Wednesday, July 9, 2025

Perfect Hero Bab 235 || Dalang Penculikan || a Romance Novel by Vella Nine

 

Dalang Penculikan

 


Yeriko dan Lutfi bergegas naik ke lantai atas. Mencari sosok Ben yang telah membuat kemarahan Yeriko memuncak. Mereka menggeledah seluruh ruangan dan menyingkirkan penjaga-penjaga yang menghalau mereka.

 

“Selamat malam, Tuan Ye ...!” sapa Ben begitu Lutfi dan Yeriko masuk ke dalam ruangannya. “Suatu kehormatan bisa membuat Anda datang ke tempat ini.” Ben melepaskan diri dari wanita-wanita seksi yang bergelayut manja di tubuhnya.

 

Yeriko tidak menyahut. Ia langsung mendekati Ben dan melayangkan kepalan tangannya ke wajah Ben.

 

“Hei, kenapa kalian diam aja? Hajar dia!” perintah Ben pada anak buahnya.

 

Anak buah ben langsung menyerang Yeriko dan Lutfi. Lutfi menghalau semua anak buah Ben agar tidak mendekati Yeriko yang sedang membuat perhitungan dengan Ben.

 

“Kamu udah berani melukai istriku, aku nggak akan ngelepasin kamu!” sentak Yeriko sambil menarik kerah baju Ben.

 

“Dia istri kamu? Bukannya pacarnya Chandra?”

 

“Perempuan yang kamu pukul sampai pingsan di bar itu istriku!” sentak Yeriko.

 

BUG!

 

Yeriko langsung menghantam wajah Ben kembali.

 

Ben berusaha menyerang balik Yeriko. Namun, kemampuan beladiri Yeriko memang jauh lebih baik dari dirinya.

 

BRAAK ...!

 

Tendangan kaki Lutfi membuat salah satu anak buah Ben melayang ke atas meja dan memecahkan meja kecil tersebut dengan mudah.

 

“Mmh ...” Ben menahan sakit di tubuhnya akibat pukulan dari Yeriko. Ia menatap semua anak buahnya yang telah berhasil dikalahkan oleh Lutfi dengan mudah.

 

Yeriko masih belum puas melihat Ben yang sudah babak belur. Ia masih mengepalkan tangannya ke arah Ben.

 

“Tunggu!” seru Ben sambil menatap kepalan tangan Yeriko yang hanya berjarak sepuluh sentimeter dari wajahnya. “Aku cuma dibayar.”

 

Yeriko menurunkan kepalan tangannya. “Siapa yang bayar kamu?”

 

Ben menggelengkan kepalanya.

 

BUG!

 

Yeriko kembali meninju wajah Ben hingga tersungkur ke lantai. Ia langsung menekan leher Ben dengan sepatunya. “Siapa yang bayar kamu!?” sentak Yeriko sambil terus menekan leher Ben makin kuat.

 

“Uhuk ... uhuk ... lepasin dulu!” pinta Ben sambil memegangi lehernya.

 

Yeriko melonggarkan injakan kakinya. “Cepet ngomong!” sentaknya.

 

“Aurelia yang ngatur semuanya. Aku cuma terima perintah,” tutur Ben.

 

“Apa ada hubungannya sama Amara?” tanya Lutfi.

 

“Aku nggak kenal sama Amara,” jawab Ben.

 

“Anak buahmu nyulik Jheni dan ada Amara di sana. Gimana kamu bilang nggak kenal!?” sentak Lutfi. Ia ikut emosi dengan jawaban Ben.

 

“Jheni yang punya hutang sama aku. Nggak tahu siapa itu Amara,” jawab Ben bersikeras.

 

Yeriko kembali menekan sepatunya ke leher Ben. “Jheni bukan wanita penjudi. Dia nggak mungkin ada hutang sama kamu!”

 

“Pacarnya yang berhutang atas nama dia,” jawab Ben sambil menahan sakit di lehernya.

 

“Dia pacarnya Chandra, goblok!” sentak Lutfi sambil menendang kepala Ben.

 

“Aku nggak tahu. Aku cuma mau uangku kembali,” jawab Ben.

 

Yeriko dan Lutfi saling pandang. Ben tak kunjung memberikan jawaban dan membuat mereka semakin geram.

 

“Bunuh aja orang ini! Nggak guna!” tutur Lutfi.

 

“Aku beneran nggak tahu,” sahut Ben. “Aurel yang atur semuanya. Dia yang tahu siapa yang sebenarnya pinjam uang atas nama Jheni. Aku cuma butuh uang, nggak peduli siapa mereka.”

 

“Aurel?” Yeriko mengernyitkan dahi sambil menatap Lutfi.

 

“Cewek yang bawain acara lelang tadi,” tutur Ben.

 

Yeriko langsung melepaskan kakinya dari leher Ben. “Aku pastikan bisnis perjudian kamu ini bakal tutup dalam minggu ini!” ancam Yeriko. Ia dan Lutfi langsung bergegas pergi mencari wanita seksi yang sempat mereka jumpai di atas panggung.

 

“Di mana cewek itu sekarang?” tanya Yeriko sambil terus melangkah mencari sosok Aurel.

 

“Itu, Yer!” Lutfi langsung menunjuk Aurel yang sedang duduk santai di salah satu meja bar di lantai bawah.

 

Yeriko bergegas menghampiri Aurel yang sedang bersantai sambil menikmati Bir. Ia langsung menarik tangan Aurel dengan paksa dan mencengkeram sangat kuat.

 

“Ada apa ini?” tanya Aurel. Ia terkejut dengan kehadiran Yeriko dan Lutfi yang ada di hadapannya.

 

“Siapa orang yang udah jual Jheni?” tanya Yeriko.

 

“Jheni?”

 

“Cewek yang kamu lelang tadi,” sahut Lutfi.

 

“Oh ...” Aurelia tersenyum kecil. “Dari Ben,” jawabnya santai.

 

“Bohong!” sentak Lutfi. “Ben sudah mati di atas, kamu nyusul dia?” tanyanya sambil menatap Aurel.

 

Aurel membelalakkan mata, ia gemetaran menatap Yeriko dan Lutfi. “Ka ... kalian siapa?”

 

“Nggak penting kami siapa. Kamu bilang ke kami, siapa orang yang udah jebak Jheni!” pinta Yeriko.

 

Aurel terdiam. Ia berpikir sejenak, mencari kalimat yang tepat untuk melawan Yeriko dan Lutfi.

 

“Kamu masih nggak mau ngaku?” tanya Yeriko sambil menekan rahang Aurel. “Berapa uang yang dia kasih ke kamu? Aku ganti tiga kali lipat!”

 

“Lepasin tangan kamu dulu!” pinta Aurel.

 

Yeriko melepas tangannya perlahan.

 

Aurel mengambil beberapa lembar kertas dari dalam tas tangannya dan memberikan pada Yeriko. Gestur tubuhnya berusaha menggoda Yeriko dan Lutfi agar luluh di hadapannya.

 

Yeriko menarik kertas tersebut dengan kasar dan membacanya. Kemudian, melirik tubuh Aurel yang seksi dan tersenyum menggoda ke arahnya.

 

“Eh, kamu nggak usah kayak cacing kepanasan!” sentak Yeriko. “Kamu pikir, badan kamu ini menarik buat kami?”

 

Lutfi menahan tawa mendengar ucapan Yeriko.

 

Aurel mengerutkan bibir sambil menatap kesal ke arah Yeriko.

 

“Heh, siapa namamu? Aurelia?” tanya Lutfi sambil tertawa kecil. “Cocok emang kayak ubur-ubur.” Ia tergelak sambil menatap Aurel. “Kamu pikir, kita ini cowok yang nggak pernah lihat cewek seksi kayak kamu? Jual badan buat godain laki-laki, menjijikkan!” dengus Lutfi.

 

Aurel semakin kesal dengan ucapan yang keluar dari mulut Lutfi. “Kalian cowok munafik. Nggak ada cowok yang nggak suka lihat perempuan seksi.”

 

“Suka. Tapi bukan cewek yang menjijikkan kayak kamu,” sahut Yeriko. Ia berbalik dan langsung mengajak Lutfi keluar dari tempat tersebut.

 

Yeriko bergegas masuk ke mobil. Melemparkan kertas bukti transaksi itu ke atas dashboard mobil begitu saja.

 

Lutfi langsung meraih kertas tersebut dan membacanya. Ia membelalakkan mata dan langsung menoleh ke arah Yeriko yang duduk dengan tenang. “Gila! Beneran si Amara?”

 

Yeriko mengangguk. Ia menyalakan mesin mobil dan bergegas keluar dari lokasi perjudian tersebut.

 

“Asli, si Chandra bego bener!” tutur Lutfi. “Cewek kayak gitu masih aja dikasih hati.”

 

“Aku nggak akan ngelepasin dia!” tegas Yeriko.

 

“Ini sih psikopatnya ngalah-ngalahin si Refi. Biar pun dia ngejar-ngejar kamu secara terang-terangan, tapi dia nggak pernah sampai bikin Kakak Ipar kayak gini.” Lutfi menggeleng-gelengkan kepala. Ia masih tidak mengerti kenapa Amara begitu tega melakukan hal keji kepada Jheni.

 

“Chandra harus tahu siapa sebenarnya Amara. Jangan sampai dia luluh lagi sama air mata buaya cewek itu!” tutur Yeriko. Ia menginjak gas mobilnya lebih keras, melajukan mobilnya dengan kencang membelah jalanan kota.

 

Lutfi menarik napas dalam-dalam. Ia tidak bisa membayangkan kalau hal itu terjadi pada Icha. Niatnya untuk mengekspose status Icha sebagai pacarnya ke media, ia urungkan begitu saja. Ia takut kalau model-model yang sering bersamanya diam-diam menaruh hati padanya dan membuat Icha dalam masalah.

 

(( Bersambung ... ))

 

Uh, nulis adegan action, bikin aku tahan napas mulu ...

Jangan lupa subscribe untuk berlangganan dan setiap tulisan terbaru akan langsung masuk ke kotak masuk email kamu...

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas