Thursday, July 10, 2025

Perfect Hero Bab 251 || Hidangan Terselubung || a Romance Novel by Vella Nine

 



“Oh ya, maksud kedatangan Oom kemari, ingin mengajak kalian makan malam di rumah Oom!” tutur Tarudi saat melihat Yuna datang sambil membawa nampan di tangannya.

“Mmh ... maaf, Oom. Kalau malam ini, kami nggak bisa.” Yuna menyuguhkan kopi hangat ke hadapan Tarudi dan Yeriko.

“Kenapa?” tanya Tarudi.

Yuna langsung menoleh ke arah Yeriko. Ia tersenyum dan duduk tepat di sebelah Yeriko. “Yun, sejak kalian menikah, belum pernah main ke rumah Oom. Walau bagaimana pun, Oom ini masih keluarga kamu. Apa kamu sama sekali tidak menghargai keberadaan Oom kamu ini?”

Yuna menggigit bibir bawahnya. “Aku ... nggak berani ke sana. Tante dan Bellina benci banget sama aku. Aku nggak mau berantem sama mereka.”

“Biar benci, mereka tetap sayang sama kamu. Lagipula, Melan sekarang sudah berubah. Buktinya, dia nyuruh Oom ke sini buat ngajak kamu makan malam. Bahkan, dia sempat memikirkan membeli hadiah untuk kamu.”

Yuna tersenyum kecut. Ia menggelengkan kepala.

“Yun, percaya sama Oom!” pinta Tarudi. “Tante kamu sudah berubah. Dia mau ngajak makan malam karena mau minta maaf sama kamu. Tolong, kasih kesempatan tante kamu dan Bellina untuk berubah!”

Yuna menggelengkan kepala. “Aku nggak mau ke sana,” tuturnya sambil memeluk lengan Yeriko.

Yeriko menggenggam erat tangan Yuna sambil menatap Tarudi. “Maaf, Oom. Yuna nggak mau ke sana.”

“Ini cuma jamuan makan malam biasa. Tapi tante kamu sudah menyiapkan semuanya. Dia semangat sekali membuatkan masakan yang spesial untuk kalian. Tolong, jangan kecewakan niat tulus tante kamu!” pinta Tarudi. “Lagipula, kalian nggak datang di acara pesta pernikahan Bellina. Anggap saja, ini rasa syukur keluarga dan Oom harap kalian bisa datang malam ini.

Yuna dan Yeriko saling pandang. Yuna sangat mengerti bagaimana sifat keluarga Bellina. Tiba-tiba ingin meminta maaf? Ia merasa ada sesuatu yang aneh.

Yeriko menarik napas dalam-dalam sambil menatap Tarudi.

“Sekali ini saja!” pinta Tarudi.

Yeriko menganggukkan kepala. “Oke. Untuk kali ini aja, Om.”

Tarudi langsung tersenyum dan menarik napas lega karena Yeriko akhirnya setuju untuk makan malam bersama keluarganya.

Yuna menarik-narik ujung baju Yeriko. Ia sangat berharap kalau suaminya menarik kembali ucapannya itu.

Yeriko tersenyum sambil mengelus lembut punggung tangan Yuna.

“Kalau gitu, Oom pamit pulang dulu!” pamit Tarudi. “Oom tunggu kehadiran kalian di rumah.” Ia bangkit dari tempat duduknya.

Yeriko tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Tarudi bergegas keluar dari rumah Yeriko.

Yeriko dan Yuna masih bergeming di tempatnya. Mereka tidak berminat sedikitpun untuk mengantarkan pamannya keluar dari rumah.

“Yer, kenapa sih kamu setuju makan malam di rumah Oom Tarudi?” tanya Yuna kesal.

“Nggak papa. Cuma sekali ini aja. Lagipula, mereka memang keluarga kamu. Aku juga sudah sangat lancang menikahi kamu tanpa izin dia. Rasanya nggak etis kalau harus menolak undangan dia.”

“Aku nggak yakin kalau Tante Melan dan Bellina mau minta maaf. Kemarin, mereka baru aja ngajak berantem. Aku takut, mereka punya rencana jahat ke aku.”

“Kamu tenang aja! Ada aku. Aku nggak akan ngebiarin mereka melukai kamu.” Yeriko mengelus lembut kepala Yuna.

“Tapi ...”

“Kalau mereka jahatin kamu, aku pasti melindungi kamu.”

Yuna tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia merasa sangat bahagia karena mendapatkan seorang suami yang begitu sempurna di matanya.

“Udah, siap-siap sekarang!” perintah Yeriko sambil mendorong perlahan tubuh Yuna.

“Kamu?”

“Aku santai, nggak perlu dandan.”

“Aku juga nggak mau dandan.”

“Mau pake baju begini ke rumah paman kamu?”

“Emang kenapa?” tanya Yuna sambil mengamati piyama lengan pendek yang ia kenakan.

“Ganti!” perintah Yeriko.

Yuna mengerucutkan bibirnya. Ia malah bergelayut di tubuh Yeriko dengan manja. “Nggak mau ke sana,” rengeknya.

“Yun, kamu tenang aja! Aku pasti jagain kamu, kamu nggak percaya sama aku?” tanya Yeriko sambil menangkup wajah Yuna dengan dua telapak tangannya.

“Percaya. Tapi ...”

“Ya udah, cepet ganti baju!” pinta Yeriko. “Aku nggak suka kamu ngulur waktu.”

Yuna mencebik dan langsung bergegas naik ke kamar untuk bersiap-siap.

Beberapa menit kemudian, Yuna dan Yeriko sudah bersiap untuk pergi ke rumah keluarga Linandar.

“Udah siap?” tanya Yeriko sambil memasang arloji ke pergelangan tangannya.

Yuna mengangguk. Mereka bergegas keluar rumah dan langsung menuju ke rumah keluarga Bellina.

Yuna menarik napas beberapa kali saat mereka sudah berada di depan rumah keluarga Bellina.

“Ayo, turun!” ajak Yeriko sambil melepas safety belt.

Yuna bergeming. Ia sama sekali tidak berminat masuk ke dalam rumah tersebut. Walau ada beberapa kenangan indah di rumah itu. Tapi, ia merasa lebih banyak kenangan yang menyakitkan.

“Yun ...!” Panggilan Yeriko membuyarkan lamunan Yuna.

Yuna menarik napas dalam-dalam dan melepas safety belt dari tubuhnya. Ia membuka pintu perlahan dan turun dari mobil.

Di teras rumah, Melan dan keluarganya sudah menunggu kedatangan Yuna di teras rumahnya.

“Halo, Sayang! Gimana kabarnya?” sapa Melan penuh kehangatan.

Yuna hanya tersenyum membalas sambutan Melan yang terlihat sangat manis.

Bellina juga ikut tersenyum manis. Keluarga mereka menyambut kedatangan Yuna penuh suka cita.

Yuna merasa ada yang aneh dengan keluarga ini. Tidak biasanya, mereka bersikap sangat baik kepada dirinya. “Apa mereka bener-bener mau minta maaf?” batin Yuna.

“Ayo, masuk!” pinta Melan mempersilakan Yeriko dan Yuna masuk ke dalam rumahnya.

Yeriko mengangguk. Ia menyerahkan beberapa hadiah untuk keluarga Bellina.

“Ya ampun, pakai repot-repot bawakan hadiah segala,” tutur Melan sambil menatap Yeriko. Dalam hati, ia tersenyum senang karena mendapat hadiah dari Yeriko.

“Nggak repot, Tante. Cuma sedikit.”

“Ah, sebanyak ini kamu bilang sedikit?” sahut Melan. “Ayo, ayo ... masuk!”

Yeriko mengangguk sambil menggenggam tangan Yuna.

Yuna tak banyak bicara. Ia memilih untuk diam dan hanya tersenyum menanggapi obrolan Bellina dan keluarganya.

Mereka langsung bergegas ke meja makan untuk menikmati makan malam bersama.

“Yun, aku mau minta maaf atas sikap aku beberapa terakhir ini,” tutur Bellina.

Yuna tersenyum kecil dan  mengangguk perlahan.

Melan melirik sejenak ke arah Bellina karena Yuna tak banyak bicara dan hanya tersenyum setiap kali diajak berbicara.

“Iya. Tante juga minta maaf karena selama ini sering berprasangka buruk,” tutur Melan.

“Iya, Tante.” Yuna hanya menyunggingkan sedikit senyumnya. Ia sama sekali tidak merasakan ketulusan dari wajah Bellina maupun tantenya. Mereka menikmati makan malam sambil berbincang kaku. Semuanya terasa sangat canggung sebab Yuna dan Yeriko tidak begitu ramah menghadapi keluarga Bellina.

Sementara itu, Wilian tak banyak bicara. Ia sesekali mencuri pandang ke arah Yuna. Semakin hari, ia merasa kalau Yuna jauh lebih baik dari Bellina dalam segi apa pun. Kini, Yuna terlihat sangat mempesona dan berkelas. Membuat perasaanya sangat tersiksa karena telah menyia-nyiakan Yuna.

Usai makan malam, Melan mengajak Yeriko berbincang. Sementara, Bellina mengajak Yuna naik ke kamar untuk mengenang masa-masa saat mereka masih bersama di rumah tersebut.

 

 

(( Bersambung ... ))

 

Tanamlah benih kebaikan dan kamu akan melahirkan kebaikan ...” –Vella Nine– 

 

Makasih udah baca sampai di sini. Dukung terus dengan kasih Star Vote, hadiah dan review baik di kolom komentar.

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas