Chilton lebih banyak menghabiskan waktunya di asrama sejak ia dekat dengan Ratu. Ia tidak punya keinginan untuk pulang ke rumah apalagi mengenalkan Ratu pada mamanya. Ia tidak ingin mendapat pertanyaan dari mamanya karena membawa wanita yang berbeda.
Chilton seringkali membandingkan Ratu dan Delana. Di matanya saat ini, hanya ada hal negatif tentang Delana. Ia sama sekali tak habis pikir kenapa cewek seperti Delana justru senang berganti dan memainkan perasaan cowok.
Yang ada di kepalanya, cewek yang baik saat ini hanya Ratu. Ratu selalu ada di saat ia perlukan dan sama sekali tidak pernah marah walau ia masih sering memikirkan Delana.
Tiba-tiba ponsel Chilton berdering. Ia menatap layar ponsel dan melihat nama Ratu sedang memanggil.
Chilton tersenyum. “Panjang umur, baru juga dipikirin, udah nelpon aja,” celetuknya.
Chilton langsung menjawab panggilan telepon dari Ratu. “Halo ... kenapa?” tanya Chilton.
“Kamu di mana?” tanya Ratu.
“Di asrama. Kenapa?”
“Bisa ketemu?”
“Kapan?”
“Sekarang.”
“Di mana?” tanya Chilton.
“Di taman depan asrama kamu,” jawab Ratu.
“Oke. Aku ke sana sekarang.” Chilton langsung mematikan panggilan teleponnya dan bergegas keluar dari asrama. Ia melangkahkan kakinya menuju taman yang ada di dekat asrama tempat tinggalnya.
Di kursi taman, Ratu sudah menunggu Chilton.
Chilton menatap Ratu dari kejauhan. “Dela ...!” panggilnya berbisik. Chilton langsung mengerjapkan matanya ketika ia melihat gadis yang duduk di kursi taman itu seperti Delana. Padahal, sudah jelas kalau gadis yang sedang menunggunya adalah Ratu.
Chilton melangkahkan kakinya perlahan dan langsung duduk di samping Ratu. “Udah lama nunggu?” tanya Chilton.
Ratu menggelengkan kepala. “Baru aja, kok.”
“Kenapa ngajak ketemu?” tanya Chilton.
“Nggak papa. Kangen aja sama kamu.”
Chilton tertawa kecil. “Bukannya tadi siang baru ketemu di kampus?” tanya Chilton.
“Iya, sih. Tapi, nggak tahu kenapa aku tiba-tiba kangen sama kamu. Apa ini yang namanya cinta?” tanya Ratu.
Chilton menaikkan kedua alisnya sambil menatap Ratu. “Cinta?” tanya Chilton.
Ratu mengangguk sambil tersenyum. “Setelah banyak hal yang udah kita lewati bareng, emangnya kamu nggak punya perasaan lebih sama aku?” tanya Ratu.
“Eh!?”
“Kamu selalu ada kapan pun aku butuh kamu. Apa kamu masih nggak mau jujur sama perasaan kamu?” tanya Ratu penuh percaya diri. Ia sangat percaya kalau Chilton juga mencintainya dan ia tidak ingin memiliki hubungan menggantung berlama-lama.
“Aku ...”
Ratu mengangkat kedua alisnya. Ia menatap serius wajah Chilton. Menunggu cowok itu mengatakan cinta kepada dirinya.
Chilton balas menatap Ratu. Ia tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Sebab ia sendiri tidak yakin kalau ia mencintai Ratu. Tapi, dia terbiasa bersama Ratu dan ia tidak ingin mengecewakan gadis itu seperti ia mengecewakan Delana.
“Mmh ... aku boleh tanya sesuatu sama kamu?” tanya Chilton.
“Boleh. Tanya aja!”
“Kalau ada cowok lain yang lebih ganteng dari aku, apa kamu bakal suka sama dia juga?” tanya Chilton.
Ratu tergelak mendengar pertanyaan Chilton.
“Kenapa ketawa?” tanya Chilton heran.
“Pertanyaanmu itu konyol!” sahut Ratu sambil tertawa. “Ganteng dan cantik itu relatif. Mungkin banyak di luar sana cowok yang lebih ganteng dari kamu menurut orang lain. Tapi, di mataku ... kamu tetep yang paling ganteng dan paling baik sedunia,” jelas Ratu.
Chilton tersenyum mendengar pujian dari Ratu.
“Kalo pertanyaannya dibalik, kamu bakal jawab apa?” tanya Ratu.
Chilton tersenyum. “Kamu yang paling cantik di dunia.”
“Ah, kamu bisa aja!” tutur Ratu tersipu.
“Emangnya, kamu mau punya pacar kayak aku?” tanya Chilton.
“Loh? Kenapa nggak mau?”
“Aku punya banyak kekurangan.”
“Cinta itu saling melengkapi kekurangan. Bukan mencari kelebihan. Aku juga punya banyak kekurangan” sahut Ratu.
“Makasih ya! Kamu udah banyak ngertiin aku.” Chilton meraih telapak tangan Ratu dan menggenggamnya. “Kamu mau jadi pacar aku?” tanya Chilton sambil mencium tangan Ratu.
Ratu tersenyum girang saat Chilton mengecup punggung tangannya. “Mau!” jawab Ratu tanpa pikir panjang.
Malam itu menjadi malam yang panjang bagi Chilton dan Ratu. Karena mereka memilih merayakan hari jadian mereka dengan berkeliling kota. Semuanya terasa indah. Impian Ratu untuk mendapatkan cinta dari Chilton akhirnya terwujud.
***
Chilton dan Ratu resmi berpacaran. Ini membuat seisi kampus heboh. Semua mahasiswa mengetahui hal itu, tak terkecuali Delana.
Delana hanya memilih berdiam diri di dalam kelas. Ia sama sekali tidak semangat untuk keluar karena semua orang membicarakan Ratu dan Chilton. Ini membuat hatinya benar-benar terluka.
Selama setengah tahun ia dan Chilton bersama, tak membuat Chilton membuka hati untuk mencintainya. Ratu yang baru mengenalnya dalam hitungan minggu, kini sudah resmi menjadi kekasih Chilton.
Delana menjatuhkan wajahnya ke atas meja. Ia membenamkan wajahnya dalam-dalam dan tak ingin satu orang pun tahu kalau ia adalah satu-satunya orang yang terluka mendengar berita tentang dua sejoli itu.
“Del ... sabar, ya!” Belvina mengelus-ngelus pundak Delana.
“Aku nggak papa,” sahut Delana lirih.
“Ya udah, tunjukin kalo kamu baik-baik aja! Jangan kayak gini!” pinta Belvina.
Delana langsung mengangkat kepalanya. “Kamu bener, Bel.”
Belvina tersenyum sambil menatap Delana. “Kalo kamu terus terpuruk, dia malah seneng lihatnya.”
Delana mengusap air mata yang membasahi pipinya. “Ke kantin, yuk!” ajaknya.
“Ivo mana, ya? Masuk nggak si dia?” tanya Belvina.
“Cari aja ke kelasnya!”
“Oke. Yuk!” Belvina bangkit dari kursi, diikuti dengan Delana. Mereka bergegas menuju kelas Ivona tapi gadis cantik itu memang tidak masuk kelas hari ini. Akhirnya, mereka langsung berjalan ke kantin sambil bercanda ria.
Delana tak ingin menunjukkan kalau dirinya terluka melihat Chilton dan Ratu jadian. Ia harus bisa menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja dan bahagia. Ia ingin sekali bisa mengucapkan selamat pada Chilton dan Ratu. Tapi, ia tak menemui dua orang itu di kantin kampus.
“Del, kabarnya si Alan gimana?” tanya Belvina saat mereka sudah duduk bersama di kantin kampus.
“Baik.”
“Dia nggak godain kamu terus?”
“Masih begitu ai,” jawab Delana.
“Berani banget dia meluk dan cium kamu depan banyak orang.”
“Biasa aja. Namanya juga saudara. Dia mah nggak sama aku aja begitu. Sama sepupu yang lain juga gitu.”
Belvina tertawa kecil.
Sampai mereka selesai makan di kantin, Chilton dan Ratu yang biasanya ada di kantin, tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
***
Setelah resmi menjadi pacarnya, Chilton lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ratu. Ia mengajak Ratu untuk menikmati makan siang di luar bersama. Tak lagi menghabiskan waktu makan siangnya di kantin kampus.
“Chil, dua hari lagi aku ulang tahun. Aku pengen ngerayain berdua sama kamu,” tutur Ratu sambil bergelayut manja di pundak Chilton.
“Boleh. Mau ngerayain di mana?” tanya Chilton.
“Enaknya di mana ya?”
“Di asrama?” tanya Chilton.
Ratu mengedikkan bahunya. “Aku cuma mau ngerayain berdua sama kamu aja.”
“Di mana?”
“Di tempat yang romantis, dong!” jawab Ratu sambil tersenyum bahagia menatap Chilton.
“Oke. Besok malam aku jemput kamu jam delapan malam.”
“Beneran?” tanya Ratu sumringah.
“Iya,” jawab Chilton.
“Makasih ...!” seru Ratu sambil memeluk erat tubuh Chilton.
Chilton tersenyum sambil mengusap rambut Ratu. Ia memang tak mencintai Ratu, tapi ia tak bisa menolak keinginan gadis itu.
“Oh ya, ntar sore temenin aku belanja, ya!”
“Belanja apa?” tanya Chilton.
“Keperluan bulanan.”
“Oke. Jam berapa?”
“Mmh ... jam empat sore, deh.”
“Siap Ibu Ratu!” sahut Chilton sambil menyolek dagu Ratu.
Ratu tertawa kecil melihat tingkah Chilton yang selalu siap menuruti semua keinginannya.
“Cepetan makannya! Kita harus balik lagi ke kampus. Aku ada mata kuliah penting,” pinta Chilton.
Ratu menganggukkan kepala.
Usai makan siang di luar, mereka kembali ke kampus dan belajar seperti biasanya.
***
Sesuai dengan janjinya. Jam empat sore, Chilton sudah menunggu Ratu di depan pintu gerbang asramanya.
“Lama ya nunggunya?” tanya Ratu begitu ia keluar dan langsung menghampiri Chilton.
“Nggak, kok,” jawab Chilton. Ia menyerahkan helm pada Ratu.
Ratu tersenyum dan langsung memakai helm tersebut.
Chilton menyalakan mesin motor. Ia langsung melajukan sepeda motornya menuju pusat berbelanjaan begitu Ratu sudah duduk manis di belakang punggungnya.
Langkah Ratu berhenti saat melihat deretan tas cantik yang terpajang. “Cantik banget tasnya,” tutur Ratu sambil memerhatikan tas tangan berwarna cokelat dengan hiasan berwarna emas. Tas itu sangat cantik dan terlihat elegan.
“Ambil aja!” pinta Chilton.
“Harganya lumayan mahal. Ntar aku nggak jadi belanja bulanan kalo beli tas ini,” sahut Ratu memasang wajah murung.
“Ntar aku bayarin!” ucap Chilton.
“Hah!? Beneran?” tanya Ratu sambil memerhatikan harga yang tertera di tas tersebut. “Empat ratus lima puluh ribu,” gumamnya.
“Nggak papa. Ambil aja kalo kamu suka.”
“Aargh ...! Makasih sayangku!” seru Ratu. Ia meloncat kegirangan dan langsung mencium pipi Chilton.
Chilton hanya tersenyum. Ia membayar semua barang belanjaan milik Ratu dan itu membuat Ratu semakin bahagia.
***
Chilton merebahkan tubuhnya ke atas kasur setelah selesai menemani Ratu berbelanja. Ia melirik jam di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan jam delapan malam. Pikirannya melayang entah ke mana. Ia menyadari kalau ada banyak hal yang harus ia lakukan ketika ia punya pacar.
Ia teringat kalau dua hari lagi adalah ulang tahun Ratu. Ia tak ingin mengecewakan kekasihnya dan ingin memberikan kenangan berharga selama ia menjadi pacar Ratu.
Chilton meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja. Ia langsung menelepon Zoya.
“Halo, Zoy, kamu di mana?” tanya Chilton.
“Di tempat syuting. Kenapa, Chil?”
“Jam segini masih syuting?” tanya Chilton balik.
“Iya. Lagi padet banget jadwalku.”
“Oh. Aku bisa minta tolong kah?” tanya Chilton lagi.
“Apa?”
“Ada kontak yang punya kafe atau resto bagus di sekitar sini?”
“Mau ngapain?”
“Mau ngerayain ulang tahun cewekku.”
“Wah, gila! Kalian udah jadian? Kapan jadiannya? Aku nggak dikasih kabar.”
“Baru jadian dua hari yang lalu.”
“Selamat, ya! Salam buat Dela!” seru Zoya.
“Bukan sama Dela.”
“Hah!? Sama siapa emangnya?” Zoya terkejut mendengar ucapan Chilton.
“Ratu Sheeva.”
“Oh, si tukang MC itu?” tanya Zoya.
“Iya.”
“Gila kamu ya! Cewek sebaik Dela dibuang demi Ratu,” tutur Zoya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Chilton hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Zoya.
“Yah, sama siapa pun. Aku tetep dukung, kok. Kamu pasti bisa milih mana yang terbaik buat kamu,” tutur Zoya.
“Iya. Yang kutanya ada nggak?”
“Ada.”
“Kafe mana?”
“The Hobbies.”
“Mmh ... boleh juga tuh. Kirim kontaknya ya!”
“Siap!”
Chilton langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia menatap keluar jendela kamar. Pandangannya tertuju pada taman tempat pengamen jalanan sering menyanyikan lagu. Walau pandangannya jauh, ia bisa melihat kalau Delana ada di sana. Cewek itu senang sekali mendengarkan pengamen itu sedang menyanyi.
Chilton melotot saat melihat pengamen itu mengulurkan tangan ke arah Delana dan mengajak gadis itu bernyanyi bersama. Ia langsung berlari keluar dari kamar. Menuruni anak tangga secepatnya, ia terus berlari sampai ia bisa melihat Delana benar-benar sudah duduk di kursi, tepat di samping pengamen tersebut.
Chilton berdiri tepat di sisi kiri Delana. Ia bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas dan Delana tak akan bisa melihat kehadirannya.
“Mbaknya siapa namanya?” tanya pengamen tersebut.
“Dela,” jawab Delana singkat.
“Mau nyanyi bareng saya?”
“Boleh.”
“Mau lagu apa?”
“Andmesh – Hanya Rindu,” jawab Delana sambil tersenyum.
Pengamen itu langsung tersenyum dan mulai memetik senar gitarnya.
Chilton tak menyangka kalau Dela punya suara yang bagus dan membuat banyak penonton berkerumun ingin menontonnya.
“Ku ingin saat ini, engkau ada di sini. Tertawa bersamaku seperti ... dulu lagi. Walau hanya sebentar Tuhan, tolong kabulkanlah! Bukannya diri ini, tak terima kenyataan. Hati ini hanya rindu ...” Delana tak kuasa meneteskan air mata saat menyanyikan lagu itu. Ia tak hanya merindukan Chilton, tapi juga ibunya sendiri.
Chilton memejamkan matanya dan bergegas kembali ke asrama dengan langkah lunglai. Ia tahu telah menyakiti hati Delana begitu dalam. Tapi, ia sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Ia telah memilih Ratu menjadi kekasihnya dan tak ingin mengecewakannya.
***
Sesuai dengan permintaan Ratu. Chilton sudah menyiapkan makan malam romantis untuk merayakan hari ulang tahun Ratu. Ia juga sudah menyiapkan beberapa hadiah untuk kekasihnya itu.
Ratu tak pernah protes karena Chilton mengajak jalan keluar menggunakan sepeda motor bebek miliknya. Sehingga Chilton sama sekali tak punya keinginan untuk mengganti sepeda motornya atau pun mengambil mobil di rumahnya. Lagipula, sampai saat ini Ratu masih tidak tahu kalau rumah orang tua Chilton masih di dalam kota ini.
Tepat jam delapan malam, Chilton sudah menunggu Ratu di depan asrama cewek. Chilton mengenakan pakaian rapi. Ia yang terbiasa pakai kaos, kini memilih memakai kemeja dan membuatnya terlihat lebih tampan.
Beberapa kali Chilton menatap wajahnya di kaca spion untuk memastikan kalau wajahnya terlihat keren.
Beberapa menit kemudian, Ratu keluar dari pintu asrama dan berhasil membuat Chilton terpesona.
“Kamu cantik banget!” puji Chilton sambil melongo saat Ratu menghampirinya.
“Ah, masa sih?”
“Iya.” Chilton menganggukkan kepala.
“Makasih.” Ratu tersenyum ke arah Chilton yang masih bengong. Ia meraih helm dari tangan Chilton dan langsung naik ke atas motor cowok itu.
“Ayo, berangkat!” seru Ratu sambil menepuk bahu Chilton.
“Iya.” Chilton langsung menyalakan mesin sepeda motornya dan bergegas pergi ke tempat yang sudah ia pesan sebelumnya.
Ratu terlihat sangat bahagia dengan hadiah makan malam yang diberikan oleh Chilton. Ia tak menyangka kalau Chilton memesan satu rooftop hanya untuk mereka berdua saja.
“Chil, makasih ya hadiah ulang tahunnya. Aku suka banget! Aku nggak bakal lupa sama hari ini,” tutur Ratu sambil bersandar di pundak Chilton.
Chilton tersenyum. “Asal kamu senang, aku bakal ngelakuin apa aja.”
Mata Ratu berbinar mendengar kalimat yang keluar dari Chilton. Ia langsung memeluk tubuh Chilton dengan erat. “Aku nggak tahu harus ngungkapin kayak gimana lagi. Aku bahagia banget malam ini.”
Chilton tersenyum kecil. Ia memeluk pinggang Ratu dan mengajaknya duduk di salah satu meja yang sudah dihiasi lilin-lilin yang begitu indah. Di dekat mereka sudah ada pelayan yang bersiap melayani mereka.
“Kamu mau makan apa?” tanya Chilton.
“Apa aja, deh!”
Chilton tertawa kecil. Ia memanggil pelayan untuk mendekat. Ia meraih kertas dan pena. Memberikan catatan untuk pelayan dan memintanya segera pergi.
“Aku tuh nggak nyangka kalo kamu bisa seromantis ini,” tutur Ratu. Ia masih terkagum-kagum dengan apa yang diberikan Chilton. Ia sama sekali tak menyangka kalau Chilton memperlakukannya begitu istimewa.
Chilton hanya tersenyum menatap wajah cantik Ratu.
Beberapa menit kemudian, makanan sudah terhidang di atas meja dan mereka menikmati makan malam bersama dengan suasana yang sangat romantis.
Tak hanya makan malam romantis, Chilton juga sudah menyiapkan hadiah lain untuk Ratu.
Chilton memanggil pelayan untuk membersihkan meja makan mereka. Ia berbisik pada pelayan tersebut. Pelayan itu menganggukkan kepala.
Beberapa menit kemudian, salah satu pelayan kembali dengan membawa satu buah paper bag berukuran besar dan memberikannya pada Chilton.
“Aku punya hadiah buat kamu. Semoga kamu suka!” tutur Chilton sambil menyodorkan paper bag tersebut pada Ratu.
“Ini buat aku?” tanya Ratu sambil tersenyum bahagia.
Chilton menganggukkan kepala.
Ratu langsung menerima pemberian dari Chilton. “Makasih ya!” Ia segera membuka paper bag tersebut dan melihat satu boneka beruang berwarna merah jambu. Ratu langsung mengeluarkan boneka tersebut dan memeluknya dengan erat.
“Gimana? Suka?” tanya Chilton.
“Apa pun yang kamu kasih, aku selalu suka,” jawab Ratu. Ia memang pandai sekali menyenangkan hati Chilton.
“Semoga bisa jadi teman kamu bermimpi,” tutur Chilton sambil tersenyum.
Ratu tersenyum bahagia menatap Chilton. Ia tak menyangka kalau Chilton senang memberikannya banyak hadiah, menemani ke manapun ia pergi dan selalu ada di saat ia butuhkan.
“Sayang, besok kita jalan-jalan ke pantai yuk!” ajak Ratu.
“Pantai mana?” tanya Chilton.
“Kemala Beach aja, gimana?”
“Boleh. Jam berapa?” tanya Chilton.
“Enak di sana sore-sore gitu.”
“Oke.” Chilton menganggukkan kepala. Ia menyetujui permintaan Ratu. “Udah malam, kita pulang yuk!” ajak Chilton.
“Aku masih pengen berdua sama kamu,” rengek Ratu.
Chilton menghela napas. “Besok kan masih bisa ketemu.”
“Iya, deh,” sahut Ratu dengan wajah murung. Ia masih ingin menghabiskan banyak waktunya bersama dengan Chilton.
Chilton bangkit dari tempat duduknya. Mereka langsung pulang. Chilton mengantarkan Ratu ke asramanya.
“Makasih untuk malam ini,” tutur Ratu saat ia turun dari motor Chilton. Ia melepas helmnya dan memberikannya pada cowok itu.
Chilton tersenyum, ia juga melepas helmnya dan menyangkutkannya di bawah tempat duduknya karena jarak asrama mereka hanya berdekatan dan tidak perlu pakai helm lagi.
Ratu mencium pipi Chilton sebelum ia masuk ke dalam pintu gerbang asramanya.
“Jangan tidur malam-malam!” pesan Chilton.
Ratu menganggukkan kepala dan langsung bergegas masuk ke dalam asramanya.
Chilton tersenyum menatap punggung Ratu yang semakin menghilang. Ia memperbaiki posisi duduknya dan menyalakan mesin motor.
Chilton terkejut karena saat lampu sepeda motornya menyala, ia melihat sosok Delana berdiri di depannya. Gadis itu mengenakan celana jeans panjang dan tubuhnya dibalut dengan jaket berwarna hijau lumut. Rambut panjangnya dibiarkan terurai dan ditutupi dengan penutup kepala.
Chilton mengerjapkan matanya. Ia pikir, Delana hanya ada dalam imajinasinya saja. Tapi, tubuh gadis itu tak kunjung menghilang. Di depannya masih ada tubuh Delana yang tersenyum ke arahnya.
Chilton menutup wajahnya sejenak. Ia membuka matanya perlahan dan gadis di depannya itu sudah menghilang. Chilton menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok gadis yang ada dalam bayangannya itu. Ternyata benar, yang berdiri di depannya hanya sosok Delana yang ada dalam khayalannya.
Chilton langsung menjalankan sepeda motornya perlahan. Ia tahu, Delana tidak mungkin keluar dari rumahnya malam-malam seorang diri.
Chilton langsung memarkirkan sepeda motornya dan masuk ke dalam kamar asrama. Ia tak menyangka kalau sosok Delana masih terus menghantui pikirannya. Bahkan di saat ia sudah merasakan bahagia dengan gadis lain.
Dengan santai, Chilton melepas jaketnya dan meletakkan kunci motor di atas meja. Ujung jemarinya menyentuh sebuah kotak bergambar hello kitty. Kotak bekal itu milik Delana. Membuatnya kembali mengingat gadis itu.
“Aargh ...!” teriak Chilton sambil melempar kotak makan milik Delana ke dinding kamarnya. Ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil menatap kotak bekal yang sudah tergeletak di lantai, tepat di depannya.
Entah kenapa bayangan Delana tak bisa pergi dari pikirannya. Ia bahkan bisa melihat gambar-gambar kenangannya bersama Delana keluar dari kotak bekal itu.
“Apa aku udah gila?” gumam Chilton. Ia merangkak menghampiri kotak bekal milik Delana. Ia bangkit perlahan dan langsung menginjak kotak nasi itu berkali-kali hingga hancur.
“Aku nggak mau ingat kamu lagi, Del!” teriak Chilton. “Kenapa kamu masih terus-terusan ada di pikiran aku?” Chilton mengepalkan tangan dan meninju dinding yang ada di depannya.
Kini ia sudah punya Ratu di sisinya. Ratu jelas jauh lebih baik dari Delana. Tapi, bayangan Delana masih saja menghantui Chilton. Ia berusaha memupuk rasa bencinya pada Delana. Bukannya semakin benci, gadis itu justru terus menerus ada dalam pikirannya bahkan saat ia tak pernah lagi bertemu dengannya.
Chilton mencari ponselnya. Perasaannya kacau dan ia butuh seseorang untuk menemaninya.
“Kamu di mana?” tanya Chilton begitu panggilan teleponnya tersambung.
“Di rumah. Gimana makan malamnya?” tanya Zoya.
“Aku ke rumahmu sekarang!” seru Chilton tanpa ingin mendengar jawaban Zoya. Ia langsung mematikan ponselnya dan bergegas pergi ke rumah Zoya.
“Kamu kenapa?” tanya Zoya melihat Chilton yang terlihat gelisah. Tak biasanya Chilton datang ke rumahnya tengah malam seperti ini.
Chilton tak menjawab. Ia merebahkan tubuhnya ke atas ranjang dan memejamkan matanya.
“Abis tidur sama dia?” tanya Zoya.
“Sembarangan kalo ngomong!”
“Terus, kenapa?”
Chilton mengusap wajahnya. “Aku kepikiran Dela terus.”
Zoya tergelak mendengar ucapan Chilton.
“Malah ngetawain?” dengus Chilton.
“Sebenarnya kamu tuh cintanya sama Dela atau Ratu?”
“Cewekku si Ratu.”
“Kenapa masih mikirin cewek lain?”
“Aku nggak mikirin! Tiba-tiba aja dia sering nongol di pikiran aku.”
Zoya menatap Chilton sambil menggelengkan kepala. “Suatu saat kamu bakal sadar, siapa yang sebenarnya kamu cintai.”
Chilton terdiam. Ia merasa telah banyak melakukan kesalahan. Setelah menolak Delana dan menjadikan Ratu sebagai pacarnya, perasaannya justru semakin tak karuan.
“Gila! Aku nggak pernah sampe kayak gini gara-gara cewek,” celetuk Chilton sambil memijat keningnya.
“Udah. Bawa enjoy aja! Jalani aja! Kalo jodoh, nggak bakal ke mana, kok.” Zoya menepuk-nepuk bahu Chilton.
Chilton tertawa kecil. Ini kali pertama ia merasa harinya kacau karena kehadiran dua wanita dalam hidupnya, Ratu dan Delana ...
((Bersambung...))
.png)
0 komentar:
Post a Comment