Saturday, October 18, 2025

THEN LOVE BAB 48 : PERSETERUAN DELANA DAN CHILTON

 


Setelah menghabiskan waktu pergantian tahun baru. Delana kembali masuk kampus seperti biasa.

Ia melangkahkan kakinya menyusuri gang rumahnya untuk bisa menuju kampus yang letaknya tidak begitu jauh.

Delana menghentikan langkahnya saat melihat mobil Chevrolet kuning berhenti tepat di depan kampus.

Seorang gadis cantik turun dari mobil. Wajahnya sudah tak asing lagi di mata Delana. Gadis cantik itu terlihat sangat bahagia.

Delana melangkahkan kakinya menghampiri gadis itu ketika mobil chevrolet kuning tersebut sudah pergi.

“Pagi, Ratu!” sapa Delana dengan wajah ceria.

Ratu langsung menoleh ke belakang. Ia tak menyangka kalau Delana sudah masuk kampus sepagi ini. “Hai ...!” balas Ratu sambil tersenyum.

“Tumben banget pagi-pagi udah sampe kampus?” tanya Delana.

Ratu tersenyum. Ia menyingkap rambut yang sedikit menutupi wajahnya. “Aku lagi banyak tugas. Kamu sendiri kenapa berangkat ke kampus pagi banget?” tanya Ratu balik.

Delana tertawa lebar. “Aku? Aku mah biasa berangkat sepagi ini. Tiap hari juga berangkatnya jam segini, kok.”

“Oh.” Ratu mengangguk-anggukkan kepala. Ia langsung membalikkan badan dan masuk ke halaman kampus.

Delana tersenyum. Ia mengikuti langkah Ratu sampai mereka berpisah di kelas masing-masing.

Delana duduk berpangku tangan di dalam kelasnya. Ia menunggu Belvina masuk ke kelas sembari memikirkan laki-laki yang baru saja mengantar Ratu. Kenapa Ratu bisa pergi bersama laki-laki lain sementara semua orang tahu kalau ia adalah kekasih resmi dari Chilton.

“Jangan-jangan, Ratu nggak serius sama Chilton? Cuma mau manfaatin doang?” gumam Delana dalam hatinya.

Entah kenapa, Delana begitu resah memikirkannya. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah ia memberitahu Chilton kalau Ratu hanya mempermainkannya saja?

“Aargh ...!” Delana mengacak rambutnya sendiri. Ia tak peduli dengan beberapa teman sekelas yang memerhatikan tingkahnya. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Ia tak ingin merusak hubungan Chilton dan Ratu. Tapi, ia juga tak sanggup melihat cowok yang ia cintai dipermainkan oleh wanita lain.

“Hei, kamu kenapa?” sapa Belvina begitu ia masuk ke dalam kelas.

“Nggak papa,” jawab Delana.

“Nggak papa tapi mukanya kok kayak gitu? Ada masalah?” tanya Belvina.

Delana menggelengkan kepala.

“Kamu tuh aneh. Abis ngumpul sama keluarga besar tuh harusnya happy. Ini malah galau. Kenapa? Alan nembak kamu lagi?”

“Ah, kalo dia mah emang suka bercanda. Nggak pernah aku pikirin.”

“Terus, kamu mikirin apa?” tanya Belvina.

“Mikirin Chilton,” jawab Delana lemas.

What!? Mikirin dia lagi?” Belvina membelalakkan matanya. “Please, Del! Move on, Baby!” tuturnya sambil mengusap pundak Delana.

“Ini bukan masalah move on atau nggak move on,” sahut Delana.

Belvina mengernyitkan dahinya. “Terus?”

“Masalahnya ada di Ratu,” bisik Delana.

Belvina langsung menoleh kanan kiri untuk memastikan tidak ada yang menguping pembicaraan mereka. “Kenapa sama dia?” tanyanya berbisik.

Delana langsung menarik kepala Belvina dan membisikkan sesuatu.

“What!?” seru Belvina.

Delana menatap tajam ke arah Belvina. “Nanti kita bicarain lagi di asrama aja,” bisiknya.

“Aku juga sering lihat dia ketemu sama cowok lain di asrama,” bisik Belvina.

Delana mengangkat kedua alisnya. “Bener-bener tuh anak,” tutur Delana sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Sepulang dari kampus, Delana langsung ke asrama. Ia ingin membicarakan banyak hal bersama sahabatnya.

“Bel, menurut kamu si Ratu tuh serius nggak sih sama Chilton?” tanya Delana saat ia sudah ada di dalam kamar.

“Aku kurang tahu juga,” jawab Belvina.

“Kamu kan sekamar sama dia. Masa kamu nggak tahu?”

“Yah, aku tahu dia sering ngobrol sama cowok lain. Tapi, aku positif thinking aja. Bisa jadi itu temennya atau sodaranya.”

“Hmm ... iya juga sih. Mungkin aku yang terlalu berprasangka buruk sama dia.”

“Eh, wait!” Belvina bangkit dari duduknya. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju jendela kamar dan membukanya. “Kalo dia ketemu sama cowok lain, kita bisa lihat dari sini,” tutur Belvina sambil menatap pintu gerbang dan halaman asrama. Kamar mereka berada di lantai dua sehingga bisa melihat dengan leluasa tanpa terlihat.

Delana melompat dari atas ranjang. Ia langsung menghampiri Belvina yang berdiri di depan jendela kamar.

“Bel, menurut kamu, aku harus gimana, ya?” tanya Delana.

“Gimana apanya?”

“Aku kasih tau Chilton atau enggak soal Ratu?” tanya Delana.

“Nggak usah dulu sebelum kita dapet kepastian. Cowok yang bareng Ratu itu pacarnya atau bukan,” jawab Belvina.

“Hmm ... iya juga sih. Tapi, aku nggak tega lihat Chilton dipermainkan kayak gini.”

“Kenapa? Kamu masih cinta sama Chilton?” dengus Belvina.

Delana menghela napas. Ia menyandarkan tubuhnya pada daun jendela. “Kamu kan tahu kalau aku bener-bener cinta sama dia. Banyak hal yang udah aku lakuin demi dia. Apa kamu pikir aku bisa lupa gitu aja?”

Belvina menatap Delana yang mulai murung. “Iya, aku tahu. Sabar ya! Suatu saat kamu bakal lupa kalo kamu udah nggak lihat dia lagi atau punya pengganti lain. Seperti aravin.”

Delana langsung melirik tajam ke arah Belvina.  “Nggak usah sebut-sebut nama dia lagi!”

“Nggak sengaja,” sahut Belvina pelan.

Delana menghela napas. Ia membuang pandangannya ke luar jendela.

Tak sengaja, mata Delana menangkap dua sosok muda-mudi yang sedang bercerangkama begitu akrab.

Ratu dan cowok pemilik chevrolet kuning itu tampaknya memiliki hubungan yang tidak biasa.

“Aku bilang apa, baru aja diceritain udah nongol aja,” celetuk Belvina.

“Dia sering kayak gitu, Bel?” tanya Delana tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh Ratu.

Belvina menganggukkan kepala.

“Aku tahu, Chilton bukan tipe cowok yang bisa berlama-lama bicara kayak dia gini. Mereka ngomongin apaan sih? Kok, lama banget si Ratu nggak naik-naik?” tutur Delana.

Belvina mengedikkan bahunya.

Delana menghela napas. Ia masih menatap Ratu yang mengobrol dengan laki-laki lain.

Ratu terlihat melangkahkan kaki memasuki gedung asrama, tapi laki-laki yang mengobrol dengannya tak kunjung pergi.

Belvina dan Delana langsung melompat ke atas ranjang. Mereka tak ingin Ratu mengetahui kalau mereka sedang memata-matai Ratu.

“Del, bunga apa yang nggak bisa layu meskipun udah nggak ada akar sama daunnya?” tanya Belvina. Ia memberikan tebak-tebakkan untuk mengalihkan perhatian mereka agar Ratu tak curiga saat masuk ke kamar.

“Hmm ... bunga apa ya?” tanya Delana sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan Ratu langsung masuk kamar.

“Hai, kalian udah di sini?” sapa Ratu.

Delana dan Belvina hanya tersenyum menanggapi sapaan Ratu.

“Cepet jawab!” pinta Belvina sambil menepuk paha Delana.

“Nggak bisa, Bel. Pertanyaanya susah banget,” sahut Delana.

“Nyerah ya?”

“Nggak, ah!”

“Yah, apa jawabannya?”

“Nggak tau.”

“Bilang aja nyerah!”

“Iya, oke. Aku nyerah. Jawabannya apa?”

“Bunga bank!” seru Belvina.

“Astaga! Aku kok nggak kepikiran ya?”

Belvina tertawa terbahak-bahak. “Sekarang gantian, kamu yang ngasih tebakannya!”

“Hmm ... apa ya?” Delana mengetuk-ngetuk dagunya.

“Kalian mainan apa sih? Kayaknya seru banget?” tanya Ratu. Ia menatap Delana dan Belvina sejenak kemudian melanjutkan aktivitasnya. Ratu terlihat sibuk memilih pakaian.

“Mau jalan?” tanya Belvina pada Ratu.

Ratu menganggukkan kepala sambil tersenyum.

“Jalan sama Chilton?” tanya Belvina lagi.

“Iya, dong.”

“Oh.” Belvina mengangguk-anggukkan kepala. Ia mengerti kalau Ratu sedang berusaha menutupi identitas cowok yang bersamanya.

Delana bengong sambil menatap Ratu yang mulai memoles make up di wajahnya.

“Cepet, Del!” pinta Belvina sambil menepuk paha Delana.

“Aku bingung, Bel,” sahut Delana tanpa mengalihkan pandangannya dari Ratu.

“Bingung kenapa sih? Biasanya kamu yang paling pinter main tebak-tebakan,” tutur Belvina.

“Kehabisan bahan. Main yang lain aja!” pinta Delana.

“Idih, culas!” dengus Belvina.

“Culas apanya sih? Ganti, ganti!” sahut Delana.

“Main apaan lagi?” tanya Belvina.

“ABC Lima dasar aja,” jawab Delana.

“Ogah, ah! Kayak anak kecil.”

“Truth or Dare?” tanya Delana.

“Mana enak kalo cuma main berdua doang.”

“Enaknya kita makan berdua aja,” tutur Delana.

“Nah, kalo yang ini aku mau. Mau makan apa kita?” tanya Belvina.

“Kamu maunya makan apa?”

“Hmm ... makan apa aja. Yang penting ditraktir!” seru Belvina.

“Huu ... maunya yang gratisan mulu!”

“Hehehe.”

“Kita ke Cabai Merah aja yuk!” ajak Delana.

“Boleh.”

“Ya udah, siap-siap dah!” pinta Delana.

“Kamu sendiri?”

“Aku mah gini aja udah cukup. Nggak usah dandan juga udah cantik,” sahut Delana penuh percaya diri.

“Percaya!” Belvina mengangguk-anggukkan kepalanya.

Delana hanya tersenyum sambil melirik Ratu yang sudah bersiap keluar dari kamar.

“Aku pergi dulu ya!” pamit Ratu.

Delana dan Belvina menganggukkan kepala.

Ratu bergegas pergi meninggalkan dua orang yang sedang asyik bercengkerama.

Delana dan Belvina saling pandang. Mereka melompat mendekati jendela dan menatap cowok yang sejak tadi bersama dengan Ratu. Cowok itu masih menunggunya di sana.

“Ayo, kita ikutin ke mana mereka pergi!” pinta Delana.

Belvina mengangguk. Ia langsung mencari kunci sepeda motornya dan mereka pun bergegas keluar dari kamar.

“Bel, jangan sampe kita ketahuan ngikutin mereka,” bisik Delana.

Belvina mengangguk. “Kita bersikap santai aja. Seolah-olah kita memang ada keperluan lain.”

Delana tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Setelah Ratu masuk ke dalam mobil chevrolet kuning itu, Belvina dan Delana langsung berlari ke parkiran dan menaiki sepeda motor Belvina.

“Cepetan, Bel! Ntar kita kehilangan jejak,” tutur Delana.

“Tenang aja. Mobil itu terlalu menyolok dari lainnya. Kita pasti mudah nemuinnya.”

“Bagus deh.”

Belvina tersenyum. Ia menyalakan mesin sepeda motornya dan bergegas mengikuti mobil chevrolet kuning yang membawa Ratu. Mobil itu masuk ke salah satu pusat perbelanjaan.

Delana dan Belvina terus mengikuti langkah mereka dari kejauhan. Ratu menggandeng cowok itu dengan mesra.

Delana langsung mengeluarkan ponsel dan mengambil beberapa adegan mesra antara Ratu dan cowok itu.

Ratu masuk ke dalam salah satu toko tas branded. Cowok itu juga membelikan tas untuk Ratu.

Mulut Delana menganga begitu melihat Ratu keluar sambil menenteng paper bag berisi tas branded yang baru saja mereka beli.

“Fotoin, Del! Malah ngelamun.” Belvina menyikut Delana.

Delana gelagapan dan langsung mengintai dengan kamera ponselnya.

“Kalo Chilton lihat ini, dia pasti bakal percaya sama aku,” tutur Delana.

“Gimana kalo dia tetep percaya sama Ratu? Ratu itu pandai bersilat lidah dan memutar balikkan fakta,” tutur Belvina.

“Itu terserah dia. Yang penting aku sudah berbaik hati ngasih tahu dia siapa sebenarnya Ratu.”

Belvina tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

“Sekarang kita ngapain lagi? Ngikutin mereka terus?” tanya Belvina.

“Laper, mending kita cari makan aja, yuk!” ajak Delana.

“Ayo! Dengan senang hati ...”

Mereka melenggang menuju salah satu restoran cepat saji. Mereka percaya bahwa hubungan yang dijalani bukan karena saling cinta, pasti tidak akan bertahan lama. Cepat atau lambat, Chilton akan mengetahui bagaimana kelakuan Ratu yang sebenarnya.

***

Delana sudah mengumpulkan beberapa bukti kalau Ratu hanya mempermainkan Chilton. Tapi, ia masih menunggu waktu yang tepat untuk membicarakannya pada cowok itu. Di kampus, ia tak mungkin bisa memberitahukan Chilton karena cowok itu selalu bersama dengan Ratu.

Tiba-tiba ponsel Delana berbunyi. Alarm menunjukkan kalau ia harus berangkat ke tempat les secepatnya.

Delana langsung tersenyum sumringah. Kebetulan, hari ini juga Chilton ada jadwal mengajar. Artinya, ia punya banyak waktu untuk membicarakan hubungan Chilton dan Ratu dengan leluasa.

Delana langsung bersiap untuk pergi mengajar. Ia memoles bedak dan lipstik tipis ke wajahnya.

Delana menghela napas sambil menatap dirinya di depan cermin. Ia mengambil salah satu tasnya dari dalam lemari kaca. Delana memasukkan dompet dan ponsel ke dalam tas. Ia langsung menyambar kunci motor yang ia letakkan di atas meja.

Delana bergegas turun dari kamarnya. “Dek, Kakak berangkat ngajar. Jangan lupa makan ya!” teriak Delana pada Bryan yang sedang asyik menonton televisi di ruang keluarga.

“Iya, Kak. Sampe malam?” tanya Bryan.

Delana menganggukkan kepala. “Kalo makanannya gak cukup, delivery aja ya!” pinta Delana.

Bryan menganggukkan kepala.

Delana langsung menyambar helm yang ia letakkan tak jauh dari meja televisi. Ia bergegas pergi ke tempat kursus.

***           

“Hai, Kak Dela!” sapa beberapa murid yang kebetulan berpapasan dengan Delana.

Delana tersenyum sambil membalas sapaan mereka. Ia langsung masuk ke dalam kelas seperti biasa.

Sore ini, Delana mengajar les untuk anak-anak SD seperti biasa. Sambil menunggu Chilton tiba, karena jadwal Chilton mengajar adalah jam delapan malam. Kebetulan, hari ini Delana juga ada jadwal mengajar dari jam delapan sampai sembilan malam.

Setelah jam pelajaran Delana habis. Ia menunggu Chilton datang. Ia duduk di lobi seperti biasa.

Beberapa menit kemudian, yang ditunggi datang. Delana langsung menghadang Chilton di pintu masuk.

“Ada apa?” Chilton mengernyitkan dahi melihat Delana tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” jawab Delana.

“Oh. Ngomong aja!” pinta Chilton sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Nggak di sini,” tutur Delana. Ia menarik lengan Chilton dan mengajaknya untuk bicara empat mata di balkon lantai dua.

“Mau ngomong apa?” tanya Chilton begitu mereka sudah sampai di balkon.

“Ini soal Ratu.”

Chilton mengernyitkan dahinya. “Kenapa dia?”

“Dia itu nggak tulus sayang sama kamu. Dia cuma mau manfaatin kamu doang,” jawab Delana sambil menatap wajah Chilton.

“Oh, ya? Kamu tahu dari mana kalo dia nggak tulus sama aku? Selama ini hubungan kami baik-baik aja.”

“Tadi pagi aku lihat Ratu berangkat ke kampus diantar sama cowok lain naik chevrolet kuning. Dia juga jalan sama cowok itu dan cowok itu beliin dia tas branded,” tutur Delana.

“Kamu nggak usah ngada-ngada!”

“Aku nggak ngada-ngada, aku punya buktinya.” Delana merogoh saku bajunya. Tapi, ia tidak mendapati ponselnya. Ia meraba beberapa kantong lain dan ia tersadar kalau ponselnya tertinggal di kelas.

“Del, kamu sama dia itu temenan. Selama aku jalan sama dia, dia nggak pernah jelek-jelekin kamu sama sekali. Kenapa kamu malah jelek-jelekin dia di depan aku!?” sentak Chilton.

Delana terkejut karena Chilton tiba-tiba membentaknya. Ia terpaku dan tidak bisa menjawab pertanyaan dari Chilton.

“Kenapa diam!?” tanya Chilton.

“Mmh ...” Pikiran Delana masih sibuk mencari kalimat yang tepat untuk dikatakan pada Chilton.

“Oh .. aku tahu. Kamu cuma mau bikin pembelaan diri kamu dengan ngatain orang lain, hah!?”

“Maksud kamu?” tanya Delana bingung.

“Bukannya kamu juga sering dijemput sama cowok pakai mobil?” tanya Chilton sambil menatap tajam ke arah Delana.

Delana terpaku mendengar pertanyaan dari Chilton. Ia sama sekali tak menyangka kalau selama ini Chilton memerhatikannya, bahkan soal cowok yang menjemputnya di kampus.

“Kenapa diam? Bener 'kan?” tanya Chilton. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Delana. Membuat Delana semakin gugup dan tidak bisa berbicara apa-apa.

Chilton tertawa sinis. “Kamu sendiri dijemput pakai mobil Porsche. Dia pasti cowok yang kaya raya, kan?” tanya Chilton.

Delana terdiam beberapa saat. “Aku ...”

“Apa?” tanya Chilton menatap tajam ke arah Delana.

Delana gelagapan menadapati tatapan mata Chilton. “Eh!? Yah, terserah aku mau dijemput sama cowok mana aja? Aku nggak punya hubungan sama siapa pun!” seru Delana.

“Oh, jadi kalo nggak punya hubungan sama siapa pun, kamu bebas gonta-ganti cowok?”

“Aku nggak gonta-ganti cowok!”

“Nggak apanya? Jelas-jelas kamu nolak cinta dari pengusaha kaya raya itu. Besoknya kamu udah didatangin sama cowok yang jauh lebih muda, tampan dan pakai mobil mewah. Kamu bahkan dengan senang hati nemenin dia main basket. Setelah itu, kamu masih juga dijemput sama cowok yang pakai mobil Porsche itu. Kamu dengan senang hati pelukan sama dia. Kamu ini jadi cewek murahan banget!”

PLAK!

Delana langsung menampar pipi Chilton begitu ia mendengar kata ‘cewek murahan’ keluar dari mulut cowok yang pernah ia cintai. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Chilton akan mengatakan hal itu.

Chilton langsung memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan dari Delana. Bahunya naik turun menahan emosi, ia tidak bisa mengendalikan perasaannya sehingga tanpa sengaja mengucapkan kalimat yang tak sepantasnya ia ucapkan pada Delana.

Mata Delana berkaca-kaca menatap Chilton. “Kamu nggak tahu apa-apa soal aku. Beraninya kamu ngatain aku cewek murahan, hah!?” seru Delana sambil mendorong dada Chilton.

“Aku tahu semuanya,” sahut Chilton sambil menahan emosi.

“Tahu apa? Hah!?”

“Kamu ...”

“Iya, aku emang cewek murahan! Puas kamu!?” teriak Delana, tanpa ia sadari air matanya jatuh berderai.

Chilton terpaku melihat Delana tiba-tiba meneteskan air mata dalam emosinya.

“Del ...!” Chilton meraih lengan Delana.

Delana menepis tangan Chilton dengan kasar. “Kamu nggak pernah tahu, berapa banyak air mataku yang jatuh buat kamu. Kamu nggak pernah sadar, berapa banyak cinta yang udah aku kasih ke kamu. Bahkan aku rela ngorbanin perasaan aku sendiri supaya aku bisa lihat kamu bahagia sama orang lain,” tutur Delana sambil menghapus tetesan air mata di pipinya.

“Aku ngelakuin ini buat kamu. Aku tahu kalau Ratu nggak tulus mencintai kamu. Aku cuma pengen kamu bener-bener bisa nemuin cewek yang sayang sama kamu apa adanya. Kalau aku nggak bisa ada di samping kamu, setidaknya ada yang lebih baik dari aku. Lihat kamu bahagia, aku udah bahagia,” tutur Delana.

Chilton terdiam. Ia masih tidak mengerti apakah Delana berkata jujur atau tidak. Sebab, ia seringkali melihat Delana bersama cowok lain.

“Aku udah bahagia sama Ratu. Jadi, jangan ganggu hubungan kami!” pinta Chilton.

“What!? Ganggu!?” Delana masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Chilton. Ia ingin menyelamatkan Chilton tapi malah dianggap sebagai pengganggu.

Chilton tersenyum sinis. “Aku bisa lihat dengan mataku sendiri, siapa kamu sebenarnya. Kamu nggak perlu ngelakuin pembelaan sampe kayak gini. Kamu sampe tega ngejelek-jelekin temen kamu sendiri.”

Delana mengepalkan tangannya. “Kamu tuh bener-bener ...?” Delana menunjuk hidung Chilton. Ia menahan emosi karena semakin ia banyak bicara, cowok itu semakin menyebalkan.

Chilton menurunkan tangan Delana perlahan. “Kamu nggak perlu repot-repot ngurusin hubungan aku sama Ratu. Kamu urus aja diri kamu sendiri dan cowok-cowok kamu yang kaya raya itu!” dengus Chilton, ia langsung bergegas pergi meninggalkan Delana.

Delana mengerutkan hidungnya menahan emosi. “Cowok bodoh!” makinya sambil menatap tubuh Chilton yang semakin menjauh.

Delana membalikkan tubuhnya dan memejamkan mata. “Iih ... bodoh ... bodoh ... bodoh!” Delana memukul-mukul kepalanya sendiri.

“Kenapa sih aku kayak gini? Lagian, kenapa dia nggak percaya sama aku? Aku tuh kayak gini karena aku peduli sama dia. Ratu tuh nggak beneran cinta sama dia,” gumamnya. Ia mondar-mandir di balkon dan terus berbicara seorang diri.

Delana menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia masih saja tidak mengerti dengan jalan pikiran Chilton. Kenapa cowok itu mudah sekali untuk dibohongi dan dimanfaatkan oleh Ratu. Apa kecantikan Ratu telah menutup semua kelakuan buruknya di depan Chilton?

Delana menghela napas. Ia melangkahkan kakinya dan menuruni anak tangga.

“Hai, Kak!” sapa Randi yang sudah menunggu di ujung tangga.

“Eh!? Kamu dari kapan di sini?” tanya Delana.

“Dari tadi,” jawab Randi sambil memainkan kedua alisnya.

“Kamu nguping pembicaraan Kakak?” tanya Delana.

Randi tersenyum sambil memainkan kakinya. Kedua tangannya ia sembunyikan di dalam saku celananya.

Delana menghela napas. “Siapa yang ngajarin nguping pembicaraan orang lain?” tanya Delana.

Randi tertawa kecil. “Aku nggak sengaja.”

Delana merapatkan bibirnya. Ia langsung melangkahkan kaki kembali ke kelasnya.

Randi terus mengikuti langkah Delana dari belakang. Ia hanya ingin memastikan kalau gurunya akan baik-baik saja sampai di kelas.

“Kamu ngikutin saya?” tanya Delana begitu ia sampai di depan kelas.

“Lebih tepatnya menjaga,” jawab Randi sambil tersenyum.

Delana mengernyitkan dahinya. Ia masih tak paham dengan ucapan Randi. Delana mengedikkan bahunya dan langsung masuk ke dalam kelas.

Randi menatap Delana yang sudah duduk di kursi guru. Ia senang sekali melihat guru cantik itu. Tidak hanya Randi, hampir semua murid menyukai Delana karena ia adalah salah satu guru yang perhatian dan sayang pada murid-muridnya.

Mendengar pertengkaran antara Chilton dan Delana. Membuat Randi merasa kasihan pada Delana dan ingin sekali bisa menghibur gurunya agar tidak bersedih. Terlebih, yang dilakukan oleh Chilton pada Delana sudah sangat berlebihan menurutnya. Delana bukan hanya guru yang baik, dia juga wanita yang baik. Bahkan semua murid cewek di tempat kursus ingin sekali menjadi wanita seperti Delana.


((Bersambung...))

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas