Wednesday, August 13, 2025

Perfect Hero Bab 294 : Road to Naples for Honey Moon

 


“Udah siap semuanya?” tanya Yeriko saat melihat Yuna mengemas kopernya.

Yuna menganggukkan kepala. Ia memastikan semua keperluannya administrasi untuk penerbangannya sudah siap. Juga memastikan vitamin dari dokter tidak lupa ia bawa. Walau ia bisa mendapatkan izin bepergian dari dokternya dengan mudah. Ia tetap harus berhati-hati dalam menjaga janin yang ada dalam kandungannya.

Yeriko tersenyum. Ia memanggil beberapa pelayan untuk membantu Yuna membawa koper ke mobilnya.

“Ngga, kami liburan agak lama. Kamu dan yang lain bisa kembali ke rumah kakek lebih dulu sampai kami kembali,” tutur Yeriko sambil menatap Angga yang membantunya memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.

“Siap, Pak Bos! Saya aja yang antar ke Bandara, gimana?”

“Nggak usah. Udah ada Riyan. Sekalian, ada pekerjaan yang harus kami bicarakan di perjalanan.”

“Oh. Oke.”

“Jangan sabotase kerjaanku!” sahut Riyan sambil menepuk bahu Angga dari belakang. “Atau ... kamu berniat buat jadi asisten pribadinya Pak Bos? Kita tukar tempat, gimana?”

Angga langsung menggelengkan kepala. “Aku jadi supir aja, udah cukup.”

Riyan tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Angga. Ia membukakan pintu mobil untuk Yuna dan Yeriko. Kemudian, bergegas melajukan mobil menuju Juanda International Airport.

“Yan, untuk pengembangan proyek yang di wilayah Indonesia Timur, coba kamu diskusikan lagi sama Chandra. Hasil yang kemarin, aku masih belum puas. Aku rasa, kita bisa bikin yang lebih baik lagi dari itu.”

“Siap, Pak Bos!”

“Minta designer itu untuk survey kearifan lokal di sana. Saya mau, proyek kali ini punya karakter.”

Riyan mengangguk-anggukkan kepala. Sementara, Yuna hanya mendengarkan pembicaraan keduanya. Ia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan keduanya. Di saat ingin berlibur seperti ini pun, Yeriko masih saja membahas soal pekerjaan.

“Bener-bener pebisnis yang sejati,” guman Yuna. Sebenarnya, ia sangat berharap kalau Yeriko bisa menepikan pekerjaannya terlebih dahulu dan fokus dengan liburan mereka.

 

Tiga puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di pintu keberangkatan Internasional.

Yeriko terus menggenggam tangan Yuna sampai mereka masuk ke dalam pesawat. Menikmati perjalanan panjang di kelas bisnis. Tentunya tidak begitu melelahkan untuk Yuna yang sedang hamil muda. Asalkan tetap menjaga asupan makanan dan waktu istirahat.

Selama hampir tiga jam, mereka menempuh perjalanan dari Bandara Juanda  menuju Bandara Internasional Kuala Lumpur. Di sana, mereka transit selama kurang lebih delapan jam. Selama transit, Yeriko benar-benar melarang Yuna untuk bepergian ke tempat wisata walau mereka punya banyak waktu. Ia meminta Yuna untuk beristirahat di salah satu kamar hotel yang terdekat dengan bandara karena mereka akan menempuh perjalanan yang lebih panjang lagi.

Dari Bandara Internasional Kuala Lumpur, mereka terbang selama sebelas jam menuju Bandara Istanbul.

“Kamu cuti berapa hari?” tanya Yuna sambil memeluk tubuh Yeriko saat mereka kembali melanjutkan perjalanan. Dari Bandara Internasional Kuala Lumpur, mereka akanterbang selama sebelas jam menuju Bandara Istanbul.

“Dua puluh hari.”

“Hah!? Serius!?”

Yeriko menganggukkan kepala.

“Aargh ...! Berarti, kita bakal lama liburannya?” tanya Yuna sambil mengeratkan pelukannya.

Yeriko tertawa kecil. “Dua puluh hari, cukup untuk keliling Eropa kan?”

Yuna mengangguk sambil tersenyum bahagia. Kali ini ia merasa ingin terbang. Bukan karena Yeriko memberikannya liburan mewah ke luar negeri selama dua puluh hari. Tapi, karena Yeriko kali ini benar-benar mengorbankan waktu bisnisnya untuk Yuna.

“Aku boleh minta sesuatu?” tanya Yuna.

“Apa?”

“Selama liburan, kamu cuma milik aku. Bukan milik perusahaan!” pinta Yuna sambil merebut tab dari tangan Yeriko.

Yeriko mengangguk sambil tersenyum. “Mmh ... apa gantinya?”

Yuna membisikkan sesuatu ke telinga Yeriko.

“Serius?” tanya Yeriko.

Yuna menganggukkan kepala.

“Oke. Asal sepadan, nggak masalah.”

Yuna tersenyum bahagia. Ia terus memeluk tubuh Yeriko hingga terlelap selama perjalanan ke Istanbul.

 

Setelah sampai di Istanbul, mereka kembali beristirahat selama tiga jam sebelum akhirnya kembali menempuh perjalanan udara selama dua jam menuju Naples, Italy.

“Kita nginap di sini dulu,” tutur Yeriko saat membawa  Yuna masuk ke dalam Luxor Hotel. “Besok, baru kita ke Positano.”

Yuna menganggukkan kepala. Ia juga tidak terburu-buru. Toh, Yeriko memiliki waktu cuti hingga dua puluh hati. “Eh, wait!” batin Yuna pada dirinya sendiri. “Dua puluh hari itu sudah dipotong sama hari pernikahan atau belum ya? Kenapa aku nggak mikirin ini?” batinnya lagi.

Yeriko tersenyum. Ia merangkul pinggang Yuna dan mengajaknya memasuki kamar hotel yang sudah ia pesan sebelumnya.

“Capek ya?” tanya Yuna saat melihat Yeriko langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur.

Yeriko menggelengkan kepalanya. “Sini!” perintahnya sambil merentangkan kedua tangannya.

“Aku mandi dulu,” tutur Yuna.

Yeriko langsung bangkit dan menarik Yuna ke dalam pelukannya. “Kamu tahu, aku sudah cuti berapa lama?”

“Mmh ...” Yuna menyembunyikan bibir sembari memutar bola matanya.

“Ayolah! Harusnya masa cutiku sudah habis kan?”

Yuna tertawa kecil menanggapi pertanyaan Yeriko.

Yeriko langsung menggigit hidung Yuna yang mungil.

“Iih, jahil. Kalo hidungku hilang gimana? Aku kan tidak bisa menciummu.”

“Cium pake bibir. Masa pake hidung?”

“Hidung kan buat mencium,” sahut Yuna.

“Hidung buat mengendus, yang buat mencium itu bibir.”

Yuna mengernyitkan dahinya.  “Kok gitu?”

Yeriko tertawa kecil sambil mengetuk dahi Yuna.

“Kamu ngerjain aku ya?” dengus Yuna.

“Ngerjain apa?”

Yuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Hmm ... kayaknya, aku emang udah lama nggak ngerjain kamu.” Yeriko langsung memutar tubuhnya dan menindih Yuna.

Yuna membelalakkan matanya. “Ada si Dedek.”

“Alasan, bukannya di pesawat kamu bilang kalau dokter udah izinin kita main bareng dia?”

Yuna terkekeh mendengar ucapan Yeriko.

Yeriko tak bicara lagi. Bibirnya sudah asyik berenang di bibir Yuna. Tangannya yang kekar, mulai menunjukkan gairahnya. Ia bermain sangat hati-hati agar tidak menyakiti anaknya.

“Makasih ya buat semuanya,” tutur Yuna sambil merangkul leher Yeriko.

Yeriko tersenyum sambil menganggukkan kepala.

“Aku nggak nyangka kalau kamu bener-bener ngeluangin waktu kamu sebanyak ini.”

“Bukannya wanita suka menikmati liburan ke luar negeri?”

“Mmh ... sebenarnya, yang berharga itu bukan tempatnya, tapi waktunya. Karena kamu orang yang sibuk banget, aku sendiri nggak yakin kalau kamu bisa ngajak aku pergi liburan sejauh ini.”

Yeriko mengangkat tubuhnya dari tubuh Yuna. “Mungkin ini cuma mimpi.”

“Hah!?”

Yeriko tersenyum jahil sembari mengetuk dahi Yuna.

“Nggak papa, deh walau mimpi. Kalo gitu, aku nggak mau tidur.”

“Eh!? Kenapa?”

“Ntar, pas aku bangun, tiba-tiba sudah di rumah. Ngeselin, kan!?” rengek Yuna.

Yeriko tertawa kecil menatap Yuna. “Kalo nggak tidur, mau ngapain?”

“Mmh ... kita nonton televisi aja!” Yuna berusaha bangkit, namun Yeriko menahannya.

“Sejak kapan acara bulan madu berubah jadi acara nonton televisi?”

“Sejaak ...?”

Yeriko tersenyum kecil. Ia sadar kalau ia juga harus menjaga anak yang ada di perut Yuna. “Mmh ... gimana kalau kita main  ular tangga?”

“Eh!? Di mana ular tangganya?”

“Di hape aja. Online.”

“Males, aku selalu kena kepala ular, turun terus.”

“Nanti aku naikin. Main ular tangga kan emang gitu. Kadang naik, kadang turun.”

“Aku tetep nggak mau main ular tangga.”

“Terus, mau main apa?”

“Mainin aku aja!”

“Hmm, genitnya keluar lagi. Aku nggak mau mencelakai anakku. Pakai baju!” perintah Yeriko sambil melemparkan baju ke arah Yuna. “Kita cari makan sambil jalan-jalan.”

Yuna tertawa kecil. Ia segera mengenakan pakaiannya dan pergi jalan-jalan santai menikmati keindahan kota Naples.

 

 

(( Bersambung ... ))

Thanks udah baca sampai di sini.

Dukung terus biar aku makin semangat bikin cerita yang lebih seru lagi.

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas