Thursday, July 10, 2025

Perfect Hero Bab 253 || Aku Hamil || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Semua ini gara-gara kamu!” sentak Melan sambil menunjuk wajah Yuna.

Yuna menggelengkan kepala. “Aku nggak dorong dia. Dia yang sengaja mencelakai dirinya sendiri.”

“Nggak mungkin Bellina mencelakai dirinya sendiri!” sahut Melan.

“Aku juga nggak mungkin nyelakain Bellina di rumah kalian sendiri. Seandainya aku jahat pun, aku nggak bodoh!” sahut Yuna bersikeras. Ia tidak akan mengakui kesalahan yang tidak pernah ia buat.

“Kamu masih nggak mau ngaku? Jelas-jelas Bellina sendiri yang bilang kalo kamu yang dorong dia!”

Yuna menggelengkan kepalanya. “Aku nggak dorong dia. Dia yang bunuh anaknya sendiri. Dia sengaja jatuh dari tangga,” tutur Yuna. “Aku masih nggak habis pikir kenapa dia tega banget ngelakuin ini? Cuma karena mau fitnah aku, dia rela membunuh anaknya sendiri.”

Melan membelalakkan matanya. Ia tidak terima dengan ucapan Yuna walau ia mengetahui kebenarannya. Lian dan Yeriko tidak boleh mengetahui hal ini. Tidak boleh ada orang lain yang mengetahui kalau kandungan Bellina sudah mengalami kematian sebelumnya.

Yuna terduduk lemas sambil terisak. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana janin yang tidak berdosa itu harus menjadi korban keegoisan ibunya.

Yeriko merengkuh kepala Yuna. “Udah, nggak usah sedih!” pinta Yeriko. “Aku percaya sama kamu. Kamu nggak akan ngelakuin ini. Nggak ada yang bisa nyakitin kamu selama masih ada aku,” lanjutnya sambil menatap Melan penuh kebencian.

Lian menatap Yuna penuh kepedihan. Ia tidak tahu harus mempercayai siapa. Ia sangat mengerti bagaimana sifat Yuna, tidak mungkin mencelakai orang lain. Tapi, apakah Bellina tega mencelakai dirinya sendiri dan anak dalam kandungannya?

“Aku pasti jeblosin kamu ke penjara karena sudah membunuh cucuku!” sentak Melan sambil menatap Yuna dan Yeriko.

“Tante nggak bisa menuduh tanpa bukti,” sahut Yeriko kesal.

“Pernyataan Bellina bisa jadi bukti untuk menjebloskan istri kamu ini ke penjara!” tegas Melan.

Yeriko tersenyum kecil. “Pernyataan Yuna juga bisa membuktikan kalau dia nggak bersalah.”

“Stop!” seru Lian sambil menjambak kesal rambutnya sendiri. “Bellina masih di dalam ruang operasi. Daripada kalian berdebat di sini, lebih baik kalian doain dia supaya operasinya bisa berjalan dengan baik!”

Semua orang terdiam. Mereka sibuk dengan pikirannya sendiri dan tidak lagi memperdebatkan siapa yang bersalah dalam hal ini.

 

Tiga jam berlalu ...

Seorang dokter keluar dari ruangan operasi.

Lian dan semuanya langsung menghampiri dokter tersebut dan menanyakan keadaan Bellina.

“Pasien sudah mengalami masa kritisnya. Sebentar lagi, akan kami pindahkan ke ruang perawatan. Dia masih belum sadar karena di bawah pengaruh anestesi. Tunggu saja sampai pasien sadar beberapa menit lagi.”

Lian mengangguk tanda mengerti.

Yuna bisa bernapas lega karena kondisi Bellina bisa selamat walau bayi dalam kandungannya tidak bisa diselamatkan lagi. Ia tidak ingin terus disalahkan atas perbuatan Bellina yang sengaja menjatuhkan dirinya di tangga. Setelah semuanya membaik, ia harus segera meminta penjelasan kepada Bellina.

“Bellina baik-baik aja. Kita pulang sekarang!” ajak Yeriko.

Yuna menganggukkan kepala. Ia menoleh ke arah Lian yang terlihat sangat kacau karena kehilangan anaknya. “Li, kami pulang dulu. Besok, kami ke sini lagi nengokin Bellina.”

Lian mengangguk kecil.

Yuna dan Yeriko bergegas melangkah pergi meninggalkan Lian dan dua orang yang bersamanya.

Yuna sengaja tidak pamit kepada Melan dan Tarudi. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa keluarganya tega menjebaknya dalam posisi seperti ini. Bahkan mengorbankan seorang bayi yang tidak bersalah.

“Kenapa?” tanya Yeriko saat Yuna menghentikan langkahnya saat mereka tiba di pintu keluar.

Yuna mengerjapkan mata sambil menekan keningnya yang berdenyut. Ia menatap lantai rumah sakit berwarna putih yang semakin menyilaukan dan membuatnya tak bisa melihat apa pun.

“Yuna ...!” Yeriko langsung menangkap tubuh Yuna yang terhuyung ke lantai dan tidak sadarkan diri. Ia sangat panik dan langsung menggendong Yuna. Ia berlari membawa Yuna masuk ke dalam lobi rumah sakit.

“Suster, tolong istri saya!” teriak Yeriko.

Beberapa perawat langsung menghampiri Yeriko.

“Dia kenapa, Mas?” tanya salah seorang perawat sambil menarik brankar dan langsung menghampiri Yeriko.

“Tiba-tiba pingsan.” Yeriko langsung meletakkan Yuna ke atas brankar. Perawat langsung mendorong brankar tersebut menuju ruang pemeriksaan.

Yeriko menunggu di depan pintu ruang pemeriksaan dengan cemas. Sesekali ia melihat arloji yang sudah menunjukkan jam dua belas malam. Ia mondar-mandir puluhan kali menunggu hasil pemeriksaan.

 

Lima menit berlalu ...

Yeriko merasa sudah berdiri di sana selama bertahun-tahun.

 

Lima belas menit berlalu ...

Yeriko semakin gelisah karena dokter dan perawat tak kunjung keluar dari ruang pemeriksaan.

 

Dua puluh menit berlalu ...

Seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan.

 

“Gimana keadaan istri saya, Dok?” tanya Yeriko dengan wajah pucat pasi.

Dokter tersebut tersenyum. “Tidak apa-apa. Hanya kelelahan. Istri Anda sedang hamil, sebaiknya banyak beristirahat.”

Yeriko membelalakkan matanya. Rasanya ingin terbang tinggi saat mendengar ucapan dokter tersebut. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari dokter tersebut.

“Beneran, Dok?” tanya Yeriko dengan mata berbinar.

Dokter tersebut mengangguk.

“Dokter nggak salah, kan? Tiga hari yang lalu, istri saya masih haid.”

“Hormon hCG dan hPL pasien tinggi. Untuk beberapa kasus, ibu hamil masih bisa mengeluarkan flek darah. Kemungkinan, kandungannya memang rentan. Anda harus menjaganya dengan baik. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya periksakan istri Anda ke dokter kandungan besok pagi. Kalau tengah malam begini, dokter kandungan tidak bertugas.” [ hCG - human Chorionic Gonadotropin ] [hpL – human Placenta Lactogen ]

“Oke. Makasih, Dok!” Yeriko langsung menyalami dan memeluk dokter tersebut dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.

“Mmh ... saya boleh masuk?” tanya Yeriko.

Dokter tersebut menganggukkan kepala.

Yeriko terus tersenyum bahagia. Ia langsung masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan menghampiri Yuna yang sudah sadar dari pingsannya.

“Pak, ini biaya tindakan kami. Silakan urus ke kasir!” tutur perawat sambil menyodorkan secarik kertas ke hadapan Yeriko.

“Dia nggak perlu dirawat di sini?” tanya Yeriko.

Perawat tersebut menggelengkan kepala. “Cukup istirahat di rumah saja. Ibu Ayuna hanya kelelahan.”

Yeriko tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Semua perawat langsung keluar dari ruang pemeriksaan.

Yeriko langsung menatap Yuna dan memeluk tubuh istrinya itu sangat erat. “Yun, makasih ya! Ini saat paling membahagiakan dalam hidupku.”

“Eh!? Kenapa?” tanya Yuna sambil melepaskan tubuhnya dari pelukan Yeriko.

Yeriko tersenyum sambil menatap kedua manik mata Yuna. Kedua telapak tangannya menangkup wajah Yuna dan menciumi seluruh wajahnya bertubi-tubi.

“Ada apa, sih?” tanya Yuna kebingungan melihat raut wajah Yeriko yang sangat bahagia.

“Kamu hamil!” seru Yeriko sambil memeluk kembali tubuh Yuna.

“Hah!? Serius?”

Yeriko menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

“Tapi, tiga hari lalu aku masih haid. Emang cuma ngeflek sih, tapi ...”

“Kita bisa beli tes pack malam ini juga. Masih banyak apotek dua puluh empat jam yang buka. Kita harus pastikan sekarang juga kalau kamu beneran hamil. Gimana?” Yeriko terus tersenyum menatap Yuna. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.

Yuna tersenyum bahagia sambil memeluk erat tubuh Yeriko. Mereka tenggelam dalam kebahagiaan. Tubuh mereka serasa melayang-layang di udara.

“Kita pulang sekarang!” ajak Yeriko.

Yuna mengangguk sambil tersenyum.

“Masih pusing?” tanya Yeriko lagi.

“Sedikit,” jawabnya sambil turun dari brankar.

Yeriko tersenyum. Ia langsung menggendong tubuh Yuna.

“Yer, aku masih bisa jalan sendiri,” tutur Yuna sambil tertawa kecil.

Yeriko tersenyum. “Parkiran jauh. Aku nggak mau kamu capek.”

Yuna tersenyum sambil menyandarkan kepalanya di dada Yeriko.

Beberapa pasang mata menatap Yeriko tanpa berkedip. Mereka terpesona dengan ketampanan Yeriko yang juga memperlakukan pasangannya sangat istimewa.

Yeriko bergegas membawa Yuna pulang ke rumah. Tak lupa, ia membeli beberapa buah test pack di salah satu apotek 24 jam yang mereka lalui.

Sesampainya di rumah, Yuna langsung masuk ke kamar mandi dan menggunakan test pack berbeda merk untuk mengecek kehamilannya.

Yuna memejamkan mata saat ingin melihat hasil yang akan muncul dari test pack tersebut. Ia langsung membelalakkan mata dan mencoba semua test pack untuk memastikan semua hasilnya sama.

Yuna menundukkan kepala sambil menggenggam lima buah test pack yang menunjukkan hasil sama. Ia membuka pintu kamar mandi sambil menunduk tak bersemangat.

“Gimana hasilnya?” tanya Yeriko yang sudah menunggu di depan pintu kamar mandi.

Yuna bergeming dan hanya menggigit bibirnya.

Yeriko langsung muram begitu melihat ekspresi wajah Yuna. Tanpa menjawab pun, ia sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Yuna.

Yuna melirik Yeriko sambil menyembunyikan bibirnya. “AKU HAMIL ...!” seru Yuna sambil melompat kegirangan.

Yeriko langsung menatap wajah Yuna. “Serius?” ia merebut semua test pack dari tangan Yuna. Matanya langsung berbinar melihat semua test pack menunjukkan hasil positif.

Yuna tersenyum bahagia menatap Yeriko.

“Aargh ...! akhirnya aku bakal jadi Ayah!” seru Yeriko sambil melemparkan semua test pack yang ada di tangannya dan langsung mengangkat tubuh Yuna tinggi-tinggi.

Yuna tertawa bahagia. Usahanya kali ini tidak sia-sia. Ia dan Yeriko benar-benar merasa bahagia dan menghabiskan malam bertabur kebahagiaan.

 

(( Bersambung ... ))

 

Yee ... akhirnya Ms. Ye tahu kalo dia udah hamil. Gimana protective-nya Mr. Ye ya?

Baca terus dan dukung cerita ini dengan kasih  review baik di kolom komentar.

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas