Friday, July 11, 2025

Perfect Hero Bab 277 : Visual Light Diamond Ring for Wedding Day

 


“Aku harus bisa!” tutur Refi menyemangati diri sendiri sambil terus melatih kakinya untuk bisa berjalan normal.

“Yeriko bener-bener nggak pernah lihat aku lagi. Ini semua karena perempuan itu. Kalau aku nggak sembuh, aku nggak bisa layak ada di sisi Yeriko.” Refi melangkahkan kakinya perlahan tanpa berpegangan. Ia meringis menahan nyeri di kakinya. Tapi, saat ini sudah lebih baik dari sebelumnya.

Yeriko telah memberikan pengobatan terbaik untuk kesembuhan kakinya. Ia mengira kalau Yeriko masih mencintainya. Ia pikir, cintanya pada Yuna hanyalah sementara. Suatu saat, ia pasti memiliki kesempatan untuk kembali mendapatkan hati Yeriko.

“Semuanya sudah hilang. Nasib karir dan percintaanku begitu menyedihkan. Kenapa aku harus kembali dalam keadaan seperti ini? Yeriko, nggak akan melihat aku kalau aku nggak bisa hidup normal.”

“Udah bisa jalan?” Suara di belakang Refi, tiba-tiba mengejutkannya. Ia berbalik dan menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya. Ia mengangguk sambil tersenyum bahagia. “Makasih ya, udah bantu aku berobat sampai bisa sembuh!”

Chandra tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Refi melangkah perlahan menuju kursi yang ada di taman tersebut.

Chandra mengikutinya sembari melihat perkembangan kaki Refi.

“Yeriko nggak pernah ke sini lagi. Apa dia ...”

“Dia nggak akan ke sini. Kamu jangan terlalu berharap sama dia. Dia nggak akan kembali ke kamu.”

Refi tersenyum. “Aku tahu, saat ini Yeriko memang lagi tergila-gila sama cewek itu. Tapi, aku yakin banget kalo perasaan itu cuma sementara. Setelah beberapa tahun ke depan, dia bakal bosan dan ninggalin cewek itu.”

“Kamu terlalu percaya diri ngomong begitu,” sahut Chandra. “Sayangnya, Ayuna bukan seperti wanita yang kamu kira. Yeriko menyayangi dia melebihi apa pun.”

Refi tersenyum kecil. “Lihat aja! Aku pasti bisa ngerebut Yeriko lagi.”

Chandra tersenyum sinis. “Lebih baik, kamu berhati-hati kalau memang mau ngelakuin itu.” Ia berbalik dan melangkah pergi.

“Yeriko nggak mungkin nyakitin aku!” seru Refi.

Chandra tersenyum sinis. Ia menolehkan kepalanya sedikit ke belakang. “Aku udah peringatin kamu. Yeriko jauh lebih berbahaya dari yang kamu pikirkan,” ucapnya dan melangkah pergi meninggalkan Refi seorang diri di taman rumah sakit.

Refi menitikan air mata. Ia tidak akan  menyerah begitu saja sampai mendapatkan kembali cinta Yeriko. “Yer, kamu udah bener-bener lupa sama apa yang terjadi sama kita dulu? Kenapa kamu bisa secepat ini ngelupain aku?” Ia terisak sambil menutup wajahnya.

Refi bertekad untuk sembuh. Membuat dirinya layak berada di sisi Yeriko. Menyingkirkan Yuna dari hati Yeriko untuk selamanya. Ia terus menipu dirinya sendiri kalau orang yang disukai Yeriko adalah dirinya.

 

 

...

 

“Ma, gimana persiapan pernikahanku?” tanya Yeriko saat mamanya sedang bersantai di kamarnya. Semenjak mengetahui kehamilan Yuna. Ia mengambil alih semua persiapan pernikahan dan tidak mengizinkan Yuna ikut sibuk memikirkan pernikahan mereka.

“Semuanya lancar. Siapa dulu yang ngurusin,” jawab Rullyta bangga. Ia mengeluarkan kotak cincin yang terbuat dari keramik dengan penutup kaca yang terlihat sangat mewah.

Yeriko tersenyum lebar melihat Emerald Diamond yang ia pesan khusus untuk Yuna dari seorang desainer perhiasan terkenal di Swiss. Ia langsung tersenyum sambil merangkul pundak mamanya.

“Soal selera wanita, Mama tetap nomor satu,” ucap Yeriko sambil menciumi pipi mamanya.

“Iya, dong. Mama pasti ngasih yang terbaik buat wanita kesayangan anak mama.”

Yeriko menatap kotak cincin di tangannya dengan mata berbinar. Ia tahu, apa yang ia miliki tak akan pernah bisa sebanding dengan Yuna. Ia akan mempersembahkan yang terbaik untuk wanita yang kini menjadi ratu di hatinya. “Yun, semoga kamu suka sama cincin ini,” bisiknya dalam hati.

“Itu masih belum seberapa, coba buka!” perintah Rullyta.

Yeriko tersenyum menatap mamanya sejenak. Ia melepas rangkulan tangannya dan membuka kotak cincin itu perlahan. “Aargh ...! Gila!” Yeriko langsung bangkit dan ingin melompat setinggi-tingginya.

Rullyta tersenyum. “Gimana? Bagus kan?” Rullyta menyambar kotak cincin dari tangan Yeriko dan menutupnya kembali.

“Itu cuma sebentar keluarnya?” tanya Yeriko.

“Cuma lima belas detik,” jawab Rullyta.

“Kenapa nggak bisa muncul terus?”

“Mmh ... kata designernya, wanita akan kagum pada detik pertama, detik berikutnya ... dia harus mengagumi pemberi cincin ini. Nggak boleh sampai lupa sama yang ngasih cincin karena sibuk mengagumi visual light yang keluar dari kotak ini.”

Rullyta tersenyum. Ia membuka kotak cincin itu perlahan. Saat penutup kaca itu terbuka sempurna, dari cincin tersebut keluar cahaya warna-warni yang membentuk siluet pasangan pria dan wanita. Cahaya itu hanya muncul dalam hitungan detik.

“Mama dapetin ini dari mana?” tanya Yeriko. Ia meraih cincin tersebut dan mengamatinya. “Aku Cuma pesan cincin khusus untuk Yuna. Kenapa bisa keluar kayak gitu? Keluarnya dari mana?” Ia terus memerhatikan cincin berlian di tangannya. Di bagian dalamnya terukir indah namanya dan nama Yuna.

Rullyta tersenyum sambil menutup kotak cincin yang ada di tangannya. “Keluarnya bukan dari cincin itu. Tapi dari sini,” ucapnya sambil menunjukkan kotak cincin yang ada di tangannya.

“Eh!? Mama dapet kotak itu dari mana?”

“Mama pesan langsung dari seniman keramik di Budapest. Kalau visual yang muncul ini, mama pesan langsung dari Master Art Visual and Lighting Design di New York. Kebetulan, mama kenal sama dia. Jadi, mama manfaatin aja. Lumayan, dapet diskon tiga puluh persen, hihihi.”

“Serius, Ma?”

Rullyta menganggukkan kepalanya. “Mama perhatikan, selera seni Yuna juga cukup tinggi. Jadi, Mama bakal kasih sesuatu yang unik. Bikin dia nggak akan pernah bisa ngelupain kamu.”

Yeriko tersenyum bangga menatap wajah mamanya.

“Kamu tahu nggak, setelah Mama pesen ini. Temen Mama langsung kepikiran buat ngerancang kotak perhiasan dengan konsep yang sama. Supaya, semua pasangan di dunia ini merasakan kebahagiaan yang tidak terlupakan saat mereka lamaran atau menikah.”

“Aku berharap kalau cuma aku satu-satunya orang di dunia ini yang punya kayak gini,” celetuk Yeriko. “Mudahan produk temen Mama itu gagal.”

“Eh!? Kamu doanya jelek banget? Udah dikasih diskon tuh sama dia.”

“Bodo amat!” sahut Yeriko sambil merebut kotak cincin dari tangan Rullyta. “Ini kotak keramik design khusus buat kami kan?” tanya Yeriko.

“Menurut kamu?” Rullyta tersenyum menatap Yeriko.

Yeriko mengamati kotak keramik dengan penutup kaca transparan itu. Bentuknya sangat unik, tapi ia juga tidak yakin kalau dia satu-satunya pemilik barang tersebut di dunia ini.

Rullyta tersenyum kecil. “Lihat di bawahnya!” perintah Rullyta.

Yeriko langsung mengangkat kotak tersebut ke atas kepalanya. “Wow ...!” serunya saat melihat nama Yuna dan namanya terukir di bawah kotak tersebut. “Mama memang paling the best!” Ia mengacungkan jempol dan mengembalikan cincin tersebut ke tangan Rullyta.

“Mama simpan sampai hari pernikahan kami!” pinta Yeriko. “Aku balik ke kamar dulu.”

Rullyta mengangguk. “Kalian nginap di sini semalam doang?”

Yeriko mengangguk.

“Gimana kalau Yuna, tinggal aja di rumah ini selama dia hamil?” tanya Rullyta.

“Mama jangan sabotase istriku!” sahut Yeriko.

Rullyta membelalakkan matanya mendengar ucapan Yeriko.

Yeriko terkekeh dan melangkah keluar dari kamar mamanya.

“Anak nggak tahu disayang. Nggak tahu apa kalau mamanya kesepian di rumah ini? Lihat aja, kalo anak kalian sudah lahir. Mama culik ke rumah ini setiap hari,” gumam Rullyta kesal. Ia menyimpan kembali kotak cincin ke laci nakas dan berbaring di tempat tidur.

Yeriko terus tersenyum sampai masuk ke dalam kamarnya. Ia sangat bahagia karena mamanya menyayangi Yuna sepenuh hati, begitu juga sebaliknya. Dua wanita yang paling ia cintai di dunia ini, saling menyayangi dan membuatnya merasa sangat beruntung.

Yeriko langsung berbaring di samping Yuna. Ia mengetahui kalau istrinya hanya pura-pura terlelap. “Belum tidur?” bisiknya.

Yuna tersenyum mendengar bisikan Yeriko.

Yeriko memeluk erat tubuh Yuna dari belakang.

“Dari mana?” tanya Yuna lirih.

“Dari kamar mama,” jawab Yeriko sambil meletakkan telapak tangannya di perut Yuna. Kini, ia terlelap sambil memeluk dua orang yang yang sangat berarti dalam hidupnya. Istrinya dan anaknya yang masih dalam perut Yuna.

 

(( Bersambung ... ))

 

Mama Ruly emang mama mertua paling the best, bisa juga ngasih kejutan ...

Stay terus di Perfect Hero biar aku makin semangat bikin cerita yang lebih seru lagi.

Meet me on instagram : @vellanine.tjahjadi

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas