Thursday, July 10, 2025

Perfect Hero Bab 261 || Kehebohan di Kolam Ikan

 


“Untungnya, kolamnya begini, Chan. Aku udah ngebayangin bakal nyemplung ke empang yang gede, berlumpur-lumpur dan kakiku dikelilingi banyak ikan. Geli banget, sumpah!” cerocos Lutfi sambil melangkahkan kakinya mengikuti pemilik peternakan lele tersebut.

 

“Ini udah termasuk peternakan modern,” sahut Chandra.

 

“Sepuluh kolam yang ini sudah siap untuk dipanen. Setiap kolam berisi sekitar lima ratus sampai tujuh ratus ikan. Kalian bisa mencari lele yang bertelur di antara sepuluh kolam ini. Kalau kolam yang lain, isinya masih kecil-kecil dan saya bisa pastikan kalau mereka tidak bertelur.” Bapak pemilik kolam tersebut menjelaskan.

 

“Kita disuruh nyari lele yang bertelur di sepuluh kolam ini?” Lutfi berkacak pinggang sambil menatap Yuna dan Yeriko dari kejauhan. “Mereka malah duduk santai di sana.”

 

“Yuna lagi hamil muda. Bahaya kalau ikut ke sini, lantainya licin gini. Biar aja Yeriko yang jagain dia,” sahut Chandra.

 

“Tapi ... nyari lele yang bertelur di antara kolam sebanyak ini, kamu pikir kita ini Bandung Bondowoso apa?”

 

Chandra menahan tawa. “Udah, kerjain aja! Demi Kakak Ipar kesayangan.” Ia memainkan kedua alisnya sambil menatap Lutfi. Kemudian, pandangan mereka tertuju pada Riyan.

 

GLEG!

 

Riyan menelan ludah mendapati tatapan dua pasang mata dari tuan muda yang terkadang memang menindas dirinya. Dia hanya seorang asisten yang tidak bisa melawan apa pun perintah dari atasannya.

 

Chandra dan Lutfi tersenyum dan menatap Riyan. “Kamu, cepetan cari lele yang bertelur!” perintah Lutfi dan Chandra sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

 

“Tapi, Mas ... kalau saya sendirian, tetep aja nggak bisa nemuin ikannya lebih cepat.”

 

“Nggak usah banyak alasan. Kerjain aja dulu!” perintah Lutfi.

 

Riyan mengangguk. Ia langsung menghampiri pemilik kolam-kolam tersebut. “Pak, gimana cara ngambil ikannya?” tanya Riyan.

 

“Ini!” Bapak pemilik kolam tersebut memberikan sebuah keranjang plastik yang berlubang. “Gini ...” Ia menarik jaring yang menjadi dasar kolam ikan tersebut. Ikan-ikan langsung terlihat berlompatan ke sana kemari. Ia langsung menangkap ikan-ikan tersebut menggunakan keranjang tanpa harus masuk ke dalam kolam.

 

Lutfi dan Chandra melongo melihat aksi pemilik kolam dan Riyan yang bisa dengan mudah mengambil ikan-ikan tersebut. Ia dan Chandra saling pandang, kemudian menertawakan diri sendiri.

 

“Sekalinya, gampang ngambil ikannya, Chan!” seru Lutfi. Ia segera mengambil keranjang plastik yang ada di dekat Riyan dan mulai mengambil ikan dari kolam yang ada di sebelahnya.

 

“Pak, cara bedain ikan yang bertelur sama yang enggak, gimana?” seru Lutfi.

 

“Lihat aja perutnya! Kalau besar, kemungkinan lagi hamil.”

 

“Cuma itu?”

 

“Iya.”

 

Lutfi dan Chandra akhirnya berusaha memilih ikan-ikan yang kemungkinan sedang bertelur.

 

“Astaga, Chan!” seru Lutfi.

 

“Kenapa?”

 

“Licin banget! Geli!” serunya bergidik.

 

“Bukannya kamu bilang, yang licin lebih enak?” tanya Chandra sambil tersenyum ke arah Lutfi.

 

Lutfi tertawa sambil menatap wajah Chandra. “Bangsat kamu, Chan!” Ia berjongkok dan berusaha menangkap seekor ikan dari keranjang plastik miliknya.

 

Riyan hanya tersenyum melihat dua pria yang tidak pernah kotor itu terlihat sangat jorok dan bau. Ia dan bapak pemilik peternakan itu memilah beberapa ikan.

 

“Asem nih ikan!” maki Lutfi sambil berusaha menangkap ikan. “Kamu ngece ya!?” dengusnya saat sudah berhasil menggenggam seekor ikan di tangannya.

 

Chandra tertawa kecil melihat tingkah Lutfi.

 

“Eh, kamu hamil atau nggak?” tanya Lutfi sambil mengamati ikan yang ia genggam.

 

“Kalo hamil, kamu mau tanggung jawab?” sahut Chandra sambil tertawa kecil.

 

“Kalo hamil, hidupmu akan berakhir,” tutur Lutfi sambil mendekatkan ikan tersebut ke hidungnya. Ia terdiam beberapa saat. “Ya Allah ... jahat banget sih aku. Bunuh ibu hamil!” serunya kemudian. “Kamu yang sabar ya!” pintanya sambil mengelus-ngelus ikan tersebut. “Pahalamu banyak karena sudah membantu memenuhi keinginan orang yang baik hati kayak Kakak Ipar.”

 

“Kamu jangan kelamaan ngomong sama ikan!” seru Chandra. “Nggak dapet-dapet, Ntar.”

 

“Heh, kalo ikannya nggak diajak ngomong, dari mana aku tahu dia beneran hamil atau nggak?” sahut Lutfi.

 

Chandra menggeleng-gelengkan kepala. “Baru disuruh nyari telur ikan aja sudah gila,” celetuknya.

 

Beberapa menit kemudian, datang beberapa pria yang membantu mereka memilih ikan. Mereka adalah pegawai yang biasa bekerja di tempat tersebut saat masa panen tiba. Sebelumnya, mereka akan berkebun atau melakukan aktivitas yang lain terlebih dahulu.

 

“Pak, ini semua pekerja Bapak?” tanya Lutfi sambil menatap bapak pemilik kolam tersebut.

 

“Iya.” Bapak tersebut menganggukkan kepala.

 

“Bajingan si Yeriko!” Ia bangkit sambil berkacak pinggang menatap Yeriko yang sedang duduk bersama Yuna. “Kalo di sini ada banyak pekerja, kenapa nyuruh kita?” Lutfi mengibaskan tangannya. Ia mengendus aroma tubuhnya yang bau amis.

 

“Yan, mana lele yang bertelur?” tanya Lutfi sambil menatap Riyan.

 

Riyan menunjuk salah satu ember dengan dagunya.

 

“Cara ngambil telurnya gimana?” tanya Lutfi lagi.

 

“Le, tolong ini diambil telurnya aja!” Bapak pemilik kolam itu menyuruh salah seorang pekerja yang terlihat masih muda.

 

“Inggih, Pak!” Pemuda itu terlihat sangat sopan dan langsung menjalankan perintah dari juragannya.

 

Lutfi memerhatikan pekerja itu memisahkan telur dengan cekatan. Yang lain juga memilah ikan yang sudah bertelur dengan cepat. Tidak seperti dirinya yang hanya dapat satu ekor selama beberapa menit.

 

“Minta, Mas!” pinta Lutfi. “Sedikit aja!” lanjutnya sambil menengadahkan telapak tangannya.

 

“Inggih, Mas!” Pemuda itu mengangguk sopan dan memberikan telur lele ke telapak tangan Lutfi.

 

Lutfi bergidik ngeri saat melihat banyak darah ikan segar yang mengucur dari tubuh ikan-ikan tersebut. Pemuda itu dengan cekatan memasukkannya ke dalam ember dan membersihkan darah yang tercecer di lantai. Kemudian, melanjutkan pekerjaannya kembali.

 

Lutfi tersenyum jahil sambil menatap telur lele yang ada di tangannya. Ia tahu kalau Yeriko tidak bisa mencium bau amis akhir-akhir ini. Ia melirik Yeriko dari kejauhan, kemudian melangkahkan kakinya mendekat ke arah Yeriko.

 

Lutfi mempercepat langkahnya sebelum Yeriko menyadari kedatangannya dengan tubuh yang bau amis.

 

“Kakak Ipar!” seru Lutfi sambil melompat ceria di hadapan Yuna.

 

Yuna langsung tertawa kecil melihat tingkah Lutfi.

 

“Ini telur lelenya!” serunya sambil menyodorkan telapak tangannya tepat di hadapan Yeriko.

 

“Uweek ...!” Perut Yeriko tiba-tiba berontak saat aroma amis di tangan Lutfi masuk ke hidungnya.

 

Lutfi tertawa kecil. “Yer, kamu yang nyuruh nyarikan telur lele. Kenapa malah mual?” tanya Lutfi.

 

Yeriko berusaha menepis tangan Lutfi. Tapi, Lutfi masih saja menggoda Yeriko, memaksa Yeriko mencium aroma amis di tangannya.

 

“Uweek ...!” Yeriko bangkit dan langsung memuntahkan isi perutnya di selokan.

 

“Lut, jauhin!” pinta Yuna sambil menepuk-nepuk bahu Yeriko. “Kamu jahat banget sih? Udah tahu Yeriko nggak bisa nyium bau amis, malah sengaja dikasihkan.”

 

“Uweek ...!” Yeriko terus mengeluarkan cairan dari mulutnya.

 

Lutfi terus tertawa melihat Yeriko yang tak berdaya dan langsung lemas karena beberapa kali muntah.

 

“Iih ... kamu ini jahil banget!” dengus Yuna sambil memukul bahu Lutfi. Ia segera masuk ke rumah pemilik kolam dan meminta segelas air hangat untuk Yeriko.

 

Lutfi terkekeh melihat Yeriko yang terduduk lemas di lantai.

 

“Lut, jauh-jauh!” pintanya tak bertenaga.

 

“Bukannya kamu nyuruh kami nyari ini? Ini udah dapat.” Lutfi kembali ingin menyodorkan tangannya.

 

“Lutfi!” sentak Yuna. “Kamu jauh-jauh dari suamiku!” perintah Yuna.

 

Lutfi terkekeh geli sambil berlalu pergi meninggalkan Yuna dan Yeriko.

 

“Kamu nggak papa? Minum dulu!” Yuna langsung berjongkok tepat di hadapan Yeriko.

 

Yeriko mengambil gelas berisi air hangat dari tangan Yuna. “Sampai kapan aku kayak gini? Mereka bakal sering ngerjain aku kalo tahu kelemahanku kayak gini.”

 

“Nggak akan lama, kok. Sabar ya!” Yuna tersenyum sambil menangkup wajah Yeriko dengan kedua telapak tangannya. Ia merengkuh kepala Yeriko ke dadanya.

 

“Aku pergi carikan buah dulu!”

 

Yeriko menahan lengan Yuna. “Aku nggak papa. Jangan pergi sendirian!” pintanya.

 

Yuna mengangguk. Ia membantu Yeriko bangkit.

 

Beberapa menit kemudian, mereka sudah mendapatkan telur ikan yang mereka butuhkan. Riyan langsung memasukkan box berisi telur ikan tersebut ke dalam mobilnya.

 

“Jangan mendekat!” pinta Yeriko saat Riyan ingin mengatakan sesuatu pada Yeriko.

 

“Oh. Maaf, Pak Bos!”

 

“Kamu urus semuanya!” perintah Yeriko. “Kami pulang dulu!”

 

Riyan menganggukkan kepala.

 

“Woy ... Yer, kamu mau ninggalin kami?” Lutfi dan Chandra muncul dari halaman belakang dan langsung berjalan mendekati Yeriko.

 

“Stop di situ!” pinta Yeriko saat Lutfi berada sekitar empat meter dari tempatnya berdiri.

 

“Lut, kalian bawa mobil sendiri-sendiri. Kita ketemu di rumah ya!” pinta Yuna. Ia dan Yeriko bergegas masuk ke dalam mobil.

 

“Kamu bisa bawa mobil?” tanya Yuna.

 

Yeriko mengangguk. Ia segera menyalakan mesin mobil dan bergegas pergi.

 

Yuna menghela napas. Ia merasa iba dengan kondisi suaminya yang harus mual-mual efek kehamilan Yuna.

 

(( Bersambung ... ))


 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas