Thursday, July 10, 2025

Perfect Hero Bab 265 || Antusiasme Mama Rully || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Yuna ...!” Suara Rullyta menggema di seluruh ruangan.

Yuna yang sedang bersantai di halaman belakang, langsung bangkit dan menghampiri Rullyta. “Pagi, Ma!” Ia menyalami dan mencium tangan Rullyta dengan hormat.

Rullyta tersenyum menatap Yuna. Ia merasa sangat bahagia mendengar kabar kalau Yuna sudah mengandung.

“Mama dari rumah? Tumben pagi-pagi gini udah ...” Ucapan Yuna terhenti saat melihat dua orang pria dan beberapa pelayan tiba-tiba masuk dan berdiri di belakang Rullyta.

“Ini ada apa, Ma?” Yuna kebingungan sambil menatap banyak orang yang ada di belakang mamanya.

“Yun, kamu kan lagi hamil. Mama siapin mereka buat kamu.”

“Eh!?” Yuna masih tidak mengerti maksud mama mertuanya.

Rullyta tersenyum, ia menatap salah seorang pria yang memakai baju koki. “Ini, namanya Chef Rafa, dia yang akan memasakkan khusus buat kamu setiap hari.”

“Ini ...” Rullyta tersenyum sambil menatap pria yang berdiri di sebelah Chef  Rafa. “Namanya Mas Nanda. Dia ahli gizi, yang akan mengatur asupan nutrisi kamu selama kehamilan.”

Yuna melebarkan kelopak matanya. Ia tidak menyangka kalau mama mertuanya begitu memperhatikan kehamilannya begitu detail.

“Mereka pelayan yang akan melayani kamu di rumah ini.” Rullyta menatap empat pelayan yang berjejar di belakang Chef Rafa. “Namanya Sari, Inah, Sri dan Rini.”

“Yang ini, kamu sudah kenal.” Rullyta menepuk bahu Angga, supir pribadinya. “Mama percayakan kamu sama Angga. Dia yang akan mengantar kamu ke mana pun kamu pergi.”

Yuna melongo. Ada begitu banyak orang yang akan melayaninya di rumah ini. Sedangkan ia sendiri, tidak punya banyak kegiatan di rumah. “Ma, udah ada Bibi War. Kayaknya, aku nggak perlu pelayan lagi. Aku masih bisa ngerjain semuanya sendiri.”

“Nggak bisa!” sahut Rullyta. “Kamu nggak boleh banyak beraktivitas. Mereka akan melayani semua kebutuhan kamu di rumah ini.”

Yuna meringis. Ia terpaksa menganggukkan kepala. Ia tak bisa membantah keinginan mama mertuanya. Menjadi menantu kesayangan keluarga Hadikusuma ternyata tidak mudah. Ia bukan lagi gadis yang bisa hidup bebas untuk melakukan apa pun yang ia sukai.

“Bibi ...!” teriak Rullyta.

Bibi War langsung muncul dari dapur dan menghampiri Rullyta. “Ada apa, Bu?”

“Mereka sudah saya bawa ke sini. Bibi yang atur tugas-tugas mereka!” perintah Rullyta.

“Baik, Bu!” Bibi War mengangguk, ia langsung mengajak empat pelayan tersebut ke belakang untuk mengatur pekerjaan mereka.

Sementara, Rafa dan Nanda mulai berdiskusi untuk membuat menu yang baik dan sehat. Mereka akan memberikan nutrisi yang baik untuk masa kehamilan Yuna.

“Ma, apa ini nggak berlebihan?” tanya Yuna. Ia merasa kurang nyaman karena semua kehidupannya dilayani. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana harus menjalani hari-harinya dengan empat orang pelayan.

“Yun, Bibi War itu sudah semakin tua. Dia ngerawat Yeriko sejak Yeriko masih kecil. Apa kamu tega membiarkan Bibi War mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian?”

“Tapi ...”

“Nggak ada tapi-tapian! Kalo kamu nggak mau nerima mereka, nggak usah anggap Mama lagi!” ancam Rullyta. Ia memasang wajah kesal untuk membuat Yuna menerima pemberiannya.

“Iih ... nggak gitu, Mak. Oke, oke. Aku terima mereka semua. Jangan marah!” pinta Yuna sambil menggoyang-goyangkan lengan Rullyta.

Rullyta tersenyum sambil menatap wajah Yuna. “Gitu dong, manis!” Ia mencubit pipi Yuna.

“Makasih ya, Ma!” tutur Yuna sambil tersenyum.

“Mama akan memberikan yang terbaik buat calon cucu Mama. Jadi, kamu juga harus menerima dan menjaga anak ini dengan baik.” Rullyta tersenyum sambil mengelus perut Yuna yang masih mungil.

Yuna tersenyum.

“Oh ya, Mama bawa hadiah buat kamu.” Rullyta memberikan satu buah paper bag ke hadapan Yuna.

“Apa ini, Ma?”

“Buka!”

Yuna membuka membuka paper bag itu perlahan. Ia tersenyum melihat satu set pakaian hangat yang ada di dalam paper bag tersebut.

“Suka?” tanya Rullyta saat melihat wajah Yuna begitu sumringah.

 

Yuna menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar. “Suka banget!”

 

Rullyta tersenyum. Ia sangat bahagia melihat Yuna yang sudah seperti anaknya sendiri. Andai ia memiliki anak perempuan, mungkin akan secantik Yuna. Setiap ia bepergian, bisa memberikan hadiah lucu untuk anaknya.

 

Yuna bangkit dari tempat duduknya. “Mama mau minum apa?” tanya Yuna.

 

“Duduk aja!” perintah Rullyta.

 

“Tapi, Ma ...”

 

“Bibi War sebentar lagi datang bawakan Mama minum. Kamu duduk aja! Kandungan kamu masih muda, jangan banyak bergerak!”

 

Yuna menggigit bibir dan kembali duduk di sebelah Rullyta.

 

“Oh ya, undangan udah Mama cetak.” Rullyta mengambil selembar undangan dari dalam tasnya dan menunjukkan kepada Yuna. “Bagus nggak?”

 

Yuna tersenyum. “Bagus banget!” Ia mengamati undangan pernikahan yang dilapisi kain tile bermotif batik warna emas. Pita warna mustard yang mengikat di tengahnya membuat undangan tersebut terlihat sangat mewah.

 

“Boleh aku buka?” tanya Yuna sambil tersenyum.

 

“Boleh, dong!”

 

Yuna tersenyum. Ia menarik ujung pita dan mengeluarkan undangan berwarna dark brown itu dari balutan tile. Ia tersenyum sambil menyentuh tulisan nama Yeriko dan Yuna berwarna silver yang dicetak emboss atau timbul.

 

“Ini bagus banget, Ma!” seru Yuna. “Aku ambil satu, boleh?”

 

“Boleh. Mau kamu simpan?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Mau aku bingkai, buat kenang-kenangan.”

 

Rullyta tersenyum kecil menatap Yuna. Tak berapa lama, Bibi War menghampiri mereka sambil membawakan minuman dan beberapa cemilan.

“Makasih, Bi!” Yuna tersenyum senang ke arah Bibi War.

Bibi War mengangguk sambil tersenyum.

Rullyta juga ikut tersenyum. “Bi, Bibi harus jaga Yuna baik-baik ya!” pintanya.

“Siap, Bu!”

“Oh ya, Mama denger dari Yeri, kamu udah berhenti kerja?”

Yuna menganggukkan kepala.

“Bagus, deh. Lebih baik kamu di rumah. Fokus dengan kehamilan kamu.”

Yuna mengangguk sambil tersenyum. Ia sangat berharap kalau mama mertuanya tidak mengetahui perseteruannya dengan Bellina. Selama Mama Rullyta tidak mempertanyakannya, ia tidak perlu mengatakan hal tersebut.

“Mama heran, kenapa keluarga Wijaya dan keluarga kamu itu nggak ada berhentinya gangguin kamu terus.”

“Eh!? Mama tahu kalau ...”

“Jelas aja Mama tahu. Yeriko selalu cerita ke Mama.”

Yuna menggigit bibirnya.

“Kamu nggak mau kasih mereka pelajaran?”

Yuna menggeleng sambil tersenyum.

“Kenapa?”

“Aku nggak perlu jadi seperti mereka. Aku masih berharap, Bellina bisa berubah. Walau gimana pun, mereka tetap keluarga aku, Ma.”

Rullyta tersenyum bangga menatap wajah Yuna. Ia tidak tahu bagaimana Yeriko bisa mendapatkan seorang istri yang hatinya begitu baik.

“Yun, kamu terlalu berbesar hati sama mereka. Mereka masih aja jahat sama kamu. Mama bener-bener nggak bisa membayangkan gimana kehidupan kamu saat masih tinggal sama mereka.”

Yuna tersenyum menatap Rullyta. “Aku baik-baik aja, Ma. Aku udah terbiasa dengan perlakuan mereka. Paman Tarudi selalu baik sama aku. Sebenarnya, dia bukan orang yang jahat. Hanya saja, pengaruh Tante Melan terlalu menguasai dia dan paman nggak pernah berani melawan tante.”

“Melan itu dari keluarga mana ya?” tanya Rullyta.

Yuna menggelengkan kepala.

“Sepertinya, Mama harus cari tahu latar belakang keluarga dia.”

“Buat apa, Ma?”

Rullyta terdiam sambil menatap Yuna. Kemudian ia tersenyum manis. “Nggak papa. Cuma pengen tahu aja.” Ia tidak bisa mengatakan banyak hal kepada Yuna. Bagaimanapun, ia harus tetap menjaga suasana hati Yuna agar janin di perutnya tetap sehat. Ia lebih memilih mengajak Yuna membicarakan banyak hal tentang persiapan pernikahan mereka.

 

(( Bersambung ... ))

Asyik ya punya mama mertua yang super duper perhatian?

Terima kasih sudah baca terus sampai di sini. Mohon dukungannya dengan cara kasih Star atau review ya.

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas