Hari Kedua di Ruang Eselon 1: Ketika Data Bukan Sekadar Angka
24 Juni 2025.
Pagi itu, langit Ibu Kota Nusantara seperti biasa, mendung dihiasi dengan riuhnya rintik gerimis. Tepat jam enam pagi, aku sudah duduk di dalam bus. Di tanganku, ada sebuah buku catatan berwarna pink yang aku dapat dari panitia di hari sebelumnya. Setelan jas berwarna hitam dan kerudung berwarna krem, membalut tubuhku yang menggigil kedinginan.
Ya, cuaca di IKN sangat dingin pagi ini. Ditambah lagi dengan bus kota yang full AC. Tapi semua orang terlihat biasa saja. Mungkin tubuhku yang terlalu sensitif dengan suhu dingin, sehingga cuaca masih sangat dingin meski aku menggunakan jas.
Hari kedua pelatihan Pendataan Penduduk IKN menunggu. Aku melangkah masuk ke Tower 2 Gedung Kemenko IKN, menuju Ruang Eselon 1 lantai 6, tempat kelompok D berkumpul.
Ruang itu ber-AC sejuk, rapi, dan terang, namun yang paling terasa adalah atmosfernya yang cukup serius, fokus, dan mengalir dengan aura tanggung jawab. Dinding ruang rapat lima puluh persennya terbuat dari kaca. Aku bisa melihat dengan jelas deretan gedung-gedung megah yang masih dalam proses pembangunan. Inilah wilayah baru yang sedang dibangun dengan data dan kerja nyata, bukan retorika belaka.
Pelatihan hari kedua ini membahas hal yang lebih teknis—tentang formulir digital, protokol verifikasi, dan penggunaan aplikasi pendataan. Materi demi materi disampaikan para narasumber yang tak hanya ahli, tapi juga sabar dan bersahabat. Kami, peserta dari berbagai latar belakang, larut dalam diskusi tentang metode wawancara, akurasi data, hingga etika ketika harus berhadapan langsung dengan masyarakat.
Yang membuatku terkesan bukan hanya teknologi atau sistem yang mereka perkenalkan, tapi pendekatan manusianya. Bahwa dalam setiap data, ada cerita. Dalam setiap isian nama, tanggal lahir, dan status pekerjaan, terselip harapan-harapan kecil dari warga negara yang ingin diakui keberadaannya.
Hari ini aku belajar banyak. Tentang kesabaran mendengar, tentang ketelitian membaca situasi, dan tentang pentingnya menjadi jembatan antara negara dan rakyat melalui data yang akurat.
Istirahat siang menjadi jeda untuk meneguk air dan berbagi tawa dengan teman-teman satu kelompok. Tak disangka, ruang eselon yang semula terasa formal berubah menjadi ruang pertemanan. Obrolan ringan tentang kampung halaman, makanan favorit, hingga impian masa depan mengalir begitu saja. Tiba-tiba aku merasa, IKN bukan sekadar proyek fisik, ia adalah rumah baru yang sedang tumbuh dari kolaborasi dan kebersamaan.
Menjelang sore, saat sesi penutup dimulai, kami diminta merefleksikan nilai yang kami dapat hari itu. Dalam hatiku, aku mencatat satu hal, menjadi petugas pendataan bukan hanya tentang bekerja, tapi tentang menjaga amanah dari akar bangsa. Data yang kita kumpulkan hari ini bisa menjadi dasar kebijakan esok hari, menentukan ke mana arah pembangunan, dan siapa yang tidak boleh lagi dilupakan.
Hari kedua pelatihan ditutup dengan hangat. Meski tubuh lelah, pikiranku justru terasa lebih hidup. Di ruang Eselon 1 itu ... aku tak hanya belajar soal teknis dan sistem, tapi juga tentang nilai. Nilai menjadi warga negara yang hadir, aktif, dan ikut menulis sejarah baru Nusantara.
Pengalaman ini adalah bagian dari Pelatihan Pendataan Penduduk IKN Batch 2, sebagai bagian dari proses pemindahan dan pembangunan sistem pemerintahan baru yang berorientasi data dan pelayanan publik. Ruang Eselon 1 Kemenko IKN menjadi saksi bagaimana anak-anak muda, warga biasa, dan pelayan data berkolaborasi dalam semangat gotong royong modern.
0 komentar:
Post a Comment