Thursday, August 28, 2025

Perjuangan Relawan Literasi di Ujung Perbatasan Kukar | Audiensi Relima Ke SMP Negeri 5 Marang Kayu Desa Semangko

 


25 Agustus 2025.

Pagi-pagi aku sudah disibukkan dengan banyak hal, padahal aku sedang menginap di rumah orang. Karena aku bangun kesiangan, jadi semuanya terkesan terburu-buru. 
Perjalanan semalam cukup melelahkan. Aku harus menempuh perjalanan sekitar 5 jam dari Samboja untuk bisa sampai ke sini. Jadi, tubuhku cukup lelah sehingga baru bangun di jam enam pagi. 
Aku langsung bergegas mengurus suamiku. Sebab, ia harus segera pulang ke Samboja untuk bekerja. Dia hanya mengantarku ke tempat ini karena aku tidak berani mengendarai motor seorang diri di malam hari. 
Menurut informasi, bus jurusan Bontang-Balikpapan akan tiba pada pukul 07.30 WITA. Jadi, kami harus bergegas agar tidak ketinggalan bus. 
Kami bergegas menuju salah satu rumah makan, tempat biasanya bus ngetem di sana. 
Begitu suamiku berangkat ke Samboja dengan menggunakan bus, aku langsung kembali ke rumah. Menunggu staff Pusda Kukar yang mendampingik datang. 
Awalnya, aku ingin pergi ke Desa Semangko menggunakan sepeda motor, tapi Staff Pusda melarangku dan memintaku untuk ikut serta dalam mobil mereka. 

Sekitar jam sembilan pagi, kami mulai bergerak menuju SMP Negeri 5 Marang Kayu yang terletak di Desa Semangko, Kecamatan Marang Kayu. 

Begitu sampai di SMP Negeri 5 Marang Kayu, kami disambut dengan baik dan ramah oleh Kepala Sekolah (Bapak Parmaiyanto, S.Pd, M.Pd). 

Kami berbincang sejenak di ruang kepala sekolah. Kemudian, aku memilih untuk berdiskusi dengan murid-murid tentang literasi dan bagaimana menjadikan perpustakaan sekolah sebagai pusat belajar, bukan sekedar ruang tempat menyimpan buku yang tak pernah dilirik, apalagi dijadikan tempat yang nyaman untuk berkegiatan. 

Dalam kegiatan diskusi dengan murid-murid, aku bisa menangkap bahwa pemikiran mereka tentang literasi hanya sebatas membaca. Padahal, literasi jauh lebih luas dari membaca di mana goals dari literasi adalah untuk kesejahteraan. 

Dalam diskusi, aku juga menyampaikan kepada pengelola perpustakaan dan kepala sekolah untuk memiliki akun instagram dan website yang bisa memublikasikan kegiatan-kegiatan sekolah dan juga prestasi sekolah. Sebab, SMP Negeri 5 Marang Kayu termasuk sekolah yang sangat aktif dan memiliki banyak prestasi, tetapi tidak terpublikasikan dengan baik. 

Usai berdiskusi dengan murid-murid, aku bergeser ke ruang perpustakaan untuk melakukan inventarisasi. Namun, ada hal tak terduga ketika aku mempertanyakan keberadaan buku bantuan dari Perpusnas RI. 
Pihak sekolah menyatakan tidak pernah menerima bantuan buku dari Perpusnas RI. Hal ini tentu mengejutkanku dan mencoba untuk menelusuri keberadaan buku bantuan tersebut. 


Aku segera menghubungi Kepala Desa Semangko. Mungkin saja buku bantuan dari Perpusnas RI masih nyangkut di kantor desa. Tetapi, kepala Desa juga mengatakan tidak menerima bantuan dan tidak ada BAST buku bantuan dari Perpusnas RI yang disalurkan ke SMP Negeri 5 Marang Kayu. 

Setelah berdiskusi selama beberapa saat, aku berpamitan untuk pulang. Maka, aku punya PR baru untuk menelusuri keberadaan bantuan buku tersebut bersama Satgas Relima Perpusnas RI di kantor pusat Jakarta. 

Perjalananku tak selesai sampai di sini. Aku dan tim Pusda Kukar masih harus pergi ke Desa Santan Ilir untuk mengambil visum perjalanan Staff Pusda karena mereka hanya bisa mendampingiku selama 2 hari, sementara kegiatanku akan dilakukan selama 3 hari. Alhasil, kami harus bergerak ke Desa Santan Ilir terlebih dahulu meski nantinya aku akan kembali ke desa tersebut pada tanggal 27 Agustus 2025 sesuai jadwal. 

Ternyata, Desa Santan Ilir berada di ujung perbatasan antara Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang. Jalan menuju ke desa tersebut juga rusak dan sulit dilalui mobil karena sedang ada proyek pembangunan jalan. Hal ini, menjadi bahan pertimbangan kami untuk pulang melalui jalan lain, yakni lewat Bontang. 

Jarak tempuh pulang ke rumah tentunya lebih lama dan melelahkan agar mobil tetap aman (tidak nyangkut). Untungnya, kami menggunakan mobil. Jadi, aku bisa tidur sebentar di perjalanan. 

Aku baru sampai di Perangat Selatan menjelang magrib. Awalnya, aku pikir akan pulang saat tengah hari sehingga aku bisa ikut nonton pertandingan volly di Perangat Selatan. Tapi, perjalanan panjang membuatku tak bisa menonton pertandingan volly. Aku memilih untuk berbaring di kamar, mengistirahatkan tubuh dan pikiran yang sudah lelah beraktifitas seharian. 

Ada jiwa yang harus aku re-charge secepatnya karena esok harinya masih ada giat Relima di Desa Perangat Baru. 



0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas