
duduk di samping Chilton. Sekalipun usianya jauh lebih muda, tapi ia tak kalah
dewasa dalam berpikir. Kali ini, Randi mengajak Chilton bicara sebagai
laki-laki.
***
Delana
dan Ratu langsung masuk ke dalam kamar asrama. Belvina belum juga kembali ke
asrama dan Ratu dengan leluasa bercerita banyak dengan Delana.
“Del,
menurut kamu si Chilton itu sayang beneran sama aku atau nggak sih?” tanya Ratu
sambil berbaring dalam satu ranjang dengan Delana.
“Kalo
nggak sayang, kenapa dia jadiin kamu pacarnya?” tanya Delana balik.
Ratu
menghela napas dan menatap Delana. “Tapi, dia nggak pernah nyium aku.”
“Eh!?”
Delana mengernyitkan dahinya. Ia tak menyangka kalau Ratu akan mengajaknya
membicarakan privasi soal hubungannya dengan Chilton.
“Iya.
Dia tuh nggak pernah nyium aku sama sekali. Logikanya ya, cowok yang cinta sama
cewek pasti dia punya nafsu buat ciuman. Dia tuh nggak pernah nyium aku biar
cuma sekali aja. Padahal, aku juga pengen kali dicium sama pacar sendiri.”
Delana
langsung menutup mulutnya. Ia teringat kejadian malam itu saat Chilton
menciumnya dengan paksa. Bagaimana bisa Chilton lebih memilih mencium wanita
lain daripada pacarnya sendiri? Hal ini benar-benar membuat pikiran Delana
semakin tidak karuan. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh pria itu.
“Kenapa,
Del?” tanya Ratu yang menyadari perubahan sikap pada Delana.
“Eh!?
Nggak papa,” jawab Delana sambil menatap kosong ke arah Ratu.
“Eh,
Chilton kan bakal lanjut sekolah ke luar negeri. Pasti lama banget baru bisa
ketemu sama dia. Aku udah bilang ke dia kalo aku bakal nunggu dia balik ke
Indonesia. Tapi, sebelum dia pergi ke luar negeri. Aku pengen ngelakuin sesuatu
buat dia biar dia nggak akan pernah bisa lupa sama aku,” tutur Ratu.
Ratu
menatap lekat wajah Delana. “Kamu bisa bantu aku?”
“Bantu
apa?” tanya Delana balik.
“Kamu
kan pernah deket sama Chilton dan sepertinya dia itu dengerin apa yang kamu
bilang ke dia. Buktinya, dia beneran beliin aku tas harga puluhan juta karena
permintaan dari kamu. Kalo kali ini, aku minta bantuan kamu lagi, bisa kan?”
tanya Ratu.
“Bantuan
apa? Jangan bilang kalo kamu mau minta beliin mobil?” dengus Delana.
Ratu
tergelak. “Nggak lah. Kali ini aku mau minta sesuatu yang bukan berupa barang.
Tapi, bakal dia ingat terus seumur hidupnya.”
Delana
mengernyitkan dahinya. “Apa itu?” tanyanya heran.
“Kamu
bisa ngaturkan gimana caranya aku bisa tidur seranjang sama dia?” tanya Ratu
berbisik di telinga Delana.
“Apa!?”
Delana langsung bangkit dari tempat tidur. “Kamu gila, ya!?”
Ratu
tersenyum sambil menatap Delana. “Nggak.”
“Kamu
nyuruh aku ngomong sama Chilton kalo kamu pengen tidur sama dia?” tanya Delana.
Ratu
menganggukkan kelapanya sambil tersenyum.
Delana
menggeleng-gelengkan kepala. “Ndak waras kah kamu?”
“Udahlah,
Del. Nggak usah munafik. Namanya juga orang pacaran. Tidur bareng itu udah
biasa. Lagian, kalo dia cinta sama aku. Seharusnya dia mau dong tidur seranjang
sama aku,” tutur Ratu sambil memainkan kedua alisnya.
Delana
mengernyitkan dahinya. Ia masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Ratu.
Dengan mudahnya Ratu ingin memberikan tubuhnya untuk cowok yang baru saja
menjadi pacarnya beberapa bulan belakangan ini.
“Please,
Del!” Ratu menangkupkan kedua tangannya memohon pada Delana.
Delana
menghela napas. Ia sebenarnya keberatan dengan keinginan gila Ratu. Tapi, ia
juga tidak bisa menolaknya. Terlebih saat melihat wajah Ratu yang mengiba
kepadanya.
“Del,
ayolah!” pinta Ratu sambil menggoyang-goyangkan lengan Delana.
“Iya,”
jawab Delana dengan terpaksa.
“Makasih, ya!” Ratu langsung memeluk Delana erat-erat. “Kamu emang temenku yang paling
baik sedunia.”
Delana
tersenyum kecil.
Ratu
tersenyum lega karena akhirnya ia akan memiliki cinta Chilton seutuhnya.
Delana
menelan ludah begitu Ratu melepaskan pelukannya. Ia sungguh merasa tidak enak
dengan keduanya. Bagaimana ia mengatakan pada Chilton tentang keinginan Ratu.
“Del,
First kiss kamu waktu umur berapa?” tanya Ratu.
“Eh!?
Maksudnya?”
“First
kiss. Masa nggak tau?” Ratu memonyongkan bibirnya seolah-olah ingin berciuman
dengan seseorang.
Delana
tertawa kecil. “Aku nggak pernah pacaran. No first kiss,” sahut Delana.
“What!?
Kamu nggak pernah pacaran!?” tanya Ratu terbelalak. “Nggak nyangka. Ternyata
masih ada orang di dunia ini yang nggak pernah pacaran, ckckck.” Ratu
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Delana
tersenyum kecil.
“Berarti,
kamu belum pernah ngerasain having sex, dong?” tanya Ratu.
“Having
sex?” Delana mengernyitkan dahinya.
“He
eh.” Ratu menganggukkan kepala sambil tersenyum.
“Kamu
bisa ngelakuin hubungan sex tanpa cinta?” tanya Delana.
Ratu
tersenyum menanggapi pertanyaan Delana. “Yang penting enak aja.”
Delana
menggeleng heran. Ia merasa, Ratu benar-benar gila. Pantas saja ia bisa
bermesraan dengan cowok lain. Bisa jadi, Ratu memang sudah terbiasa dengan hal
itu. Kencan dengan banyak pria tanpa harus menjadi pacarnya.
“Cowok-cowok
yang sering ketemu sama kamu itu, bukan pacar atau calon
pacar? Kelihatannya kalian deket banget,” tanya Ratu.
Delana
menggelengkan kepala.
“Kenapa
nggak kamu pacarin aja, Del?”
Delana
tertawa kecil. “Nggak mungkin pacaran sama mereka.”
“Apanya
yang nggak mungkin? Di dunia ini, apa sih yang nggak mungkin? Apalagi cowok
yang pakai mobil Porsche itu. Udah ganteng, kaya raya dan kelihatannya dia
tertarik sama kamu.”
“Kita
udah saling kenal dari kita masih bayi,” sahut Delana.
“Ya
nggak papa. Kan sekarang banyak juga yang sahabat jadi pacar.”
Delana
hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Ratu. Ia tidak mungkin pacaran dengan
kakak sepupunya sendiri. Dhanuar sudah seperti kakaknya dan ia tidak mungkin
mengotori hubungan darah keluarga dengan percintaan yang belum tentu akan
bertahan lama.
“Kalo
kamu nggak mau. Aku juga mau sama dia,” tutur Ratu.
Delana
langsung menoleh ke arah Ratu. Ia membelalakkan matanya karena terkejut.
Bukannya dia baru saja meminta untuk bisa tidur satu ranjang dengan Chilton.
Kenapa sekarang berusaha mengejar cowok lain?
“Bukannya
kamu cintanya sama Chilton?” tanya Delana.
“Hehehe.
Ya nggak papa. Siapa tahu masih ada cowok yang lebih keren dari Chilton dan dia
mau sama aku,” jawab Ratu tersipu.
Delana
mengernyitkan dahinya. “Kalo kamu cuma mau main-main sama Chilton. Lebih baik
kamu nggak usah minta tolong sama aku!” Delana berdiri dan langsung menyambar
tasnya.
“Eh!?
Mau ke mana?” tanya Ratu.
“Mau
pulang,” jawab Delana sambil menarik gagang pintu kamarnya.
“Eits,
tunggu!” Ratu langsung melompat dan menghadang Delana. Ia tersenyum sambil
menatap Delana yang ada di depannya.
“Kenapa
lagi?” tanya Delana kesal.
“Aku
cuma bercanda aja, Del. Serius amat nanggepinnya,” tutur Ratu.
Delana
menghela napas. “Kamu mau ngasih tubuh kamu ke Chilton dan kamu bilang itu cuma
bercanda? Sinting kamu ya!”
“Bukan,
Del! Bukan itu maksud aku. Soal cowok lain itu aku cuma bercanda aja. Aku cuma
cinta sama Chilton doang,” tutur Ratu sambil menatap manik mata Delana.
“Terserah
kamu!” tutur Delana sambil menarik gagang pintu.
Ratu
masih terus menghalangi agar Delana tidak keluar dari dalam kamar.
“Aku
mau pulang!” seru Delana.
“Janji
dulu, bakal bantu aku!” pinta Ratu setengah memaksa.
“Ck.”
Delana semakin kesal dengan tingkah Ratu yang menganggap cinta adalah hal yang
remeh.
“Please,
bantu aku tidur sama Chilton! Satu kali aja!” pinta Ratu sambil menangkupkan
kedua tangannya.
Delana
menghela napas. “Iya!” jawabnya sambil mendelik ke arah Ratu.
“Janji!?”
Ratu mengacungkan jari kelingkingnya ke hadapan Delana.
Delana
merapatkan bibirnya. Ia langsung menautkan jari kelingkingnya ke jari
kelingking Ratu. “Iya,” tuturnya.
“Nah,
gitu dong! Makasih ya!” tutur Ratu sambil tersenyum manis.
“Udah?”
Ratu
menganggukkan kepala.
“Aku
mau pulang!” pamit Delana sambil menarik gagang pintu kamar dan segera keluar.
“Makasih
ya! Aku tunggu kabar baiknya!” seru Ratu sambil melambaikan tangan ke arah Delana.
Delana
langsung bergegas pergi dan tidak menghiraukan Ratu lagi. Ia masih merasa kesal
karena Ratu berniat mempermainkan Chilton. Ia bahkan tidak bisa membedakan
apakah Ratu sungguh-sungguh mencintai Chilton atau tidak.
Hal
yang paling parah adalah ketika Delana tidak bisa menolak keinginan gila dari
seorang Ratu. Ia harus menemui Chilton dan memintanya tidur dengan wanita lain.
Ini gila! Benar-benar gila!
Kepala
Delana hampir pecah membayangkan Chilton tidur dengan wanita lain. Melihat
Chilton jalan dengan cewek lain saja ia sudah merasa sakit. Kini, ia harus
merasakan lebih sakit lagi karena merelakan cowok yang ia cintai tidur dengan
cewek lain.
“Oh
... God! Aku harus gimana!” teriak Delana sambil melangkahkan kakinya menyusuri
gang yang menuju rumahnya.
.png)
0 komentar:
Post a Comment