“Yuna,
ini ada apa?” tanya Adjie sambil menghampiri Yuna.
Yuna
menghentakkan kaki sambil melepas kemeja dari tangannya. “Dia ngerebut kemeja
aku!” jawab Yuna sambil menunjuk wajah Bellina.
Adjie
menatap Bellina. “Mereka masih aja suka berebut seperti dua puluh tahun yang
lalu,” batinnya.
“Yuna,
masih banyak pakaian yang lain. Kamu pilih yang lain aja!” perintah Adjie.
Yuna
mengerutkan hidungnya. Ia sangat kesal dengan sikap Bellina. Ia benar-benar
tidak terima karena ia ingin membeli kemeja itu untuk Yeriko. Ia terus membuka
deretan pakaian yang tergantung di hanger stand dengan kasar.
“Mbak,
ada kemeja yang khusus buat suami saya?” tanya Yuna pada pelayan toko yang
mendampinginya dari belakang.
“Pak
Yeriko ya?”
Yuna
menganggukkan kepala sambil melirik ke arah Bellina dengan kesal.
“Sebentar,
saya tanyakan.”
“Oke.”
Yuna akhirnya tersenyum ke arah Bellina. Ia berharap, kemeja yang dipesan
khusus untuk suaminya sudah selesai dan ia bisa dengan mudahnya membuat hati
Bellina semakin panas.
“Bu
Fristi, ini kemeja pesanan Ibu. Kebetulan, baru aja sampai.” Pegawai toko
tersebut menyodorkan sebuah kemeja berwarna maroon ke arah Yuna.
Yuna
tersenyum menerimanya. Ia langsung menoleh ke arah Bellina yang berdiri tak
jauh darinya. “Kenapa? Mau ngerebut lagi?” tanya Yuna.
Bellina
mengunci mulutnya rapat-rapat. Tapi, dalam hati ia terus memaki Yuna tanpa
ampun.
Yuna
tersenyum sambil menghampiri Bellina. “Look at this!” pintanya sambil
menyodorkan kemeja itu ke wajah Bellina. “Udah ada nama Yeriko di kemeja ini.
Kalau kamu mau rebutan lagi sama aku. Pesan khusus buat suami kamu itu!” pinta
Yuna. “Murah, kok. Cuma lima juta,” lanjutnya sambil tersenyum.
Melan
dan Bellina membelalakkan matanya mendengar harga kemeja yang dibeli Yuna.
“Yang
ini harganya berapa?” tanya Melan sambil menunjuk kemeja yang ada di tangan
Bellina.
“Itu
sih murah. Nggak nyampe dua juta. Satu juta sembilan ratus sembilan puluh
sembilan!” sahut Yuna sambil menatap Bellina dan Melan yang terlihat khawatir.
“Kemeja
ini mahal banget?” gumam Bellina. Ia segera memperbaiki ekspresi wajahnya saat
menyadari ada Yuna di antara mereka.
Yuna
tersenyum sinis. “Bukannya, kamu itu istrinya orang kaya? Kenapa beli baju
masih harus mikir-mikir? Kamu belanja kayak gini harus izin ke Lian dulu?
Hahaha.”
Bellina
semakin kesal mendengar ucapan Yuna.
“Kamu
jangan asal kalau ngomong!” sentak Melan.
“Aku
nggak ngasal, Tante. Tante lihat aja! Anak Tante yang cantik ini, yang katanya
sudah menjadi menantu keluarga kaya. Masih takut menghabiskan uang suaminya.”
Yuna
tersenyum menatap Bellina. “Kenapa? Lian ngasih ke kamu kartu kredit yang
limit. Kalo Yeriko sih, ngasih aku kartu tanpa batas alias unlimited buat aku
bersenang-senang.”
Bellina
semakin iri dengan apa yang sudah didapatkan Yuna. Yuna, selalu mendapatkan
kebahagiaan. Sementara, ia tidak pernah mendapatkan cinta dari seorang
suami dan mama mertuanya.
“Nggak
usah pamer!” seru Melan. “Kamu bisa nikah sama Yeriko juga hasil dari jual
diri.”
Yuna
membelalakkan matanya. “Tante nggak ingat apa yang udah Tante lakuin ke aku?”
tanyanya sambil melirik Adjie. Ia tidak ingin perdebatan antara dirinya dan
saudaranya itu membuat Adjie menjadi tertekan.
Yuna
menarik napas panjang, ia segera melangkahkan kakinya menuju kasir.
“Mereka
itu sebenarnya siapa? Kenapa hubungan kalian terlihat sangat buruk?”
tanya Adjie.
“Bukan
siapa-siapa, Yah. Orang yang nggak penting sama sekali.”
Adjie
terdiam sambil menoleh ke arah Bellina dan Melan. Yuna selalu bilang kalau
keluarganya merawatnya dengan baik. Namun, melihat perseteruan Yuna dan
tantenya. Adjie bisa melihat kalau Melan memperlakukan Yuna sangat buruk.
Dari
kejauhan, Bellina terus memikirkan cara untuk melawan dan memperlakukan Yuna.
Ia melangkah mendekati Yuna penuh kekesalan. Ia langsung menjambak rambut Yuna
tanpa alasan.
“Kamu
udah gila ya, Bel!?” sentak Yuna sambil berbalik menatap Bellina.
Bellina
menatap geram ke arah Yuna. “Kamu itu nggak pantes buat dapetin ini semua.”
“Terus,
kamu ngerasa ini semua pantesnya cuma buat kamu?” tanya Yuna sambil tertawa
kecil. “Aku kasihan sama kamu, Bel. Kamu itu cuma dimanfaatin sama mama kamu
buat menghasilkan uang.”
Melan
naik pitam mendengar ucapan Yuna. “Anak nggak tahu diri. Kamu udah Tante
besarkan selama ini. Sekarang, malah ngata-ngatain Tante, hah!? Kamu nggak
ingat kamu yang dulu seperti apa?”
Yuna
tersenyum sinis. “Aku nggak akan pernah lupa gimana Tante memperlakukan aku
selama sebelas tahun ini. Aku juga nggak akan pernah lupa kalau Tante pernah
mau ngejual aku ke Oom-Oom hidung belang itu!”
Melan
mendelik ke arah Yuna. Ia melayangkan telapak tangannya ke wajah Yuna. Namun,
tindakannya itu terhenti saat sebuah tangan kekar mencengkeram pergelangan
tangannya.
“Yeriko?”
Yuna terkejut dengan kehadiran Yeriko yang muncul secara tiba-tiba seperti jin.
“Kamu!?”
Melan melotot ke arah Yeriko. Ia berusaha melepaskan tangannya.
Yeriko
tersenyum sinis. Ia menepis tangan Melan, kemudian merangkul pinggang Yuna agar
merapat ke tubuhnya. “Kalian nyerang istriku cuma karena rebutan pakaian?”
“Istri
kamu ini yang cari gara-gara duluan!” sahut Melan.
Yeriko
tersenyum sambil menatap Melan. “Oh ya? Kalau gitu, kalian boleh pilih pakaian
mana aja yang kalian mau. Aku akan bayarin semuanya.”
Yuna
mengerutkan dahi. Ia tak menyangka kalau Yeriko justru memberikan hadiah untuk
dua wanita itu.
Yeriko
menatap wajah Yuna. Ia bisa melihat dengan jelas kesedihan yang tergambar dari
wajah Yuna. Namun, ia tidak berniat menjelaskan apa pun.
Melan
tersenyum bahagia karena Yeriko kali ini tidak membela istrinya. Ia hanya perlu
menunggu Yuna dipermalukan di depan semua orang oleh suaminya sendiri.
Di
sebelah Melan, Bellina menatap wajah Yeriko penuh cinta. Ia merasa, hanya pria
sempurna seperti Yeriko yang layak bersanding dengan dirinya. Ia mulai
membayangkan kehidupan bahagianya kelak bersama dengan Yeriko.
Yuna
menatap Bellina dengan mata berapi-api. Ia sangat mengetahui kalau Bellina
menginginkan Yeriko. Tatapan mata Bellina benar-benar mengganggunya.
“Ayah
nggak kekurangan pakaian. Kamu nggak perlu berebut untuk Ayah!” pinta Adjie
sambil menatap Yuna.
“Dia
yang ngerebut semua barang-barangku lebih dulu, Yah.” Yuna menatap wajah
ayahnya. Kemudian beralih ke wajah Yuna yang masih murung.
“Tante,
Bellina ... kalian nggak mau belanja pakaian hari ini? Aku akan bayarin semua
pakaian yang kamu ambil.”
Bellina
dan Melan tersenyum penuh kemenangan. Mereka sangat bahagia mendapatkan
kesempatan untuk berbelanja sepuasnya.
Yeriko
tersenyum kecil. Ia merogoh ponsel dari saku celananya dan menelepon seseorang.
“Lakukan sekarang!” perintahnya.
Beberapa
menit kemudian, Melan dan Bellina mengetahui dari penjaga toko kalau brand toko
tersebut sudah selesai diakuisisi oleh Galaxy Group.
“Apa!?”
Melan dan Bellina membelalakkan matanya. Mereka tidak percaya kalau Yeriko bisa
mengambil alih dalam waktu singkat. Mereka tidak punya pilihan lain selain
menerima kenyataan bahwa brand toko tersebut sudah sudah dimiliki oleh
Yeriko.
Yuna
juga tak kalah tercengang. Ia masih tidak percaya kalau Yeriko bisa
mengakuisisi sebuah brand hanya dengan satu panggilan saja. “Oh, My God! Ini
bukan mimpi, kan?” batin Yuna sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
Yeriko
tersenyum kecil. Ia ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh Melan dan
Bellina selanjutnya.
((
Bersambung ... ))
Thanks
for Big support, you’re my booster.
Big
Love,
@vellanine.tjahjadi
.png)
0 komentar:
Post a Comment