Friday, July 11, 2025

Perfect Hero Bab 288 : Persiapan Pernikahan Part.1

 


Jam sepuluh malam, Yuna masih mondar-mandir di ruang tamu. Menunggu Yeriko pulang dari perusahaannya. Mendekati hari pernikahan mereka. Yeriko terlihat sangat sibuk, sering pulang sampai malam dan membuat Yuna tidak bisa tidur dengan tenang.

“Mbak, belum mau tidur?” tanya Bibi War.

“Masih nunggu Yeriko pulang.”

“Bibi tidur duluan. Ini, Bibi potongkan buah untuk cemilan malam.”

Yuna mengangguk. “Makasih, Bi!”

Bibi War mengangguk sambil tersenyum. Ia bergegas pergi meninggalkan Yuna dan masuk ke kamarnya.

Yun menatap potongan buah yang ada di atas meja. Ia langsung memakannya satu per satu sambil membaca majalah tentang ibu dan anak. Ia menguap beberapa kali, hingga akhirnya ia tertidur di sofa ruang tamu.

Beberapa menit kemudian, Yeriko kembali dari perusahaannya. Ia terenyuh begitu melihat istrinya menunggunya pulang hingga tertidur di sofa. Yeriko menyentuh tangan Yuna, bermaksud untuk menggendongnya ke kamar tanpa membangunkannya.

“Udah pulang?” Yuna langsung membuka mata begitu merasakan sentuhan di tangannya. “Sorry, aku ketiduran. Aku buatin minum dulu.” Ia bergegas bangkit dari sofa dan melangkah menuju dapur.

Yeriko hanya tersenyum kecil melihat istrinya yang begitu antusias melayaninya.

Tak berapa lama, Yuna kembali ke ruang tamu sembari membawa secangkir susu jahe hangat.

“Akhir-akhir ini, kamu sering pulang malam. Banyak banget kerjaan di kantor?” tanya Yuna.

Yeriko mengangguk sambil melonggarkan dasinya.

Yuna tersenyum. Ia membantu Yeriko melepas jas dan dasinya.

“Kenapa tidur di sini?” tanya Yeriko.

“Aku nungguin kamu pulang. Nggak bisa tidur sendirian.”

Yeriko tersenyum sambil merangkul Yuna. “Besok aku lembur lagi. Apa perlu aku pindahin kamar ke ruang tamu?” tanyanya sambil menahan tawa.

Yuna memonyongkan bibirnya. “Nggak segitunya juga, kali.”

Yeriko tertawa kecil. “Kalo kamu kayak gini terus, aku nggak bisa tenang lembur di kantor. Jadi kepikiran kamu.”

“Ajak aku lembur!” pinta Yuna. “Di ruang kerja kamu, ada kamar buat istirahat kan?”

“Mmh …” Yeriko memutar bola matanya. “Aku malah nggak konsen kalo kamu di sana. Pengen …” Ia mencondongkan badannya ke tubuh Yuna.

“Pengen apa?”

“Pengen … olahraga malam,” jawabnya sambil tersenyum.

Yuna tertawa kecil.

“Oh ya, gimana si Refi tadi siang?”

“Makin panas deh kayaknya. Mudahan aja dia sadar dan nggak ganggu kamu lagi.”

Yeriko manggut-manggut. “Kenapa kamu masih baik sama dia? Bukannya dia musuh kamu?” tanya Yeriko sambil menyesap minuman hangat yang dibuatkan Yuna.

“Aku nggak pernah anggap dia musuh. Aku cuma nggak mau jadi seperti dia. Aku kasihan aja lihat dia kayak gitu. Aku juga pernah mengalami kesusahan seperti dia. Jauh dari keluarga, nggak ada yang peduli. Di saat seperti itu, aku selalu mengharapkan malaikat Tuhan melindungiku. Aku sudah melewati banyak kesulitan di luar negeri. Andai aku nggak bertemu sama orang-orang yang baik. Mungkin akan tersesat seperti Refi. Memang cukup melelahkan. Tapi, akan lebih baik kalau aku bisa merubah dia jadi wanita yang baik.”

Yeriko tersenyum bangga menatap wajah istrinya. Ia langsung memeluk Yuna dan mengecup lembut kening istrinya itu. “Yun, hati kamu begitu mulia. Aku beruntung banget bisa punya wanita seperti kamu. Andai waktu bisa diganti. Aku ingin lebih dulu mengenal kamu sebelum mengenal cinta.”

Yuna tersenyum sambil menengadahkan kepalanya menatap Yeriko. “Belum terlambat kan? Sekarang, aku bersyukur sama semua penderitaan yang udah aku alami di masa lalu. Karena itu semua yang membawaku mengenal dan mencintai kamu.”

Yeriko tersenyum dengan mata berbinar. Ia sangat bahagia memiliki wanita yang cantik, baik hati dan tulus mencintainya. Perlahan, ia mengulum bibir mungil dan manis milik Yuna. Kemudian, menggendongnya naik ke kamar mereka.

 

Keesokan harinya … Yuna dan Yeriko mulai sibuk dengan hari pernikahan mereka. Pagi-pagi sekali, Rullyta sudah berada di rumah Yeriko.

“Yer, kamu hari ini masih kerja?” tanya Rullyta begitu melihat Yeriko turun dari kamarnya dalam keadaan rapi.

“Iya, Ma.”

“Dua hari lagi hari pernikahan kalian. Kamu belum ambil cuti juga?”

“Aku kelarin dulu urusan kerjaan. Biar bisa liburan setelah resepsi,” jawab Yeriko sambil melangkah ke meja makan.

“Liburan ke mana?” tanya Yuna.

“Bukannya kalian belum bulan madu? Mama kasih hadiah buat kalian jalan-jalan ke Amalfi Coast,” jawab Rullyta sambil tersenyum. Ia menikmati sarapan pagi bersama Yuna dan Yeriko.

“Hah!?” Yuna tidak bisa mengungkapkan perasaan bahagianya. Ia tak menyangka kalau Yeriko benar-benar mewujudkan keinginannya untuk berbulan madu ke Amalfi.

“Ma, kenapa dibocorin sekarang!?” dengus Yeriko sambil mengerutkan dahi.

Yuna dan Rullyta tertawa kecil.

“Yer, Yuna ini lagi hamil muda. Mana bisa mau ngasih kejutan rahasia dengan tiba-tiba. Perjalanan ke sana lumayan jauh. Jadi, Yuna harus dapet surat keterangan dokter dulu sebelum berangkat ke sana.”

Yeriko berpikir sejenak. “Apa perjalanan ini aman buat kandungan Yuna?”

“Aman atau nggaknya, itu tergantung gimana keterangan medis dari dokter. Hari ini, mama akan temani Yuna buat dapetin surat itu.”

Yeriko menganggukkan kepala.

“Selama perjalanan, kamu harus perhatikan waktu istirahatnya Yuna. Nggak boleh sampai kurang tidur, nggak boleh kecapekan dan harus jaga asupan makanannya dia!” pinta Rullyta.

“Oh ya, kalian akan transit dua kali. Pertama di KL, kedua di Istanbul. Kamu manfaatin ini buat istirahat. Jangan dipake buat jalan-jalan!” lanjut Rullyta.

Yuna menggigit bibirnya sambil menahan senyum. “Hmm ... akhirnya, aku bakal ngerasain bulan madu juga sama Yeriko!” serunya dalam hati.

“Kamu jangan seneng dulu!” dengus Rullyta sambil menatap Yuna yang senyum-senyum sendiri.

Yuna spontan merubah ekspresi wajahnya.

“Hari ini, kalau kata dokter kamu nggak bisa bepergian jauh. Terpaksa, bulan madunya ditunda sampai anak kalian lahir,” lanjut Rullyta.

Yuna mengangguk kecil. Sementara, Yeriko menahan tawa melihat ekspresi kekecewaan yang tergambar dari wajah Yuna.

“Mama juga seneng banget jahilin Yuna,” tutur Yeriko dalam hati.

“Oh ya, besok malam kamu udah mulai nginap di Sangri-La!” perintah Yuna.

“Aku?”

Rullyta menganggukkan kepala. “Mama udah atur Jheni sama Icha buat jadi bridesmaid kamu. Jadi, mereka akan temani kamu di sana.”

Yuna menganggukkan kepala.

“Aku juga, Ma?” tanya Yeriko.

“Nggak boleh! Mama sudah atur kamar lain untuk kamu, Chandra dan Lutfi.”

“Ma, kita kan udah nikah. Yuna juga udah hamil. Kenapa masih nggak boleh satu kamar?”

“Huft, kamu ini ... satu malam aja nggak kelonan sama Yuna, masa nggak tahan!?” seru Rullyta.

“Aku tahan, Ma. Dia gimana?” tanya Yeriko sambil menunjuk Yuna dengan dagunya.

“Eh!?” Yuna melongo saat dua pasang mata itu melihat ke arahnya. “Aku? Aku nggak masalah kok, Ma.”

“Nah, Yuna aja nggak masalah. Kamu aja yang banyak alasan!” dengus Rullyta.

Yeriko menahan tawa mendengar ucapan mamanya.

Mereka menikmati sarapan bersama sembari membicarakan pernikahan yang sudah di depan mata.

Usai sarapan, Yeriko berangkat ke perusahaan untuk menyelesaikan semua rencana proyek beberapa hari ke depan. Sementara, Yuna dan Rullyta pergi ke rumah sakit sembari melihat-lihat persiapan acara pernikahan yang akan digelar secara tertutup di Ballroom Sangri-La Hotel.

 

 

 ((Bersambung...))

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas