Dalang Penculikan
Yeriko dan Lutfi bergegas naik ke lantai atas. Mencari
sosok Ben yang telah membuat kemarahan Yeriko memuncak. Mereka menggeledah
seluruh ruangan dan menyingkirkan penjaga-penjaga yang menghalau mereka.
“Selamat malam, Tuan Ye ...!” sapa Ben begitu Lutfi dan
Yeriko masuk ke dalam ruangannya. “Suatu kehormatan bisa membuat Anda datang ke
tempat ini.” Ben melepaskan diri dari wanita-wanita seksi yang bergelayut manja
di tubuhnya.
Yeriko tidak menyahut. Ia langsung mendekati Ben dan
melayangkan kepalan tangannya ke wajah Ben.
“Hei, kenapa kalian diam aja? Hajar dia!” perintah Ben
pada anak buahnya.
Anak buah ben langsung menyerang Yeriko dan Lutfi. Lutfi
menghalau semua anak buah Ben agar tidak mendekati Yeriko yang sedang membuat
perhitungan dengan Ben.
“Kamu udah berani melukai istriku, aku nggak akan
ngelepasin kamu!” sentak Yeriko sambil menarik kerah baju Ben.
“Dia istri kamu? Bukannya pacarnya Chandra?”
“Perempuan yang kamu pukul sampai pingsan di bar itu
istriku!” sentak Yeriko.
BUG!
Yeriko langsung menghantam wajah Ben kembali.
Ben berusaha menyerang balik Yeriko. Namun, kemampuan
beladiri Yeriko memang jauh lebih baik dari dirinya.
BRAAK ...!
Tendangan kaki Lutfi membuat salah satu anak buah Ben
melayang ke atas meja dan memecahkan meja kecil tersebut dengan mudah.
“Mmh ...” Ben menahan sakit di tubuhnya akibat pukulan
dari Yeriko. Ia menatap semua anak buahnya yang telah berhasil dikalahkan oleh
Lutfi dengan mudah.
Yeriko masih belum puas melihat Ben yang sudah babak
belur. Ia masih mengepalkan tangannya ke arah Ben.
“Tunggu!” seru Ben sambil menatap kepalan tangan Yeriko
yang hanya berjarak sepuluh sentimeter dari wajahnya. “Aku cuma dibayar.”
Yeriko menurunkan kepalan tangannya. “Siapa yang bayar
kamu?”
Ben menggelengkan kepalanya.
BUG!
Yeriko kembali meninju wajah Ben hingga tersungkur ke
lantai. Ia langsung menekan leher Ben dengan sepatunya. “Siapa yang bayar
kamu!?” sentak Yeriko sambil terus menekan leher Ben makin kuat.
“Uhuk ... uhuk ... lepasin dulu!” pinta Ben sambil
memegangi lehernya.
Yeriko melonggarkan injakan kakinya. “Cepet ngomong!”
sentaknya.
“Aurelia yang ngatur semuanya. Aku cuma terima perintah,”
tutur Ben.
“Apa ada hubungannya sama Amara?” tanya Lutfi.
“Aku nggak kenal sama Amara,” jawab Ben.
“Anak buahmu nyulik Jheni dan ada Amara di sana. Gimana
kamu bilang nggak kenal!?” sentak Lutfi. Ia ikut emosi dengan jawaban Ben.
“Jheni yang punya hutang sama aku. Nggak tahu siapa itu
Amara,” jawab Ben bersikeras.
Yeriko kembali menekan sepatunya ke leher Ben. “Jheni
bukan wanita penjudi. Dia nggak mungkin ada hutang sama kamu!”
“Pacarnya yang berhutang atas nama dia,” jawab Ben sambil
menahan sakit di lehernya.
“Dia pacarnya Chandra, goblok!” sentak Lutfi sambil
menendang kepala Ben.
“Aku nggak tahu. Aku cuma mau uangku kembali,” jawab Ben.
Yeriko dan Lutfi saling pandang. Ben tak kunjung
memberikan jawaban dan membuat mereka semakin geram.
“Bunuh aja orang ini! Nggak guna!” tutur Lutfi.
“Aku beneran nggak tahu,” sahut Ben. “Aurel yang atur
semuanya. Dia yang tahu siapa yang sebenarnya pinjam uang atas nama Jheni. Aku
cuma butuh uang, nggak peduli siapa mereka.”
“Aurel?” Yeriko mengernyitkan dahi sambil menatap Lutfi.
“Cewek yang bawain acara lelang tadi,” tutur Ben.
Yeriko langsung melepaskan kakinya dari leher Ben. “Aku
pastikan bisnis perjudian kamu ini bakal tutup dalam minggu ini!” ancam Yeriko.
Ia dan Lutfi langsung bergegas pergi mencari wanita seksi yang sempat mereka
jumpai di atas panggung.
“Di mana cewek itu sekarang?” tanya Yeriko sambil terus
melangkah mencari sosok Aurel.
“Itu, Yer!” Lutfi langsung menunjuk Aurel yang sedang
duduk santai di salah satu meja bar di lantai bawah.
Yeriko bergegas menghampiri Aurel yang sedang bersantai
sambil menikmati Bir. Ia langsung menarik tangan Aurel dengan paksa dan
mencengkeram sangat kuat.
“Ada apa ini?” tanya Aurel. Ia terkejut dengan kehadiran
Yeriko dan Lutfi yang ada di hadapannya.
“Siapa orang yang udah jual Jheni?” tanya Yeriko.
“Jheni?”
“Cewek yang kamu lelang tadi,” sahut Lutfi.
“Oh ...” Aurelia tersenyum kecil. “Dari Ben,” jawabnya
santai.
“Bohong!” sentak Lutfi. “Ben sudah mati di atas, kamu
nyusul dia?” tanyanya sambil menatap Aurel.
Aurel membelalakkan mata, ia gemetaran menatap Yeriko dan
Lutfi. “Ka ... kalian siapa?”
“Nggak penting kami siapa. Kamu bilang ke kami, siapa
orang yang udah jebak Jheni!” pinta Yeriko.
Aurel terdiam. Ia berpikir sejenak, mencari kalimat yang
tepat untuk melawan Yeriko dan Lutfi.
“Kamu masih nggak mau ngaku?” tanya Yeriko sambil menekan
rahang Aurel. “Berapa uang yang dia kasih ke kamu? Aku ganti tiga kali lipat!”
“Lepasin tangan kamu dulu!” pinta Aurel.
Yeriko melepas tangannya perlahan.
Aurel mengambil beberapa lembar kertas dari dalam tas
tangannya dan memberikan pada Yeriko. Gestur tubuhnya berusaha menggoda Yeriko
dan Lutfi agar luluh di hadapannya.
Yeriko menarik kertas tersebut dengan kasar dan
membacanya. Kemudian, melirik tubuh Aurel yang seksi dan tersenyum menggoda ke
arahnya.
“Eh, kamu nggak usah kayak cacing kepanasan!” sentak
Yeriko. “Kamu pikir, badan kamu ini menarik buat kami?”
Lutfi menahan tawa mendengar ucapan Yeriko.
Aurel mengerutkan bibir sambil menatap kesal ke arah
Yeriko.
“Heh, siapa namamu? Aurelia?” tanya Lutfi sambil tertawa
kecil. “Cocok emang kayak ubur-ubur.” Ia tergelak sambil menatap Aurel. “Kamu
pikir, kita ini cowok yang nggak pernah lihat cewek seksi kayak kamu? Jual
badan buat godain laki-laki, menjijikkan!” dengus Lutfi.
Aurel semakin kesal dengan ucapan yang keluar dari mulut
Lutfi. “Kalian cowok munafik. Nggak ada cowok yang nggak suka lihat perempuan
seksi.”
“Suka. Tapi bukan cewek yang menjijikkan kayak kamu,”
sahut Yeriko. Ia berbalik dan langsung mengajak Lutfi keluar dari tempat
tersebut.
Yeriko bergegas masuk ke mobil. Melemparkan kertas bukti
transaksi itu ke atas dashboard mobil begitu saja.
Lutfi langsung meraih kertas tersebut dan membacanya. Ia
membelalakkan mata dan langsung menoleh ke arah Yeriko yang duduk dengan
tenang. “Gila! Beneran si Amara?”
Yeriko mengangguk. Ia menyalakan mesin mobil dan bergegas
keluar dari lokasi perjudian tersebut.
“Asli, si Chandra bego bener!” tutur Lutfi. “Cewek kayak
gitu masih aja dikasih hati.”
“Aku nggak akan ngelepasin dia!” tegas Yeriko.
“Ini sih psikopatnya ngalah-ngalahin si Refi. Biar pun
dia ngejar-ngejar kamu secara terang-terangan, tapi dia nggak pernah sampai
bikin Kakak Ipar kayak gini.” Lutfi menggeleng-gelengkan kepala. Ia masih tidak
mengerti kenapa Amara begitu tega melakukan hal keji kepada Jheni.
“Chandra harus tahu siapa sebenarnya Amara. Jangan sampai
dia luluh lagi sama air mata buaya cewek itu!” tutur Yeriko. Ia menginjak gas
mobilnya lebih keras, melajukan mobilnya dengan kencang membelah jalanan kota.
Lutfi menarik napas dalam-dalam. Ia tidak bisa
membayangkan kalau hal itu terjadi pada Icha. Niatnya untuk mengekspose status
Icha sebagai pacarnya ke media, ia urungkan begitu saja. Ia takut kalau
model-model yang sering bersamanya diam-diam menaruh hati padanya dan membuat
Icha dalam masalah.
(( Bersambung ... ))
Uh, nulis adegan action, bikin aku tahan napas mulu ...
Jangan lupa subscribe untuk berlangganan dan setiap tulisan terbaru akan langsung masuk ke kotak masuk email kamu...

0 komentar:
Post a Comment