Thursday, July 10, 2025

Perfect Hero Bab 260 || Demi Telur Ikan || a Romance Novel by Vella Nine

 


Perselisihan antara Yuna dan Bellina, meninggalkan luka yang mendalam di hati Yuna.

 

Yeriko, memilih membatalkan rapat penting untuk perusahaannya dan membawa istrinya keluar. Menemaninya jalan-jalan agar suasana hati Yuna bisa menjadi lebih baik lagi. Kali ini, ia mengajak Yuna ke salah satu toko buku untuk mencari bahan bacaan seputar kehamilan dan bayi. Sebagai calon orang tua, mereka harus mempersiapkan diri dan belajar banyak hal.

 

“Ayah banyak kerjaan di kantor?” tanya Yuna. Ia memerhatikan suaminya selalu sibuk dengan ponselnya.

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Ada Riyan yang sudah meng-handle semuanya.”

 

“Kalau emang sibuk, pergi ke kantor aja! Daripada gelisah kayak gini.”

 

Yeriko menggeleng. “Nggak ada hal lain yang bikin aku gelisah selain kamu.”

 

“Aku baik-baik aja, kok.” Yuna tersenyum ke arah Yeriko.

 

Yeriko balas tersenyum. “Aku tahu kalo kamu nggak baik-baik aja.”

 

Yuna tersenyum kecil. Ia kembali mengalihkan perhatiannya pada buku-buku yang ada di hadapannya. Sulit sekali menyembunyikan perasaannya saat ini.

 

Yeriko tersenyum sambil menyodorkan buku ke hadapan Yuna. “Ibu hamil nggak boleh stres! Masalah kemarin, aku sudah bicarakan dengan pengacara. Kalau Bellina beneran bawa kasus ini ke polisi, dia bersiap untuk bertarung di pengadilan. Bersantailah, semua akan baik-baik aja!” Ia merengkuh kepala Yuna ke dalam pelukannya.

 

“Lebih baik, kamu fokus memerhatikan perkembangan anak kita. Hal lain, percayakan sama suami kamu!”

 

Yuna mengangguk, ia tersenyum lega. Suaminya sangat hebat, selain cerdas, juga memiliki kekuatan. Ia yakin, Yeriko akan mampu menyelesaikan semuanya dengan mudah. Seharusnya, ia memang mengerahkan seluruh hidupnya untuk mempersiapkan kehidupan janin yang sedang ia kandung.

 

“Huft ...!” Yuna menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia mengambil beberapa buku dan membawanya menuju kasir.

 

“Itu aja yang dibeli?” tanya Yeriko.

 

Yuna mengangguk.

 

Yeriko segera membayar buku yang dibeli Yuna. Ia terus memegang erat tangan Yuna ke mana pun mereka melangkah.

 

Usai menemani Yuna  ke toko buku, mereka bergegas kembali ke rumah.

 

Rumah Yeriko sangat berantakan di sana-sini. Ada banyak pekerja yang sedang mengubah seluruh dekorasi rumahnya.

 

“Mas, berapa lama lagi selesainya?” tanya Yeriko sambil menghampiri designer yang sedang mengawasi beberapa pekerjanya.

 

“Kami usahakan sore ini juga sudah rapi.”

 

“Oke.” Yeriko manggut-manggut. Ia menoleh ke arah Yuna yang berdiri di sampingnya.

 

“Kita pergi dulu!” ajaknya sambil membukakan pintu mobil untuk Yuna.

 

“Ke mana?”

 

“Ntar juga tahu. Masuk!” perintah Yeriko sambil menatap Yuna.

 

Yuna tersenyum dan kembali masuk ke dalam mobil.

 

Yeriko menutup pintu dan bergegas masuk ke dalam mobilnya. Ia langsung membawa mobilnya menuju jalan raya. Ia langsung menelepon Chandra dan Lutfi yang sudah kembali dari liburannya.

 

“Lut, kamu di mana?” tanya Yeriko lewat sambungan telepon.

 

“Di rumah.”

 

“Chandra di situ juga?”

 

“Iya. Kenapa?”

 

“Aku share lokasi. Langsung ke sana ya! Emergency!” pinta Yeriko.

 

“Hah!? Ada masalah apa?” tanya Lutfi.

 

“Nggak usah banyak tanya! Langsung ke sana aja! Ntar aku kasih tahu kalau sudah sampai di sana. Nggak pake lama!”

 

“Iya. Ini langsung ke sana.”

 

Yeriko tersenyum sambil mematikan panggilan teleponnya.

 

“Kita mau ke mana sih?” tanya Yuna sambil mengedarkan pandangannya. Jalanan yang ia lewati sangat asing baginya.

 

“Cari makanan buat Bunda.”

 

“Jauh banget?”

 

“Bunda yang minta aneh-aneh,” jawab Yeriko sambil menepikan mobilnya di salah satu rumah yang berada jauh dari pusat kota.

 

“Siang, Pak Bos!” sapa Riyan yang sudah menunggu kedatangan Yuna dan Yeriko.

 

“Loh, kamu di sini?” tanya Yuna.

 

Riyan menganggukkan kepala.

 

“Ini ada apa sih? Kenapa tiba-tiba bawa aku ke sini?”

 

“Pak Bos yang nyuruh nyarikan tambak ikan lele yang paling besar. Aku dapat cuma di sini.”

 

Yuna menahan tawa, ia langsung menoleh ke arah Yeriko. “Kamu beneran mau cari telur lele?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Selamat siang, Pak!” sapa seorang pria setengah baya yang menggunakan kaos oblong dan sarung berwarna hijau lumut. “Saya yang punya kolam ikan di sini. Bapak mau cari ikan?” tanyanya sambil mengulurkan tangan ke hadapan Yeriko.

 

Yeriko mengangguk dan langsung membalas uluran tangan bapak tersebut.

 

“Ada ikan yang lagi bertelur?” tanya Yeriko.

 

“Bertelur?”

 

Riyan menganggukkan kepala. “Tolong, Pak! Nyonya Muda lagi hamil dan pengen makan telur lele.”

 

“Mmh ... duh, gimana ya?”

 

“Gimana apanya ya?” Yeriko mengernyitkan dahi.

 

“Anu, Pak. Anu ... mmh, lele yang di kolam pemijahan baru pada menetas tadi pagi.”

 

“APA!?” Yeriko dan Riyan berseru bersamaan.

 

“Apa nggak ada ikan lele yang masih bertelur? Masa iya semuanya menetas barengan?” tanya Yeriko kesal.

 

“Iya, Pak. Untuk indukan sudah menetas semua.”

 

“Ada berapa banyak ikan lele di sini?” tanya Yeriko.

 

“Ada sekitar lima puluh ribu ekor.”

 

“Lima puluh ribu nggak ada yang bertelur satu pun? Nggak mungkin!” sahut Yeriko sambil  menggaruk kesal kepalanya yang tidak gatal.

 

“Kemungkinan ada. Tapi, kami belum melakukan seleksi lagi. Karena, lelenya akan kami panen sore ini untuk didistribusikan ke beberapa pasar.”

 

Yeriko mengernyitkan dahi sambil berkacak pinggang.

 

Yuna merasa bersalah karena keinginannya telah menyulitkan Yeriko.

 

“Ay, kalo emang nggak ada sekarang, nggak papa, kok. Aku juga nggak pengen-pengen banget.”

 

“Nggak pengen banget tapi nanyain terus setiap hari,” sahut Yeriko mulai emosi.

 

“Pak, saya beli semua ikan yang ada di kolam ini!” seru Yeriko kesal.

 

“Semua!?” Pria setengah baya itu mengernyitkan dahinya. “Tapi, Pak ... nggak semua ikan sudah bisa bertelur. Masih ada banyak ikan yang kecil-kecil. Saya yakin belum ada telurnya.”

 

“Pak, saya nggak mau ribet. Saya bayar semua ikan yang ada di sini. Nggak boleh dijual ke orang lain!” tegas Yeriko. “Saya cuma mau telurnya.”

“Baik, Pak. Bisa aja. Tapi, saya belum manggil orang saya ke sini karena jadwal panennya masih nanti sore. Mereka masih kerja di kebun,” tutur Bapak pemilik kolam.

 

Yeriko langsung memutar kepalanya begitu melihat lamborghini merah menuju ke arahnya. “Bala bantuan datang,” ucap Yeriko sambil tersenyum.

 

Lutfi dan Chandra langsung berlari menghampiri Yeriko.

 

“Ada apa, Yer?” Chandra terlihat sangat panik.

 

“Kakak Ipar nggak papa kan?” tanya Lutfi sambil menatap Yuna dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

 

Yeriko terdiam sejenak sambil menatap kedua sahabatnya. Ia tersenyum jahil.

 

Chandra dan Lutfi terdiam menanggapi senyuman Yeriko kali ini. Sepertinya, kali ini mereka bukan untuk menyelamatkan orang lain dari bahaya. Tapi memasukkan diri mereka sendiri ke dalam bahaya.

 

“Bantu tangkap ikan!” perintah Yeriko.

 

“APA!?” Lutfi dan Chandra membelalakkan matanya.

 

“Kamu jangan bercanda, Yer!” sahut Lutfi. “Tuan Muda kayak aku gini disuruh nangkap ikan lele? Mau ditaruh mana mukaku?”

 

“Taruh di kaki!” sahut Yeriko kesal.

 

Yuna menahan tawa mendengar reaksi Yeriko.

 

 Chandra berpikir sejenak. Menangkap ikan bukan hal yang sulit baginya. Hanya saja, pakaian formal yang sedang ia kenakan sangat tidak  cocok untuk momen ini. “Yer, kenapa nggak bilang dari awal? Aku pake baju kayak gini.”

 

“Ah, nggak usah banyak alasan! Ntar aku ganti baju kalian sama yang baru,” sahut Yeriko.

 

Lutfi gelagapan. “Kenapa tiba-tiba nyuruh kami nangkap ikan lele? Di pasar juga banyak yang jual.”

 

“Kakak Ipar kalian ngidam. Minta telur lele. Kalian carikan lele yang bertelur sekarang juga!” perintah Yeriko.

 

“Hah!? Kakak Ipar sudah hamil?” tanya Lutfi sangat antusias sambil menatap Yuna. “Oke. Oke. Aku bakal carikan telur lelenya!” Lutfi tertawa bahagia sambil mengelus perut Yuna.

 

“E-eh. Siapa suruh pegang-pegang!” Yeriko menepis tangan Lutfi.

 

“Astaga! Cuma mau megang keponakanku doang,” sahut Lutfi. Ia terlihat sangat bersemangat saat mengetahui Yuna sudah mengandung anak Yeriko.

 

“Cepet ke kolam sana!” perintah Yeriko. “Bapak ini yang mau nunjukin ke kalian. Awas kalo sampe nggak dapet ikannya!”

 

Chandra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Yer, aku bedain Yuna lagi hamil atau nggak, aku nggak bisa. Apalagi disuruh nyari lele yang bertelur. Anakmu bener-bener mau nyiksa kami.”

 

Yeriko tertawa kecil. “Anakku harus kuat kayak ayahnya. Jangan sampai dia ditindas sama kalian.”

 

Chandra menggeleng-gelengkan kepala. “Kalo bukan karena Yuna hamil. Aku nggak bakal mau masuk kolam!” Ia kesal dan langsung melepas sepatunya.

 

Yuna dan Yeriko tertawa kecil.

Lutfi dan yang lainnya melangkah menuju kolam-kolam ikan permanen berukuran 3x4 meter yang berjejar rapi.

Sementara, Yuna dan Yeriko duduk berdampingan sambil mengamati Lutfi, Chandra dan Riyan dari kejauhan.

 

(( Bersambung ...))

Oke Fix, Yeriko nggak mau menderita sendirian. Dia bawa dua sahabatnya buat ngerasain penderitaan juga. Hahaha ...

Gimana keseruan cerita selanjutnya ya?

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas