Thursday, July 10, 2025

Perfect Hero Bab 275 : Triple Couple on Rooftop

 


“Yuna ... kamu nggak keberatan kan sama semua yang udah aku lakukan ke kamu?”

Yuna tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya. “Aku selalu bahagia sama apa pun yang kamu lakukan. Sekalipun, kamu mengurung aku di dalam kamar seharian.”

Yeriko tersenyum kecil. “Kamu itu tawanan terindah yang aku punya sepanjang hidupku.”

“Emangnya ada tawanan lain selain aku?”

Yeriko menggelengkan kepala.

“Kenapa kamu bilang terindah? Kalau terindah itu artinya lebih indah dari yang lain. Kalo nggak ada yang lain, artinya nggak bisa dibilang ter-” Yuna tak dapat melanjutkan  kalimatnya saat bibirnya tiba-tiba disumbat oleh bibir Yeriko. Ah, ia merasa suaminya sangat manis. Mungkin, memang jauh lebih indah berpacaran setelah menikah. Ia tidak perlu menutupi dirinya dan membalas mencium Yeriko penuh gairah.

Mereka berdua sangat menikmati romansa yang menyembur dari hati mereka. Membuat bibir mereka tak henti bertautan.

“Ehem ...!”

Deheman suara Chandra menghentikan  ciuman mereka.

“Ciyee ... udah nikah masih aja romantis,” tutur Lutfi.

Yeriko tersenyum sambil merangkul pundak Yuna.

“Kalian di sini juga?” tanya Yuna.

“Kamu pikir, Yeriko bisa bikin ini semua sendirian?” sahut Jheni.

Yuna tertawa menanggapi ucapan Jheni. Ia langsung memeluk erat pinggang Yeriko.

“Kalian yang nyiapin ini semua?” tanya Yuna.

Jheni menganggukkan kepala. “Bukannya kamu pengen dilamar? Yeriko udah mewujudkan keinginan kamu, Yun. Selamat ya!”

Yuna ingin sekali menendang wajah Jheni saat itu juga. Ia malu karena ia sudah menikah dan masih menginginkan hal konyol yang seharusnya tidak ia ucapkan.

“Kamu ini ... bener-bener bikin aku malu!”

“Yaelah, ngapain malu. Semua cewek juga pengen dilamar kayak gini kali.”

“Oh ... iya, iya.” Yuna langsung tersenyum menatap Chandra. “Kamu kapan ngelamar Jheni?”

“Hahaha.” Lutfi tergelak sambil menatap Chandra. “Cepetan lamar, Chan!”

“Gayamu, Lut. Kayak kamu nggak-nggaknya aja.”

“Selow, Bro. Aku sama Icha mah santai.” Lutfi merangkul pundak Icha sambil memainkan alisnya.

“Lutfi galau mau nikahin yang mana. Ceweknya banyak banget! Hahaha.” Jheni tergelak.

“Fitnes kamu, Jhen!” sahut Lutfi.

“Fitnah!” seru Jheni kesal. “Aku lihat di gosip, kamu lagi deket sama artis selebgram yang rambutnya blonde itu.”

“Astaga! Itu mah Icha juga tahu. Cuma endorse villa doang.”

“Halah, modus!” sahut Jheni.

Sementara Icha hanya tertawa kecil. Ia sudah paham bagaimana sifat Lutfi. Jauh berbeda dengan Chandra dan Yeriko. Walau usianya sudah menginjak angka dua puluh tujuh, tetap saja masih kekanak-kanakkan.

“Udah, nggak usah berantem!” pinta Yuna. “Aku laper.”

“Ayo makan!” seru Lutfi.

“Aku nyiapin buat Yuna, bukan buat kamu!” sahut Yeriko.

“Kita nyiapin buat kamu. Buat kita juga dong!” sahut Lutfi sambil terkekeh.

“Kalian!?” Yeriko mendelik. “Aku minta meja makan yang romantis, berdua aja!”

“Ngalah sama yang masih belum nikah!” sahut Lutfi. “Abis ini, kalian kan tetep bisa berduaan di kamar. Sepuasmu, Yer!”

Yeriko menggeleng-gelengkan kepala sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menoleh ke arah Yuna. “Sorry, semuanya jadi kacau kayak gini.”

Yuna tersenyum. “Nggak kacau, kok. Aku malah seneng bisa makan bareng mereka. Jarang banget kan?”

“Nah, bener!” sahut Lutfi sambil melenggang menuju meja makan. Yang lain, mengikuti langkahnya.

“Huu ... enak, nih!” seru Lutfi sambil duduk di salah satu kursi.

Yang lain selalu tersenyum melihat tingkah Lutfi. Mereka mulai menikmati makan malam bersama.

“Yer, ternyata kamu bisa romantis juga,” tutur Lutfi dengan mulut penuh makanan.

Yeriko hanya tersenyum kecil.

“Aku ngebayangin, pas kamu nyodorin cincin ke Kakak Ipar, turun hujan deras. Hahaha. Kacau!” Lutfi tergelak seorang diri.

“Senang banget lihat temen menderita!” sahut Jheni.

“Emangnya, mindahin restoran ke sini, idenya siapa?” tanya Yuna.

Semua orang langsung menunjuk ke arah Jheni.

“Kamu memang te-ope be-ge-te!” tutur Yuna sambil mengacungkan kedua jempolnya.

“Iya, dong!” sahut Jheni bangga. “Kamu suka kan kejutan yang romantis?”

Yuna tersenyum menatap Jheni.

“Yeriko bisa romantis juga,” tutur Jheni.

“Emang Chandra nggak bisa romantis?” tanya Yuna.

Jheni langsung tersenyum sambil menatap Chandra yang duduk di sampingnya. “Bisa?”

Chandra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Huh, lemah!” sahut Lutfi.

“Emang kamu bisa?” tanya Yuna.

“Gampang.” Ia memutar badannya menatap Icha yang duduk di sampingnya. “Lihat ya! Abis ini giliran kamu!” tuturnya sambil menatap Chandra.

Icha hanya tersenyum melihat tingkah Lutfi.

Lutfi meraih kedua tangan Icha. “Cha, di antara semua perempuan cantik yang aku kenal. Kamu bukanlah yang tercantik. Tapi, kamu berhasil bikin aku jatuh cinta tanpa alasan. Bikin aku takut setiap hari, takut kamu nggak ada lagi di sisiku. Bisakah kita terus bersama?” Lutfi menatap mata Icha serius.

Icha menahan tawa dalam hatinya. Ia tersenyum sambil menganggukkan kepala.

“Yes!” seru Lutfi sambil mengepal tangannya. “Giliran kamu!” Ia langsung menunjuk wajah Chandra.

Jheni terus tersenyum menatap Chandra. Ia tahu, Chandra tidak terlalu pandai berkata-kata. Terlebih, ketika berhadapan dengannya yang lebih banyak bicara dan juga pandai merayu.

Chandra menarik napas dalam-dalam dan memutar tubuhnya menatap Jheni. “Jhen ...!” panggilnya lirih.

“Mmh ...” Jheni tersenyum sambil menatap Chandra.

Chandra menatap serius ke arah Jheni. “Aku nggak bisa!” ucapnya sambil tertawa kecil. Ia malah salah tingkah dan merasa geli dengan dirinya sendiri.

“Hahaha.” Lutfi tergelak menatap wajah Chandra. “Kalian ini nggak pernah romantis apa?”

“Biasanya dia yang ...” Chandra menghentikan ucapannya saat mata Jheni mendelik ke arahnya.

Lutfi dan yang lainnya menahan tawa melihat hubungan Chandra dan Jheni.

“Dia keki, soalnya Jheni lebih jago kalo ngegombal. Hahaha.” Yuna ikut tertawa.

Jheni tersenyum kecil. “Dia nggak bisa ngegombal. Apalagi mau romantis-romantisan.”

“Tapi dia bisa nyium kamu kan, Jhen?”

“Pertanyaan apa itu?” dengus Jheni.

“Ya kali aja dia juga nggak punya inisiatif buat nyium kamu duluan. Jadi, kamu terus yang agresif.”

Jheni mencebik ke arah Lutfi.

“Idih, jangan-jangan beneran!?”

“Emang kenapa? Masalah buat lo!?” sahut Jheni kesal.

“Keenakan Chandra, dong! Tinggal terlentang aja dan menerima semuanya.”

Chandra hanya tertawa kecil menanggapi candaan Lutfi.

“Kamu ngiri ya?” dengus Yuna sambil menatap Lutfi.

“Weh, nggaklah. Laki-laki sejati harus punya inisiatif duluan!” sahutnya bangga.

“Halah, kamu berani ngomong tok!” celetuk Chandra.

Lutfi tertawa kecil. “Oh, jadi kamu nggak berani ngomong, langsung action aja?”

“Hahaha.”

“Lut, mereka udah dewasa. Nggak kayak kamu yang masih kayak anak-anak!” sahut Yuna.

Lutfi langsung membelalakkan matanya menatap Yuna. “Wah, meremehkan. Biar kelihatan masih anak-anak, aku udah bisa bikin anak.”

“Bikin dah!” sahut Yuna.

“Nanti lah, nikah dulu!”

“Ya udah, buruan nikah!”

“Iya. Nanti.”

“Hahaha. Lemah!”

Semua orang tertawa. Mereka menikmati makan malam bersama sambil terus bercanda hingga larut malam.

Yuna terus tersenyum dalam pelukan Yeriko. Mereka sangat bahagia menikmati kebersamaan dan kebahagiaan bersama sahabat. Bagi mereka, Lutfi, Chandra, Jheni dan Icha sudah seperti keluarga sendiri.

Usai makan malam, mereka kembali ke rumah masing-masing penuh suka cita.

 

(( Bersambung ... ))

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas