Friday, July 11, 2025

Perfect Hero Bab 281 : Penolakan yang Kejam

 


Yeriko memasuki rumah sewaan milik Refi. Sebenarnya, rumah tersebut sudah ia atur sebelumnya bersama Chandra karena perkembangan kaki Refi yang terus membaik. Yeriko menyewakan sebuah rumah yang tak jauh dari rumah sakit agar Refi tetap bisa mendapatkan terapi dengan mudah.

Refi bergegas membukakan pintu untuk Yeriko begitu ia mendengar pintu rumahnya diketuk.

Yeriko menatap tubuh Refi dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, hingga membuat Refi mengira kalau Yeriko terpesona dengan penampilannya.

“Kamu udah bisa berdiri?” tanya Yeriko. Dalam hati, ia ingin tertawa melihat penampilan Refi yang menggelikan.

Refi mengangguk, ia memasang senyum semanis mungkin. Di matanya, jelas tersirat kalau ia sangat menginginkan Yeriko.

“Ayo, masuk!” ajak Refi sambil melangkah perlahan. Ia mencoba menahan rasa nyeri di kakinya. Ia masih harus mengikuti beberapa terapi agar bisa berjalan normal tanpa menahan sakit.

Yeriko melangkahkan kakinya masuk ke rumah, ia menatap kue ulang tahun di atas meja dan semua hidangan yang sudah disiapkan oleh Refi.

“Yer, makasih ya. Kamu udah mau datang ke sini buat aku,” ucap Refi sambil tersenyum.

Yeriko tersenyum menatap Refi. Ia sudah memahami gerak-gerik Refi.

“Gimana keadaan kamu akhir-akhir ini? Sehat?” tanya Yeriko.

Refi tersenyum. “Iya. Seperti yang kamu lihat sekarang.”

“Baguslah. Aku bisa tenang dengarnya.” Yeriko sengaja mengucapkan kalimat yang membuat Refi mengira kalau dirinya masih memberikan perhatian untuk wanita itu.

“Yer, makasih banyak buat perhatian kamu ini. Aku tahu, kamu nggak bener-bener benci sama aku kan?” Ia mendekat ke tubuh Yeriko dan ingin menyandarkan kepalanya ke dada Yeriko.

Yeriko tersenyum sinis dan sengaja menghindari Refi hingga gadis itu terseungkur ke sofa.

Refi memejamkan mata sambil menarik napas dalam-dalam. Ia sangat kesal dengan sikap Yeriko kali ini. Ia tidak menyangka kalau Yeriko akan mempermainkan dirinya seperti ini.

“Ref, sabar!” bisiknya dalam hati. “Sebentar lagi, dia akan masuk ke dalam perangkap.”

Refi bangkit dari sofa dan tersenyum ke arah Yeriko.

“Mmh ... ayo, kita makan malam bareng. Bukannya, kamu nggak punya waktu?” ajak Refi sambil melangkah menuju meja makan.

Yeriko mengangguk kecil. Ia duduk di salah satu kursi, tepat di hadapan Refi. Tatapannya sangat dingin, membuat Refi semakin menginginkan pria setia seperti Yeriko.

“Yer, hari ini aku masak khusus buat kamu. Aku harap, kamu masih suka sama masakanku.” Refi menyiapkan piring untuk Yeriko, ia menaruh ikan di atas piring. Dulu, Yeriko sangat suka makan ikan hasil olahan tangan Refi.

“Aku nggak makan ikan!” Yeriko mendorong piring itu menjauh darinya. Ia sedikit pusing dan mual melihat olahan ikan yang ada di hadapannya.

“Eh!? Bukannya, dulu kamu suka makan ikan?”

Yeriko menggelengkan kepala. “Sekarang, aku cuma makan ikan yang dimasak Yuna,” jawabnya dingin.

Ucapan Yeriko benar-benar menyulut kemarahan Refi. Ia kini tidak tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran Yeriko. Pria itu terlihat sangat santai, hingga ia tidak bisa membaca apa yang tersirat dari wajah Yeriko.

“Yuna, siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu bisa mengendalikan Yeriko sampai seperti ini?” batin Refi kesal. Bibirnya terus tersenyum walau dalam hatinya mengumpat.

“Mmh ... kalau gitu, gimana kalau kita bersulang buat ngerayain ulang tahun aku?” tanya Refi sambil mengangkat gelas wine yang ada di hadapannya.

Yeriko menggeleng lagi. “Aku nggak minum, masih harus nyetir.”

Refi langsung menghapus senyuman di bibirnya. Ia meletakkan gelas wine miliknya kembali ke atas meja. Ia sangat kesal karena kehadiran Yeriko justru membuat suasana hatinya semakin buruk.

“Yer, aku cuma minta kamu sebentar buat ngerayain ulang tahunku aja. Kenapa sih kamu nggak bisa bersikap manis sama aku walau cuma sebentar?”

Yeriko merogoh korek dari saku celananya. Ia langsung menyalakan lilin yang tersemat di atas kue ulang tahun milik Refi. “Tiup lilinnya sekarang!” perintahnya. Ia tidak ingin berlama-lama berada di dekat Refi.

Refi menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Ia berharap Yeriko bisa kembali ke sisinya seperti dulu lagi. Ia membuka mata perlahan dan meniup lilin ulang tahun miliknya.

Yeriko tersenyum ke arah Refi. “Selamat ulang tahun,” ucapnya.

