Thursday, October 30, 2025

Sebuah Langkah Kecil Menuju Cahaya Literasi di Kalimantan Timur

 

Sebuah Langkah Kecil Menuju Cahaya Literasi di Kalimantan Timur

Senin, 27 Oktober 2025 menjadi hari yang tak akan mudah kulupakan. Pagi itu, aku melangkah dari Kota Tenggarong menuju Samarinda untuk menghadiri acara Gebyar Anugerah Literasi dan Talkshow di Gedung Olah Bebaya, Pendopo Lamin Etam. Sebuah kegiatan besar yang mengusung tema “Membumikan Literasi, Menumbuhkan Generasi Emas”, dihadiri oleh berbagai tokoh penting—termasuk Gubernur Kalimantan Timur dan Bunda Literasi Kaltim.

Perjalanan yang kutempuh terasa panjang, namun setiap kilometer adalah jejak semangat. Aku datang sebagai bagian dari Relima (Relawan Literasi Masyarakat) Kutai Kartanegara, membawa harapan sederhana: ingin menjadi saksi bahwa gerakan literasi di Kalimantan Timur benar-benar hidup dan dihargai.

Setibanya di Pendopo Lamin Etam, suasana terasa hangat dan penuh semangat. Para pegiat literasi dari berbagai kabupaten hadir dengan wajah berseri. Panggung acara dihiasi dengan nuansa budaya khas Kalimantan Timur, lengkap dengan tarian selamat datang dari siswa SMP Negeri 3 Tenggarong yang menambah suasana megah dan membanggakan.

Bagian paling mengharukan dalam acara ini adalah penganugerahan penghargaan peningkatan kepustakawanan dan literasi masyarakat, yang meliputi tujuh kategori lomba—mulai dari Lomba Perpustakaan SD, SMP, SMA/SMK, Perpustakaan Desa, Lomba Resensi, Mewarnai, hingga Lomba Puisi. Satu per satu nama penerima penghargaan dipanggil, disambut tepuk tangan hangat dari seluruh hadirin. Di antara mereka ada pustakawan, siswa, guru, dan pegiat literasi yang telah berjuang dalam diam untuk menyalakan api baca di lingkungannya masing-masing.

Melihat wajah-wajah penuh haru di atas panggung membuatku teringat pada semua perjuangan kecil di daerah—di rumah baca sederhana, di taman bacaan swadaya, di desa-desa yang jauh dari hiruk pikuk kota. Ternyata, perjuangan mereka tidak sia-sia. Pemerintah Provinsi Kaltim benar-benar memberikan ruang dan apresiasi bagi setiap insan yang mencintai dunia literasi.


Momen paling berkesan adalah ketika aku berkesempatan berjabat tangan langsung dengan Bapak Gubernur Kalimantan Timur. Rasanya luar biasa—campuran antara haru, bangga, dan syukur. Dalam genggaman singkat itu, aku seperti menemukan kembali makna perjuangan kecil yang selama ini kulakukan di komunitas literasi. Bahwa sekecil apa pun upaya kita, ketika dilakukan dengan tulus, akan selalu memiliki arti di mata orang lain.

Aku juga merasa bahagia bisa menyapa Bunda Literasi Kaltim, sosok yang begitu anggun dalam balutan pakaian yang khas dan nyentrik. Ciri khas beliau memang seperti itu dan aku sangat suka melihatnya karena beliau sangat fashionable dan selalu tampil bak ratu kerajaan.

Meski harus mengorbankan acara penutupan pelatihan PKT Jospol di SMK Negeri 2 Tenggarong, aku tidak menyesal sedikit pun. Sebab hari itu aku belajar bahwa perjuangan literasi bukan hanya tentang hadir di tempat yang mudah, tapi tentang berani menempuh jarak demi menyampaikan pesan kebaikan.

Sore harinya aku kembali ke Samboja dengan rasa lelah yang indah. Di jalan, angin sore menampar lembut wajahku, seolah berbisik, “Langkahmu hari ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang menuju terang.”

Dan aku tahu, perjuangan ini belum selesai—karena setiap pertemuan, setiap jabatan tangan, dan setiap cerita yang dibawa pulang… adalah bagian dari sejarah kecil gerakan literasi Kalimantan Timur.








0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas