Kamis pagi, 28 Agustus 2025, aku masih berada di Desa Perangat Selatan, Marang Kayu. Sudah 4 malam aku menginap di rumah orang tua temanku, Linda.
Pukul 08.00 WITA, aku harus mengikuti acara Workshop Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kaltim di Kota Samarinda.
Untuk bisa sampai ke Samarinda, aku harus menempuh perjalanan sekitar 2 jam. Jadi, aku harus bangun lebih pagi karena harus berkemas lebih dahulu.
Usai mandi dan sholat subuh, aku langsung cepat-cepat mengemasi barang-barangku. Kebetulan, tugas kerjaku di Marang Kayu sudah selesai. Jadi, aku sekalian pulang ke Samboja setelah mengikuti acara di DPK (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan) Samarinda.
Aku tidak langsung nyelonong pulang begitu saja. Sebenarnya, aku menunggu Linda datang karena rumahnya berbeda dengan rumah orang tuanya. Tapi, Linda tak kunjung datang hingga pukul 06.30 WITA. Sementara aku tidak bisa menunggu lebih lama karena aku juga harus datang tepat waktu di kantor Dinas Perpustakaan Provinsi Kaltim.
Tepat pukul 06.30 WITA, aku berpamitan dengan keluarga Linda dan berangkat ke kota Samarinda. Aku sampai di DPK Kaltim tepat pukul 08.10 WITA.
Begitu memarkirkan motor, aku langsung menghubungi Bunda Yeni. Salah satu staff DPK Kaltim yang aku kenal dan bertugas di ruang majalah.
Aku melangkah memasuki pintu gedung DPK Provinsi Kaltim, menyusuri lorong dengan santai menuju ruang majalah yang ada di gedung ini.
"Assalamualaikum ...!" sapaku sembari menarik pintu kaca ruang majalah. Ruangan itu terlihat sepi, tapi dapat kulihat kepala berbalut kain warna pink itu menyembul di antata tumpukan buku yang tersusun tinggi di atas meja.
"Waalaikumussalam ...!" Bunda Yeni menyahut. Ia langsung bangkit dari kursi dan menyambutku dengan hangat. Kami berpelukan sejenak untuk saling melepas kerinduan.
"Sama siapa ke sini?" tanya Bunda Yeni.
"Sendirian," jawabku.
"Pakai motor?"
"Iya."
"Memang wanita tangguh," ucap Bunda Yeni.
Aku hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Buna Yeni.
Kami berbincang selama beberapa saat. Kemudian, aku mohon izin untuk bergeser ke ruang rapat Oemar Dachlan yang bersebelahan dengam ruang majalah.
Di depan pintu ruang rapat, sudah ada petugas registrasi yang menanti. Aku langsung mencari namaku dan menandatangani kehadiran. Kemudian, aku pergi ke toilet sebelum memasuki ruang rapat. Kebetulan, acara belum dimulai. Jadi, aku tidak tergesa-gesa untuk masuk ke ruangan.
Tak lama kemudian, acara dimulai. Acara dibuka dengan sambutan dari Plt. Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Kaltim, Endang Effendi.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Bapak Dr. Sudarman, M. Pd. yang merupakan akademisi dari Universitas Mulawarman.
Materi pertama disampaikan oleh Bapak Syafruddin Pernyata, M. Hum (Ketua GPMB Kaltim). Pemateri yang satu ini menjadi favorite-ku karena beliau begitu ramah dan asyik dalam menyampaikan materi. Terkadang jokes yang beliau lempar membuat peserta tertawa.. Hal itulah yang membuatku rindu untuk bertemu dan mendengarkan cerita-cerita dari beliau.
Sepanjang materi, aku menyimak dengan baik pemaparan tentang Teknik dan Tips Menulis Press Release. Beliau menyampaikan tentang perbedaan menulis berita di Website dan Media Sosial. Berita di Media Sosial lebih cepat dan singkat, sehingga banyak diminati. Namun, pemberitaan di media sosial yang tidak lengkap juga memiliki sisi negatif, yakni hoax. Sementara, berita pada website lebih tersusun rapi, terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan.
Materi berikutnya disampaikan oleh Muhammad Fachri Ramadhani, S.I.Kom (Editor Online Tribun Kaltim) yang memberikan materi tentang "Kesalahan pada Press Release". Ternyata, kesalahan yang terjadi saat press release akan memberikan dampak negatif pada organisasi/kelompok/perorangan yang menjadi pokok utama dalam berita tersebut. Press Release yang baik akan menghasilkan berita yang baik pula dan bisa sampai ke masyarakat dengan baik.
Kegiatan yang direncanakan selesai pada pukul 15.00 WITA, ternyata bisa selesai lebih awal. Kami keluar dari ruangan saat adzan dzuhur, tapi masih ada satu kegiatan lagi yang harus dilaksanakan, sehingga kami tidak diizinkan pulang oleh panitia.
Aku langsung melangkah keluar dari ruang rapat dan masuk ke ruang majalah. Aku meminta izin pada Bu Yeni untuk mengisi daya ponselku dan sholat dzuhur di ruangan tersebut terlebih dahulu. Awalnya, Babe Syafruddin Pernyata mengajakku untuk sholat berjamaah di musholla. Tapi aku memilih untuk sholat di ruang majalah karena ruangan tersebut memiliki bilik kecil yang biasa dipergunakan untuk sholat.
Usai sholat dzuhur, aku bergabung dengan teman-teman untuk makan siang terlebih dahulu sebelum kembali ke ruangan. Begitu panitia mengintruksikan untuk kembali ke ruang rapat, maka kami semua bergegas melangkah masuk kembali ke ruangan tersebut.
Aku pikir, masih akan ada materi tambahan. Ternyata tidak. Kami hanya diminta untuk berfoto bersama karena memang belum ada sesi foto bersama semua peserta dan narasumber.
Aku yang terlambat masuk ruangan, langsung berlari untuk bergabung dengan teman-teman yang lainnya. Di tengah sesi foto, tiba-tiba terdengar musik Jamrud yang begitu khas, yakni lagu Selamat Ulang Tahun.
Semua peserta bersuka cita menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" yang ditujukan kepada Babe Syafruddin pernyata yang kebetulan sedang berulang tahun hari ini, tepat pada tanggal 28 Agustus 2025.
Panitia memberikan kejutan kecil kepada Babe Syafruddin Pernyata dan kami pun ikut terlarut dalam suasana pelatihan yang begitu hangat.
Setelah selesai berfoto-foto ria, semua peserta membubarkan diri karena acara sudah usai. Aku melangkah keluar ruangan, sama seperti yang lain. Ada harapan kecil yang tersemat di genggaman tanganku. Semoga, aku bisa membawa literasi yang lebih baik di daerahku.
Aku tahu, workshop jurnalistik seperti ini bukanlah hal baru untukku. Aku sudah sering mengikuti pelatihan/workshop tentang jurnalistik. Tapi aku masih punya keinginan besar untuk belajar sesuatu yang baru. Motivasi terbesarku selain belajar hal-hal baru adalah bisa bertemu dengan orang-orang yang sejalan dengan dunia literasi, yakni orang-orang yang mencintai buku.
Bisa bertemu dengan Bunda Yeni, Babe Syafruddin Pernyata, dll. adalah momen yang sangat mahal bagiku. Aku tidak hanya harus mengeluarkan uang bensin untuk bisa bertemu dengan mereka. Aku juga sudah mengerahkan seluruh waktu dan tenagaku untuk bisa sampai di tempat ini. Begitu sulitnya bertemu dengan orang-orang hebat ini. Terkadang, kita tidak bertemu lagi sampai 1 atau 2 tahun ke depan.
Semoga Allah berikan kesehatan dan kemudahan rezeki untukku agar aku bisa memberikan dedikasi yang baik untuk negeriku, juga bisa lebih sering bersilaturahmu kepada senior-seniorku. Aamiin.

0 komentar:
Post a Comment