Refi balas tersenyum. Ia sangat bahagia melihat Yeriko tersenyum sambil mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Tahun kemarin, Yeriko juga masih melakukan hal yang sama untuknya lewat video call. Oleh karenanya, ia masih tidak bisa mempercayai kalau kini Yeriko mencintai wanita lain selain dirinya.

Yeriko langsung bangkit dari tempat duduknya.

“Mau ke mana?” tanya Refi.

“Mau pergi. Aku ada janji makan malam bareng istriku.”

Refi menahan amarah di dadanya. Ia tidak bisa membiarkan Yeriko pergi begitu saja. Ia harus bisa menahan Yeriko agar tetap tinggal bersamanya. Ia tidak ingin rencananya kali ini gagal lagi.

Refi berusaha menahan Yeriko agar tak beranjak pergi meninggalkannya. Ia ikut bangkit dan langsung memeluk tubuh Yeriko.

“Lepasin, Ref!” pinta Yeriko.

“Jangan pergi, please!” pinta Refi sambil mengeratkan pelukannya.

Yeriko makin geram dengan sikap Refi. Ia mencengkeram kedua lengan Refi dan melepaskan dirinya dari pelukan Refi.

Refi tidak bisa mempertahankan tubuhnya. Kakinya yang belum benar-benar kokoh membuat tubuhnya terjatuh ke lantai. “Aw ...!” Ia merintih kesakitan.

Yeriko menatap Refi yang terduduk di lantai sambil memegangi kakinya. Ia menarik napas, ia membungkukkan tubuhnya dan membantu Refi untuk bangkit.

Refi tersenyum. Ia langsung merangkul leher Yeriko.

“Lepasin, Ref!” sentak Yeriko.

Refi tersenyum menatap wajah Yeriko. “Yer, aku cuma mau selalu ada di dekat kami kayak gini walau tanpa status apa pun,” tuturnya sambil berusaha mencium wajah Yeriko.

“Argh ...!” Yeriko berusaha menghindari wajah Refi. Ia mencengkeram kedua lengan Refi dan menghempaskan tubuh Refi ke lantai begitu saja.

Yeriko berdiri di hadapan Refi sambil menatap gadis itu penuh kebencian. “Kamu sadar nggak kalau kelakuan kamu ini menjijikkan!”

Refi menengadahkan kepalanya sambil menatap Yeriko dengan mata berkaca-kaca. “Yer, aku kayak gini karena kamu. Aku pengen kamu balik kayak dulu lagi. Aku masih sayang sama kamu.”

“Aku nggak sayang sama kamu.”

“Bukannya dulu kamu bilang kalau kamu sayang sama aku?”

“Aku yang dulu udah nggak ada lagi. Sekarang, aku nggak bisa kamu tipu lagi.”

“Aku nggak nipu kamu, Yer. Aku beneran sayang sama kamu. Kenapa kamu nggak pernah lihat aku?”

Yeriko tersenyum sinis. “Aku nggak akan ngelihat perempuan murahan kayak kamu.”

“Kamu tega ngatain aku kayak gini?”

“Kamu pikir, aku nggak tahu kalau kamu udah naruh obat di minuman itu, hah!?” sentak Yeriko.

“Aku nggak naruh apa-apa di minuman itu. Itu cuma ...”

Yeriko tidak sabar menghadapi kebohongan-kebohongan Refi. Ia meraih gelas wine yang sudah disediakan Refi. Ia kembali membungkuk di hadapan Refi. Dengan cepat, tangannya menyambar rahang Refi. Membuka mulut gadis itu dengan paksa dan mengucurkan wine berisi obat perangsang itu ke dalam mulut Refi.

Refi langsung menangis sambil menatap Yeriko yang memandangnya sangat rendah.

Yeriko tersenyum sinis sambil menegakkan kembali tubuhnya. Ia mengangkat gelas wine yang sudah kosong lebih tinggi dari kepalanya. Secara perlahan, ia melepaskan pegangan tangannya dan membuat gelas itu meluncur bebas ke lantai.

 

TAARRR ...!

 

Pecahan gelas berderai tepat di sisi Refi. Yeriko tidak ingin bernegosiasi soal perasaannya. Ia langsung melangkah pergi penuh ketegasan dan tidak menoleh sedikitpun ke arah Refi.

Refi terus memandang tubuh Yeriko hingga menghilang di balik pintu yang berdentum karena tenaga Yeriko cukup kuat saat menutupnya.

“Aargh ...!” Refi menangis histeris. Ia bangkit sambil menyandarkan tubuhnya ke meja. Tangannya langsung menyingkirkan semua isi meja. Piring dan gelas berjatuhan ke lantai. Juga kue ulang tahun yang kini nasibnya berada di bawah kaki meja. Menunggu semut-semut melahapnya.

Refi tak bisa mengendalikan dirinya. Ia meminum banyak obat perangsang yang ia simpan.

“Kenapa jadi kayak gini?” teriak Refi histeris. Ia tidak bisa menerima kenyataan kalau Yeriko benar-benar membencinya.

Di saat yang tak terduga. Deny masuk ke dalam rumah itu. Ia melihat Refi yang terbaring di tas sofa penuh nafsu. Ia melihat obat perangsang yang tergelak di lantai. Wajahnya sangat antusias melihat Refi yang mulai meliukkan tubuhnya seperti cacing kepanasan.

Deny sangat senang melihat hal ini. Ia ikut meminum obat perangsang yang tersisa dan langsung melucuti semua pakaian Refi.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas