Thursday, July 10, 2025

Perfect Hero Bab 242 || Lutfi vs Juan || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Cha, kemarin malam kamu sengaja ya bikin aku malu di depan semua orang?” Juan langsung menghampiri Icha dan Yuna yang sedang berjalan-jalan santai di taman dekat kantor usai makan siang.

Icha melirik ke langit-langit.

“Dasar cewek matre!” Juan makin kesal dengan sikap Icha yang mengabaikannya.

“Apa kamu bilang?” tanya Icha sambil menatap Juan.

“Cewek matre.”

“Jangan asal kalo ngomong!” sentak Icha sambil menunjuk wajah Juan.

Juan tertawa kecil. “Pantes aja selama ini kamu nggak punya pacar. Kamu maunya cuma sama cowok berduit aja.”

Icha tersenyum sinis menanggapi ucapan Juan. “Emangnya kenapa kalo aku suka sama cowok berduit? Masalah buat kamu?”

“Iya. Aku pikir kamu cewek baik-baik. Sok polos doang! Sekalinya lintah juga.”

“Heh, kamu kalo udah ditolak sama cewek, jangan maki-maki juga!” Yuna ikut emosi mendengar ucapan yang keluar dari mulut Juan. “Harusnya kamu sadar kekuranganmu di mana. Kamu kayak gini, makin nunjukin kalo kamu cowok nggak bener.”

“Kamu yang nggak bener, Yun!” Juan ikut menyemprot Yuna.

Yuna langsung membelalakkan matanya.

“Kamu itu biasa aja, apa yang disukai sama Yeriko?” tanya Juan. “Di luar sana, masih ada banyak cewek cantik. Buta kali dia itu,” celetuknya.

“Kamu jangan asal kalo ngomong!” sahut Icha sambil mendorong tubuh Juan. “Selama ini kita baik sama kamu, kenapa tiba-tiba jelek-jelekin aku, fitnah Yuna macem-macem!?”

“Aku berubah kayak gini juga karena sikap kalian yang udah keterlaluan sama aku,” tutur Juan.

 

“Kamu udah tahu kalau aku bersuami, Icha juga udah punya pacar. Masih aja ngotot mau ngejar-ngejar. Masih banyak cewek di luar sana. Kenapa masih gangguin kita?” tanya Yuna.

 

Juan bergeming menanggapi pertanyaan Yuna.

 

“Juan, selama ini hubungan kerja kita baik-baik aja. Jangan sampai kerjaan kita hancur cuma karena masalah pribadi kita masing-masing. Harusnya, kita bisa jadi rekan kerja yang baik. Nggak lebih dari itu.” Icha menimpali.

 

“Aku udah ngungkapin perasaanku ke kamu dan aku tetep mau ngejar kamu, Cha.”

 

“Kamu gila ya!?”

 

“Iya. Aku emang udah gila. Ini semua karena kamu. Cha, kasih aku kesempatan buat deketin kamu dan membuktikan kalo aku serius suka sama kamu.”

 

“Heh, kamu masih nggak kapok gangguin pacar orang?” Lutfi tiba-tiba sudah ada di belakang Juan.

 

Juan langsung berbalik menatap Lutfi. “Kenapa kamu bisa di sini?”

 

“Kenapa? Tempat ini bukan punyamu. Suka-suka aku, dong. Lagian, aku harus jagain pacarku biar nggak diambil orang kayak kamu,” sahut Lutfi.

 

“Apa kamu nggak punya kerjaan? Cuma bisa buntutin Icha?”

 

“Tuan muda nggak perlu masuk kerja buat dapetin uang banyak. Udah banyak anak buahku yang pintar urus bisnis,” sahut Lutfi sambil mengangkat dagunya penuh percaya diri.

 

Juan geram dengan ucapan Lutfi, ia merasa dirinya begitu rendah saat berhadapan dengan Lutfi. Tapi, ia tidak akan menjatuhkan harga dirinya begitu saja.

 

“Cuma ngandalin kekayaan dari orang tua?” Juan menatap wajah Lutfi sambil tersenyum sinis.

 

“Eh, jangan asal ngomong!” sahut Lutfi sambil mendorong tubuh Juan. “Kamu pikir, aku laki-laki yang nggak bisa apa-apa, hah!?”

 

“Emang kenyataannya gitu kan? Kalo bukan karena kekayaan dari orang tua, emang bisa hidupin diri kamu sendiri? Mungkin kamu bakal lebih miskin dari aku dan Icha nggak bakal mau sama kamu.”

 

“Bangsat kamu!” Lutfi langsung melayangkan kepalan tangannya dengan cepat ke wajah Juan.

 

“Eh, jangan berantem!” seru Icha. 

 

BUG!

 

BUG!

 

Semua pejalan kaki yang ada di tempat itu langsung menunjuk-nunjuk Juan dan Lutfi yang sedang bergulat.

 

 

“STOP!” Icha berteriak sekuat tenaga.

 

Juan dan Lutfi langsung menoleh ke arah Icha bersamaan.

 

Icha langsung menarik lengan Lutfi menjauh dari Juan.

 

“Awas ya! Sampai kapan pun aku nggak akan ngelepasin Icha!” ancam Lutfi sambil menunjuk wajah Juan.

 

Juan menatap kesal ke arah Lutfi sambil berusaha bangkit dari tanah.

 

“Ayo, pergi dari sini!” ajak Icha sambil memapah Lutfi.

 

Yuna tersenyum ke arah Juan. “Jangan macem-macem lagi ya! Kalo nggak mau Yeriko juga bikin perhitungan ke kamu,” tutur Yuna sambil menepuk pipi Juan. Ia berbalik sambil mengibaskan rambutnya di hadapan wajah Juan.

 

Juan mengerutkan bibir sambil mengepalkan tangan. “Awas kalian! Aku pasti bales apa yang udah kalian lakuin ke aku!”

Yuna melenggang sambil tersenyum senang mengikuti langkah Icha dan Lutfi.

“Kakak Ipar, gimana penampilanku tadi? Keren?” tanya Lutfi.

“Hmm ... lumayan,” jawab Yuna sambil manggut-manggut.

“Lumayan?” Lutfi mengerutkan keningnya.

“He-em. Masih keren suamiku.” Yuna meringis ke arah Lutfi.

“Jangan bandingin aku sama dia. Dia memang lebih keren, tapi aku lebih ganteng. Iya kan, Cha?”

Icha mengangguk sambil tersenyum.

“Kamu tanya Icha, jelas aja dia bilang kamu lebih ganteng. Dia kan pacarmu,” dengus Yuna.

“Hihihi.” Lutfi tertawa kecil.

Yuna tersenyum, ia menarik napas dalam-dalam. “Kenapa, Yeriko yang begitu hebat bisa suka sama aku ya?” batin Yuna. Ia menatap dirinya sendiri yang terlihat sangat sederhana. Kini, ia bisa memakai pakaian dan barang mahal karena hadiah dari Yeriko dan mama mertuanya.

“Mmh ... kalian jadi ke Bali?” tanya Yuna.

Lutfi menganggukkan kepala.

“Huft, kalian ke Bali. Chandra sama Jheni ke Sumatera. Aku ke mana?”

Lutfi tertawa kecil. “Dia bingung mau ke mana? Eh, kamu sama Yeriko udah nikah. Liburan ke luar negeri, kek. Duit suamimu kan banyak.”

“Duit sih ada. Tapi waktunya yang nggak ada.”

“Ya udah. Di kamar aja. Berduaan tiap malam kan lebih enak,” tutur Lutfi.

Yuna memonyongkan bibirnya.

“Yun, semua orang iri lihat kamu sama Yeriko. Kenapa kamu jadi iri sama kami?”

“Pengen liburan juga,” rengek Yuna.

“Nanti aku bilangin ke Yeri.”

“Eh!? Nggak usah.” Yuna melambaikan kedua tangannya ke arah Lutfi. “Aku nggak mau membebani dia. Dia banyak kerjaan, Lut.”

“Halah, anak buahnya dia banyak.”

“Aku tahu, tapi dia juga punya tanggung jawab yang lebih besar. Egois banget aku kalo sampe bikin dia ninggalin urusan perusahaan cuma karena aku pengen liburan.”

“Kamu pengertian banget sih?”

“Ternyata jadi istri orang kaya raya nggak seindah yang aku bayangkan,” gumam Icha.

“Indah, kok. Asal sama dia, di mana aja jadi indah.” Yuna tersenyum manis ke arah Icha.

“Halah, menghibur diri sendiri,” sahut Lutfi. “Gimana kalo ikut liburan bareng kita?”

Yuna menggelengkan kepala. “Aku nggak akan pergi ke mana pun tanpa dia.”

“Aku traktir tiketnya, gimana?” tanya Lutfi lagi.

Yuna mengerutkan kening. “Terus? Aku suruh jadi pengawal kalian pacaran!?”

Lutfi terkekeh. “Perhitungan banget. Dulu, aku sama Chandra sering jadi pengawal buat kalian berdua. Pake acara mesra-mesraan pula. Nggak punya perasaan sama aku yang jomlo ini.”

Yuna menahan tawa. “Ah, sudahlah. Nggak usah dibahas lagi. Aku mau balik ke kantor. Kamu masih mau di sini, Cha?”

“Aku balik sama kamu,” jawab Icha. Ia berjalan beriringan bersama Yuna sambil melambaikan tangan ke arah Lutfi yang berdiri di belakangnya.

 

(( Bersambung ... ))

 

Dukung terus cerita ini dengan cara kasih  review baik di kolom komentar. Sapa aku terus supaya aku tidak merasa kesepian ...

 

Much Love,

@rin.muna

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas