Friday, July 11, 2025

Perfect Hero Bab 287 : Makin Panas

 


Refi berdiri di depan cermin sembari menatap dirinya yang sangat berantakan. Di beberapa tubuhnya terdapat luka memar berwarna ungu, bekas kiss mark yang dilakukan oleh Deny. Ia mengingat kejadian dua hari lalu di mana ia gagal menjebak Yeriko. Justru bergulat dengan Deny selama dua hari dua malam.

Ia baru saja tersadar dari pengaruh obat yang ia telan sendiri, ia langsung mengusir Deny keluar dari rumahnya.

“Huft, kenapa aku nggak bisa lepas dari laki-laki itu?” ucapnya kesal.

Deny telah mengendalikan Refi sepenuhnya. Refi tidak bisa berbuat apa-apa karena ia hanya mengandalkan Deny sebagai pembantunya. Ia tidak bisa mengandalkan orang lain lagi.

Refi mulai merapikan kamar dan seisi rumahnya yang sangat berantakan.

“Deny sialan!” maki Refi sembari menyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh ruangan.

“Kalo bukan karena aku mau manfaatin dia, aku nggak bakalan mau tidur sama cowok kayak dia!” serunya kesal. Ia benar-benar tidak mengerti, sejak ia di Paris hingga kembali ke Indonesia. Deny tidak pernah berhenti mengikutinya.

“Hmm ... sebenarnya, aku yang manfaatin dia atau dia yang manfaatin aku?” gumam Refi.

“Huh, nggak bisa. Aku masih butuh dia sampai aku bisa dapetin Yeriko lagi.”

 

Tok ... tok ... tok ...!

 

 

Refi langsung menoleh ke arah pintu yang diketuk.

“Siapa yang ke sini? Yang tahu aku tinggal di sini cuma Deny, Yeriko sama Chandra. Deny? Baru aja aku usir masa udah datang lagi? Chandra? Biasanya nyamperin aku kalo di rumah sakit doang. Jangan-jangan ... itu Yeriko! Pasti dia datang ke sini mau minta maaf dan menyesali perbuatannya karena udah nyuekin aku.” Refi kegirangan dan langsung melangkah menuju pintu.

Refi langsung membelalakkan matanya begitu melihat wanita yang berdiri di depan pintu. “Kamu? Ngapain ke sini?” tanya Refi.

Yuna tersenyum manis ke arah Refi. “Apa kabar? Kaki kamu udah sembuh?”

“Udah,” jawab Refi ketus.

Yuna menatap Refi yang terlihat sangat berantakan. Di leher dan dadanya terdapat bekas keunguan. “Kamu habis main sama siapa?”

“Main apaan?”

“Kenapa banyak kiss mark di badan kamu?”

Refi tersenyum sambil menatap Yuna. “Cuma Yeriko yang tahu aku tinggal di sini. Menurut kamu, siapa lagi yang bisa main sama aku kalo bukan dia? Kamu nggak tahu kalau suami kamu itu udah selingkuh di belakang kamu. Dia itu nggak beneran sayang sama kamu.”

Yuna menahan tawa mendengar kebohongan yang diciptakan oleh Refi. Kali ini ia tidak akan mudah terprovokasi dengan ucapan Refi karena Yeriko sudah menceritakan kejadian yang sebenarnya.

“Ref, kamu pikir Yeriko bakal tertarik sama perempuan murahan kayak kamu. Jelas-jelas kamu abis tidur sama cowok lain. Masih aja mau ngejar-ngejar Yeriko. Aku yang akan jagain dia supaya nggak jatuh ke dalam pelukan wanita jalang kayak kamu!”

“Heh, kamu jangan ngomong sembarangan ya!” sentak Refi. “Kamu nggak punya bukti kalau aku tidur sama laki-laki lain.”

Yuna tersenyum sinis. “Kamu pikir aku bego? Kissmark sebanyak itu, ngapain aja? Abis masak bareng?” tanya Yuna sambil tertawa kecil.

Refi terdiam. Ia melirik ke arah Angga yang berdiri di belakang Yuna. “Kamu sama siapa? Selingkuhan baru kamu?”

Yuna tersenyum. “Nggak usah ngalihin pembicaraan! Dia supir kesayangannya Mama Rully. Sekarang, dia khusus jadi supir pribadiku.”

Refi mengerutkan bibirnya. Matanya menatap Yuna penuh rasa cemburu. Menjadi istri Yeriko, Yuna mendapatkan banyak fasilitas mewah. Seharusnya, dialah yang ada di posisi Yuna saat ini.

“Oh, kamu ke sini cuma mau pamer semua fasilitas yang udah kamu dapetin dari keluarga Hadikusuma?” tanya Refi tak bersahabat.

Yuna tersenyum. “Jelas, dong. Aku istri sahnya Yeriko Sanjaya Hadikusuma. Aku pantes buat dapetin ini semua.”

“Yun, asal kamu tahu. Apa yang kamu dapetin sekarang, seharusnya itu semua milik aku!” seru Refi. “Aku bakal ambil semuanya dari kamu.

Yuna tersenyum sinis. “Aku tahu, kamu nggak bener-bener cinta sama Yeriko. Kamu cuma terobsesi sama harta yang dia punya.”

“Nggak usah munafik! Aku tahu kalau kamu juga ngincar harta Yeriko,” sahut Refi kesal. Ia melirik cincin berlian yang melingkar di jari Yuna. Cincin itu terlihat mahal dan bentuknya tidak pernah ia lihat. Ia semakin cemburu melihat Yuna menggunakan barang-barang mewah.

Yuna tersenyum puas melihat Refi yang terlihat jelas memiliki rasa cemburu dan ambisi yang besar. “Ref, aku nggak perlu hartanya Yeriko. Saat aku nikah sama dia, aku nggak tahu sama sekali kalau Yeriko pria muda yang bukan Cuma tampan, tapi juga kaya raya.”

Refi semakin kesal mendengarkan ucapan Yuna.

“Sekarang, aku udah tahu kalau Yeriko itu pria kaya yang jadi incaran banyak perempuan. Sayangnya, aku sudah terlanjur jadi istri sahnya dia. Aku nggak bisa menolak lagi semua harta yang dia kasih ke aku.”

“Yeriko baru kenal sama kamu belum sampai setahun. Dia cuma sementara aja kayak gini ke kamu. Cepat atau lambat, dia akan sadar dan balik ke aku lagi.”

Yuna tersenyum menanggapi ucapan Refi. “Aku rasa Yeriko nggak akan ngelakuin itu. Karena sekarang, aku sudah mengandung anaknya dia.”

“Apa!?”

“Kenapa? Kamu masih nggak percaya kalau aku ini istri sahnya Yeriko?” tanya Yuna. “Ref, sebaiknya kamu berhenti ngejar suami orang. Kamu bisa cari kebahagiaan kamu dan hidup dengan damai. Kamu cantik, di luar sana pasti ada pria yang menghargai dan mencintai kamu dengan tulus.”

“Kamu nggak usah sok baik sama aku!” sahut Refi ketus.

“Aku nggak pernah sok baik sama kamu, apalagi mau baik beneran. Aku cuma mau, kamu berhenti mengganggu rumah tangga kami. Yeriko sudah bahagia tanpa kamu. Jangan usik dia lagi!”

Refi tersenyum sinis. “Bilang aja kalo kamu nggak berani bersaing sama aku,” celetuknya.

“Aku rasa, aku nggak perlu bersaing sama kamu. Karena hasilnya sudah pasti kamu yang kalah. Aku takut, kamu makin depresi dan lompat lagi dari gedung.”

“Kamu jangan terlalu percaya diri! Gimana kalo akhirnya aku bisa ambil Yeriko lagi?”

“Aku bakal ambil lagi dari kamu,” jawab Yuna santai sambil tersenyum.

Refi semakin kesal dengan sikap Yuna yang terlihat sangat santai. “Aku nggak akan ngebiarin kamu hidup bahagia!” serunya.

“Sayang banget, Ref. Sekarang aku udah hidup bahagia.”

“Ini cuma sementara Yun. Aku bakal ambil lagi apa yang seharusnya jadi milikku!” seru Refi histeris.

“Oh ya? Minggu ini pesta pernikahan aku sama Yeriko. Aku harap, kamu bisa memikirkan dengan baik dan bisa merubah diri kamu sendiri. Kalau kamu masih keukeuh ganggu rumah tangga kami. Kamu bisa kehilangan semuanya. Kamu bisa tinggal di sini juga karena aku yang minta ke Yeriko!” sahut Yuna mulai kesal.

Refi semakin emosi. Ia benar-benar tidak bisa menerima kalau hubungan Yuna dan Yeriko sangat baik sehingga tidak ada keraguan di antara mereka.

Yuna tersenyum menatap Refi. “Kalau kamu masih nggak mau nyerah dan tetap mau bersaing sama aku. Aku bakal ngelawan kamu sampai akhir. Kamu pikirin baik-baik dulu. Jangan sampai rasa belas kasih kami ke kamu bener-bener hilang!” Yuna berbalik dan melangkah pergi meninggalkan rumah Refi.

Refi menatap kesal. Setelah Yuna benar-benar pergi, ia langsung membanting pintunya keras-keras.

Refi melangkah masuk menuju dapur. Ia mengambil air minum penuh emosi. “Yuna sialan! Kenapa ada perempuan kayak gitu di dunia ini? Kenapa dia nggak terpengaruh sama sekali?” Ia sibuk memikirkan cara mendapatkan Yeriko kembali.

“Aaargh ...!” seru Refi sambil membanting gelas kaca di tangannya hingga pecah berkeping-keping.

Refi mencari ponsel miliknya dan langsung menelepon Yeriko.

“Halo ...!”

“Halo ...! Yer, barusan istri kamu ke rumah aku. Dia sengaja datang buat cari ribut.”

Yeriko tersenyum sinis. “Bukannya kamu sendiri yang udah bikin keributan?” batin Yeriko.

“Istri kamu ngancam-ngancam aku, Yer. Aku takut banget. Aku nggak mau tinggal di sini lagi. Aku mau pindah.”

Di saat yang bersamaan, panggilan telepon Yuna juga masuk. “Kamu nggak perlu pindah. Tetaplah tinggal di situ. Kamu tenang aja! Masalah ini, biar aku yang urus.”

“Oke. Makasih ya, Yer.” Refi tersenyum, ia mengira kalau Yeriko masih peduli padanya dan akan menyelesaikan Yuna untuknya.

“He-em.” Yeriko mematikan panggilan telepon Refi dan menjawab panggilan telepon dari istrinya.

“Halo ... Bundanya anak-anakku yang cantik!” sapa Yeriko begitu ia menjawab panggilan telepon dari Yuna.

“Halo ...! Lagi telepon siapa?”

“Coba tebak, siapa yang barusan telepon?”

“Si Refi?”

“Bener banget.”.

“Yeei ... aku bener, hadiahnya apa?” tanya Yuna bercanda. “Ternyata bener, dia langsung ngadu tuh ke kamu.”

Yeriko tersenyum kecil. “Dia udah mulai masuk ke perangkap. Kamu udah makan siang?”

“Ini lagi di jalan, mau pulang. Kamu ...”

“Aku makan siang di kantor. Barusan, Bibi antar makanan ke sini.”

“Kenapa nggak nyuruh aku?”

“Kamu istirahat aja di rumah. Jagain si Dedek ya!”

“He-em.” Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Hmm ... Ide kamu bagus juga. Ntar aku ceritain di rumah aja kalau kamu udah pulang. Lanjutin kerjanya ya! I love you. Bye!”

“Bye ...!” Yeriko tersenyum menatap layar ponselnya yang sudah mati. Ia tak menyangka kalau istrinya punya keberanian besar untuk menghadapi Refi yang ambisius.


((Bersambung...))

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas