Friday, July 11, 2025

Perfect Hero Bab 283 : Sama-Sama Cemburu

 


“Yuna ...!” Andre mencoba mencegah Yuna agar tidak pergi seorang diri.

Tepat saat Yuna ingin keluar dari halaman restoran, Lamborghini Biru memasuki halaman restoran tersebut. Yuna memicingkan mata sambil menghalau cahaya lampu mobil yang menyilaukan matanya.

Yuna tersenyum dalam tangisnya saat melihat mobil tersebut berhenti dan mematikan lampunya. Ia sangat mengenal mobil itu. Suaminya, bergegas keluar dari mobil. Yuna langsung berlari ke dalam pelukan Yeriko.

“Kamu nggak papa, kan?” tanya Yuna sambil memeluk erat tubuh Yeriko.

“Kenapa hujan-hujanan kayak gini?” tanya Yeriko. Matanya tertuju pada Andre yang sejak tadi berdiri di belakang Yuna.

“Aku ...” Yuna menghentikan ucapannya saat Andre tiba-tiba menarik tubuhnya dari pelukan Yeriko.

“Bisa-bisanya kamu biarin Yuna nunggu kamu di sini sendirian. Kamu nggak tahu gimana khawatirnya dia? Dia lagi hamil. Kamu nggak sayang sama istri dan anak kamu sendiri? Suami nggak bertanggung jawab!” sentak Andre sambil melayangkan tonjokkan ke wajah Yeriko.

Yeriko langsung menahan tangan Andre sebelum mengenai wajahnya. Ia tidak ingin mencari masalah dengan Andre. Walau keberadaannya sedikit mengganggu hubungan rumah tangganya, tapi Andre cukup bisa diandalkan untuk melindungi istrinya.

Andre menatap Yeriko penuh emosi. Ia berusaha melepaskan kepalan tangannya dari genggaman tangan Yeriko.

“Ndre, makasih udah jagain mereka!” tutur Yeriko. Ia kembali menarik Yuna ke dalam pelukannya. Yeriko langsung melepas jaket yang dikenakan Yuna, melemparnya ke arah Andre.

Yeriko membuka pintu mobil, mendorong tubuh Yuna perlahan masuk ke dalam mobilnya. Ia tersenyum menatap Andre. “Makasih, Ndre!” ucapnya sambil menepuk bahu Andre. Ia masuk ke mobil, meninggalkan Andre yang masih terpaku seorang diri di bawah rintik hujan.

Andre tersenyum kecil sambil menatap jaket yang ada di tangannya. Ia tidak bisa memiliki Yuna, tapi masih bisa melindungi wanita itu walau hanya sebentar. “Yun, semoga kamu selalu bahagia. Aku cuma bisa menjagamu dari jauh,” gumam Andre sambil berbalik dan pergi ke dalam mobilnya.

Di perjalanan, Yuna dan Yeriko tak saling bicara. Mereka sibuk dengan pikiran mereka sendiri.

Yeriko terus melirik Yuna yang duduk di sampingnya, hatinya diselimuti rasa bersalah. Membiarkan Yuna menunggu lama dan membuatnya seperti ini.

 

HATCHIIM ...!

Yuna tak bisa lagi menahan rasa gatal yang tiba-tiba bersarang di lubang hidungnya.

HATCHIIM ...!

Yuna menutup mulut hidung dan mulutnya menggunakan tisu.

Yeriko langsung menepikan mobilnya. Ia melepas safety belt yang melingkar di tubuhnya, meraih jaket yang ada di kursi belakang dan menutupkannya ke wajah Yuna. “Sorry, aku sengaja bikin kamu kayak gini.”

Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Aku nggak papa.”

“Kamu sakit gara-gara aku, Yun. Maafin aku!” Yeriko menyentuh kedua pipi Yuna dan menciumnya penuh kehangatan.

“Aku nggak papa. Cuma flu aja,kok.”

“Flu juga penyakit, aku carikan kamu obat di apotek.”

Yuna langsung menatap wajah Yeriko. “Kamu lupa kalau aku lagi hamil?”

“Astaga!” Yeriko menepuk dahinya sendiri. “Kita cepet-cepet pulang aja.”

Yuna mengangguk.

Yeriko kembali mengenakan safety belt dan melajukan mobilnya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Yeriko membawa Yuna untuk berendam air hangat bersamanya.

“Yun, maafin aku!” bisik Yeriko sambil memeluk tubuh Yuna dari belakang.

Yuna menengadahkan kepalanya sambil tertawa kecil. “Kamu minta maaf terus. Aku nggak papa.”

Yeriko tersenyum kecil. Ia tetap saja merasa bersalah karena membiarkan Yuna menunggunya seorang diri.

“Kenapa? Kamu biasa aja kayak gini karena Andre nemenin kamu di sana?”

Yuna langsung memutar tubuhnya menghadap ke Yeriko. “Udah kayak gini, kamu masih bisa nyurigain aku!?” dengusnya kesal.

“Kenapa Andre bisa ada di sana juga? Kamu manggil dia karena aku nggak datang tepat waktu.”

“Aku nggak tahu. Dia tiba-tiba udah ada di sana. Aku nggak manggil dia. Kamu nggak percaya sama aku?”

Yeriko terdiam, wajahnya terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“Harusnya aku yang marah karena kamu udah bikin aku nunggu lama di sana. Udah bikin aku khawatir waktu orang-orang bilang ada kecelakaan. Kamu juga lebih milih makan malam sama Reptil itu daripada datengin aku tepat waktu!” seru Yuna kesal sambil memukul air yang ada di dalam bathtub.

Yeriko gelagapan. Istrinya yang tadinya lembut, tiba-tiba berubah menjadi emosi seperti saat mereka pertama kali saling mengenal.

Yuna menautkan kedua alisnya sambil menatap Yeriko. Wajahnya terlipat-lipat tak karuan, ia keluar dari bathtub. Meninggalkan Yeriko yang masih melongo melihat tingkah Yuna.

Yeriko baru tersadar saat Yuna sudah mengenakan handuk mandinya. “Kamu tahu dari mana kalau aku sama Refi makan bareng?”

“Dari Refi. Dia yang kirim foto-foto kalian ke aku.”

“Nggak ada orang lain di tempat itu, siapa yang motoin?” tanya Yeriko, ia ikut keluar dari dalam bathtub.

Yuna mengedikkan bahunya. “Hantu kali,” jawabnya kesal.

“Yun, kamu marah karena Refi?” tanya Yeriko. Ia buru-buru mengenakan handuk saat Yuna melangkah keluar dari kamar mandi.

“Kamu marahin aku karena Andre?” sahut Yuna tak mau kalah.

Yeriko menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia segera mengejar langkah Yuna. “Aku sama Refi nggak ngapa-ngapain. Dia cuma minta aku nemenin ulang tahunnya doang. Aku, bahkan nggak menyentuh makanan dan minuman sedikit pun di sana,” jelas Yeriko sambil menarik lengan Yuna.

“Ngerayain ulang tahun cuma berdua doang? Romantis banget!” seru Yuna sambil melangkah menuju lemari.

“Yuyun ...!” seru Yeriko sambil meletakkan telapak tangannya ke lemari untuk menahan langkah Yuna. “Dengerin aku dulu!” pintanya.

“Aku udah dengar. Kamu berduaan aja sama Refi di dalam ruangan itu, makan bareng, peluk-pelukkan ...”

Yeriko menatap mata Yuna. “Kamu lagi cemburu?” tanya Yeriko.

“Eh!? Enggak. Ngapain aku cemburu sama cewek kayak dia?” sahut Yuna menyembunyikan perasaannya. Ia berbalik dan mencoba melangkah pergi. Namun, kedua tangan Yeriko menahannya dan membuat punggungnya merapat ke lemari pakaian.

“Kamu cemburu?” tanya Yeriko sambil tersenyum.

Yuna menggelengkan kepalanya.

“Mata kamu lagi bohongin aku.”

Yuna langsung mengerjap-ngerjapkan matanya. Pipinya merona saat melihat Yeriko tersenyum kepadanya. “Emangnya kenapa kalo cemburu. Kamu kan suami aku, wajar kan kalo aku cemburu kamu jalan sama cewek lain. Apalagi, cewek itu cinta pertama kamu. Kamu bisa aja balik sama dia lagi dan ninggalin aku sama anakku gitu aja,” cerocos Yuna.

Yeriko tersenyum, mulutnya langsung menyambar bibir Yuna yang dingin. Mengulumnya dengan lembut dan penuh kehangatan.

Yuna langsung tersenyum saat Yeriko melepas ciumannya perlahan.

“Kamu harus percaya sama aku. Wanita yang paling aku cintai di dunia ini cuma istriku, nggak ada yang lain,” tutur Yeriko.

Yuna menyembunyikan bibirnya, tapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan kalau wajahnya penuh dengan senyuman.

Yeriko tersenyum menatap Yuna. “Cepet ganti baju!” perintahnya. “Aku masakin buat kamu.” Ia membuka pintu lemari, mengambil kaos dan celana pendek. Ia langsung mengenakan celana pendeknya. Kemudian, mengenakan kaos sambil berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.

Yuna tersenyum senang. Sebenarnya, ia tidak ingin memaafkan Yeriko dengan mudah. Hanya saja, perlakuannya membuatnya luluh. 


((Bersambung...))

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas