Saturday, October 18, 2025

Perfect Hero Bab 309 : Kemeja untuk Yeriko

 


“Yuna, ini ada apa?” tanya Adjie sambil menghampiri Yuna.

Yuna menghentakkan kaki sambil melepas kemeja dari tangannya. “Dia ngerebut kemeja aku!” jawab Yuna sambil menunjuk wajah Bellina.

Adjie menatap Bellina. “Mereka masih aja suka berebut seperti dua puluh tahun yang lalu,” batinnya.

“Yuna, masih banyak pakaian yang lain. Kamu pilih yang lain aja!” perintah Adjie.

Yuna mengerutkan hidungnya. Ia sangat kesal dengan sikap Bellina. Ia benar-benar tidak terima karena ia ingin membeli kemeja itu untuk Yeriko. Ia terus membuka deretan pakaian yang tergantung di hanger stand dengan kasar.

“Mbak, ada kemeja yang khusus buat suami saya?” tanya Yuna pada pelayan toko yang mendampinginya dari belakang.

“Pak Yeriko ya?”

Yuna menganggukkan kepala sambil melirik ke arah Bellina dengan kesal.

“Sebentar, saya tanyakan.”

“Oke.” Yuna akhirnya tersenyum ke arah Bellina. Ia berharap, kemeja yang dipesan khusus untuk suaminya sudah selesai dan ia bisa dengan mudahnya membuat hati Bellina semakin panas.

“Bu Fristi, ini kemeja pesanan Ibu. Kebetulan, baru aja sampai.” Pegawai toko tersebut menyodorkan sebuah kemeja berwarna maroon ke arah Yuna.

Yuna tersenyum menerimanya. Ia langsung menoleh ke arah Bellina yang berdiri tak jauh darinya. “Kenapa? Mau ngerebut lagi?” tanya Yuna.

Bellina mengunci mulutnya rapat-rapat. Tapi, dalam hati ia terus memaki Yuna tanpa ampun.

Yuna tersenyum sambil menghampiri Bellina. “Look at this!” pintanya sambil menyodorkan kemeja itu ke wajah Bellina. “Udah ada nama Yeriko di kemeja ini. Kalau kamu mau rebutan lagi sama aku. Pesan khusus buat suami kamu itu!” pinta Yuna. “Murah, kok. Cuma lima juta,” lanjutnya sambil tersenyum.

Melan dan Bellina membelalakkan matanya mendengar harga kemeja yang dibeli Yuna.

“Yang ini harganya berapa?” tanya Melan sambil menunjuk kemeja yang ada di tangan Bellina.

“Itu sih murah. Nggak nyampe dua juta. Satu juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan!” sahut Yuna sambil menatap Bellina dan Melan yang terlihat khawatir.

“Kemeja ini mahal banget?” gumam Bellina. Ia segera memperbaiki ekspresi wajahnya saat menyadari ada Yuna di antara mereka.

Yuna tersenyum sinis. “Bukannya, kamu itu istrinya orang kaya? Kenapa beli baju masih harus mikir-mikir? Kamu belanja kayak gini harus izin ke Lian dulu? Hahaha.”

Bellina semakin kesal mendengar ucapan Yuna.

“Kamu jangan asal kalau ngomong!” sentak Melan.

“Aku nggak ngasal, Tante. Tante lihat aja! Anak Tante yang cantik ini, yang katanya sudah menjadi menantu keluarga kaya. Masih takut menghabiskan uang suaminya.”

Yuna tersenyum menatap Bellina. “Kenapa? Lian ngasih ke kamu kartu kredit yang limit. Kalo Yeriko sih, ngasih aku kartu tanpa batas alias unlimited buat aku bersenang-senang.”

Bellina semakin iri dengan apa yang sudah didapatkan Yuna. Yuna, selalu mendapatkan kebahagiaan. Sementara, ia tidak pernah mendapatkan cinta dari  seorang suami dan mama mertuanya.

“Nggak usah pamer!” seru Melan. “Kamu bisa nikah sama Yeriko juga hasil dari jual diri.”

Yuna membelalakkan matanya. “Tante nggak ingat apa yang udah Tante lakuin ke aku?” tanyanya sambil melirik Adjie. Ia tidak ingin perdebatan antara dirinya dan saudaranya itu membuat Adjie menjadi tertekan.

Yuna menarik napas panjang, ia segera melangkahkan kakinya menuju kasir.

“Mereka itu sebenarnya siapa? Kenapa  hubungan kalian terlihat sangat buruk?” tanya Adjie.

“Bukan siapa-siapa, Yah. Orang yang nggak penting sama sekali.”

Adjie terdiam sambil menoleh ke arah Bellina dan Melan. Yuna selalu bilang kalau keluarganya merawatnya dengan baik. Namun, melihat perseteruan Yuna dan tantenya. Adjie bisa melihat kalau Melan memperlakukan Yuna sangat buruk.

 

Dari kejauhan, Bellina terus memikirkan cara untuk melawan dan memperlakukan Yuna. Ia melangkah mendekati Yuna penuh kekesalan. Ia langsung menjambak rambut Yuna tanpa alasan.

 

“Kamu udah gila ya, Bel!?” sentak Yuna sambil berbalik menatap Bellina.

Bellina menatap geram ke arah Yuna. “Kamu itu nggak pantes buat dapetin ini semua.”

“Terus, kamu ngerasa ini semua pantesnya cuma buat kamu?” tanya Yuna sambil tertawa kecil. “Aku kasihan sama kamu, Bel. Kamu itu cuma dimanfaatin sama mama kamu buat menghasilkan uang.”

Melan naik pitam mendengar ucapan Yuna. “Anak nggak tahu diri. Kamu udah Tante besarkan selama ini. Sekarang, malah ngata-ngatain Tante, hah!? Kamu nggak ingat kamu yang dulu seperti apa?”

Yuna tersenyum sinis. “Aku nggak akan pernah lupa gimana Tante memperlakukan aku selama sebelas tahun ini. Aku juga nggak akan pernah lupa kalau Tante pernah mau ngejual aku ke Oom-Oom hidung belang itu!”

Melan mendelik ke arah Yuna. Ia melayangkan telapak tangannya ke wajah Yuna. Namun, tindakannya itu terhenti saat sebuah tangan kekar mencengkeram pergelangan tangannya.

“Yeriko?” Yuna terkejut dengan kehadiran Yeriko yang muncul secara tiba-tiba seperti jin.

“Kamu!?” Melan melotot ke arah Yeriko. Ia berusaha melepaskan tangannya.

Yeriko tersenyum sinis. Ia menepis tangan Melan, kemudian merangkul pinggang Yuna agar merapat ke tubuhnya. “Kalian nyerang istriku cuma karena rebutan pakaian?”

“Istri kamu ini yang cari gara-gara duluan!” sahut Melan.

Yeriko tersenyum sambil menatap Melan. “Oh ya? Kalau gitu, kalian boleh pilih pakaian mana aja yang kalian mau. Aku akan bayarin semuanya.”

Yuna mengerutkan dahi. Ia tak menyangka kalau Yeriko justru memberikan hadiah untuk dua wanita itu.

Yeriko menatap wajah Yuna. Ia bisa melihat dengan jelas kesedihan yang tergambar dari wajah Yuna. Namun, ia tidak berniat menjelaskan apa pun.

Melan tersenyum bahagia karena Yeriko kali ini tidak membela istrinya. Ia hanya perlu menunggu Yuna dipermalukan di depan semua orang oleh suaminya sendiri.

Di sebelah Melan, Bellina menatap wajah Yeriko penuh cinta. Ia merasa, hanya pria sempurna seperti Yeriko yang layak bersanding dengan dirinya. Ia mulai membayangkan kehidupan bahagianya kelak bersama dengan Yeriko.

Yuna menatap Bellina dengan mata berapi-api. Ia sangat mengetahui kalau Bellina menginginkan Yeriko. Tatapan mata Bellina benar-benar mengganggunya.

“Ayah nggak kekurangan pakaian. Kamu nggak perlu berebut untuk Ayah!” pinta Adjie sambil menatap Yuna.

“Dia yang ngerebut semua barang-barangku lebih dulu, Yah.” Yuna menatap wajah ayahnya. Kemudian beralih ke wajah Yuna yang masih murung.

 “Tante, Bellina ... kalian nggak mau belanja pakaian hari ini? Aku akan bayarin semua pakaian yang kamu ambil.”

Bellina dan Melan tersenyum penuh kemenangan. Mereka sangat bahagia mendapatkan kesempatan untuk berbelanja sepuasnya.

Yeriko tersenyum kecil. Ia merogoh ponsel dari saku celananya dan menelepon seseorang. “Lakukan sekarang!” perintahnya.

 

Beberapa menit kemudian, Melan dan Bellina mengetahui dari penjaga toko kalau brand toko tersebut sudah selesai diakuisisi oleh Galaxy Group.

“Apa!?” Melan dan Bellina membelalakkan matanya. Mereka tidak percaya kalau Yeriko bisa mengambil alih dalam waktu singkat. Mereka tidak punya pilihan lain selain menerima kenyataan bahwa brand toko  tersebut sudah sudah dimiliki oleh Yeriko.

Yuna juga tak kalah tercengang. Ia masih tidak percaya kalau Yeriko bisa mengakuisisi sebuah brand hanya dengan satu panggilan saja. “Oh, My God! Ini bukan mimpi, kan?” batin Yuna sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

Yeriko tersenyum kecil. Ia ingin melihat  apa yang akan dilakukan oleh Melan dan Bellina selanjutnya.

 

(( Bersambung ... ))

 

Thanks for Big support, you’re my booster.

 

Big Love,

@vellanine.tjahjadi

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas