Wednesday, May 21, 2025

Perfect Hero Bab 227 - Best Love for Loved || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Chan, makasih ya udah temenin aku!” tutur Amara saat ia terbangun dari tidurnya.

 

Chandra mengangguk kecil. Ia menatap keluar jendela. Sinar bulan di langit telah berganti menjadi sinar mentari yang menghangatkan. Ia teringat pada Jheni yang telah ia abaikan semalam.

 

“Mau ke mana?” tanya Amara saat melihat Chandra mulai beranjak.

 

“Mau pulang. Aku masih ada urusan penting.”

 

“Chan!” Amara menahan lengan Chandra.

 

“Umh.”

 

“Maafin aku!” pinta Amara.

 

“Masa lalu kita, nggak perlu dibahas lagi,” tutur Chandra lirih.

 

“Chan, aku bener-bener nyesel sama apa yang udah aku lakuin ke kamu selama ini. Cuma kamu yang selalu ada buat aku di saat aku susah. Kamu yang selalu melindungi aku. Selalu maafin aku setiap kali aku bikin kesalahan.”

 

Chandra tersenyum kecil. “Semuanya sudah terlambat. Kita emang nggak jodoh. Sekuat apa pun aku berusaha mempertahankan hubungan kita. Akhirnya, tetap berpisah juga.”

 

“Chan, ini semua salahku. Hidup aku jadi berantakan kayak gini, karena kesalahanku sendiri. Please, maafin aku!”

 

“Aku nggak pernah nggak maafin kamu, Amara,” sahut Chandra. Ia bangkit dari kursi.

 

“Chandra!” Amara langsung memeluk tubuh Chandra. “Bisakah kita kembali kayak dulu lagi?”

 

Chandra berusaha melepas pelukan Amara.

 

Amara semakin mengeratkan pelukannya. “Chan, aku janji bakal memperbaiki semuanya. Izinkan aku menebus kesalahanku di masa lalu!” pinta Amara sambil melirik ke arah pintu ruangan. Ia tersenyum melihat wajah Jheni ada di balik kaca pintu tersebut.

 

Chandra melepas pelukan Amara perlahan. “Aku sudah maafin kamu, bukan berarti kita bisa punya hubungan kayak dulu lagi.”

 

Amara menatap wajah Chandra dengan mata berkaca-kaca.

 

Chandra tersenyum dan berbalik.

 

“Chan, kasih aku kesempatan sekali lagi!” pinta Amara sambil memeluk Chandra dari belakang. “Kalau memang nggak bisa kembali kayak dulu lagi. Bisakah kita berteman?”

 

Chandra menoleh ke belakang. Semua masa lalu baginya terlalu menyakitkan tapi juga sulit untuk dilupakan. Saat ini, ada Jheni yang selalu mendukungnya dalam banyak hal.

 

Chanda menarik napas dalam-dalam. “Amara, kamu sudah menikah. Seperti apa pun suamimu, dia tetap pria yang kamu pilih. Hormatilah dia!”

 

“Chan, aku udah nggak sanggup nahan ini semua. Aku cuma butuh seseorang yang mau dengerin aku, meringankan semua permasalahan yang sedang aku hadapi.”

 

Chandra menghela napas. Ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi Amara kali ini. Ia melepaskan pelukan Amara perlahan. “Sebagai teman, aku pasti bantu kamu. Tapi kita tetap punya batasan. Kamu sudah menikah dan aku tidak akan mencampuri urusan rumah tangga kamu.”

 

“Aku tahu, Chan. Aku bakal nyelesaikan urusanku sama Harry. Tapi, aku mohon sama kamu supaya kamu bisa bantu aku. Setidaknya, preman-preman itu nggak terus-terusan ngejar aku.”

 

Chandra mengangguk kecil. Ia melangkah perlahan keluar dari ruang rawat Amara.

 

 

 

Sementara itu ...

 

Jheni terduduk lemas di salah satu balkon rumah sakit sambil memeluk kotak bekal yang sengaja ia buat untuk Amara. Ia pikir, Chandra akan memilih tetap berada di sisinya dan sama-sama memperdulikan Amara yang sedang sakit.

 

“Chan, kenapa kamu sejahat ini sama aku? Kenapa aku bener-bener nggak berdaya menghadapi Amara?” gumam Jheni sambil terisak saat mengingat Chandra dan Amara berpelukan di dalam ruang pasien tersebut.

 

“Aargh ...! Jheni, kenapa kamu sepayah ini sih?” teriak Jheni. Ia menunduk lemas.

 

Banyak hal yang telah ia lakukan untuk Chandra. Sampai di saat ia mengetahui Chandra juga mencintainya, di saat yang bersamaan masa lalunya kembali dan membuat Jheni kembali tidak berdaya. Ia belum bisa mendapatkan hati Chandra sepenuhnya.

 

Jheni mengambil ponsel dan langsung menelepon Yuna.

 

“Halo ...!” sapa Yuna begitu panggilan teleponnya tersambung.

 

“Yuna ...!” seru Jheni sambil terisak.

 

“Kamu kenapa, Jhen?” Suara Yuna terdengar sangat panik.

 

“Chandra, Yun. Chandra ...”

 

“Chandra kenapa?”

 

“Chandra ... balik sama Amara lagi. Huuuaaa!” Tangis Jheni semakin menjadi-jadi.

 

“Jhen, nggak mungkin dia balik sama Amara lagi. Amara udah nikah sama Harry.”

 

“Tapi, aku baru aja lihat mereka pelukan. Kayaknya, Chandra emang belum bisa ngelupain Amara. Aku harus gimana?”

 

“Udah, jangan nangis! Kamu tenang dulu! Sekarang, kamu ada di mana?”

 

“Aku masih di balkon lantai tiga rumah sakit,” jawab Jheni sesenggukkan.

 

“Oke. Aku ke sana sekarang! Kamu jangan ke mana-mana! Tunggu aku di sana! Jangan nekat ya! Lompat dari lantai tiga nggak bakal bikin kamu mati, tapi bikin kamu cacat seumur hidup! Awas sampai macem-macem! Aku udah keluar kantor nih, langsung ke sana.”

 

Jheni terisak menanggapi ucapan Yuna. “Aku sama sekali nggak kepikiran buat lompat dari sini. Tapi, kata-kata kamu bikin aku jadi kepikiran buat lompat dari sini!” seru Jheni.

 

“Astaga! Kamu jangan nekat, Jhen! AKU KE SANA SEKARANG!” Yuna langsung mematikan ponselnya.

 

Jheni menghapus air matanya. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. “Nggak boleh sedih, Jhen! Kamu pasti bisa dapetin hati Chandra sepenuhnya, nggak boleh nyerah!” tegasnya menghibur diri sendiri.

 

Beberapa menit kemudian, Yuna datang dan membawanya keluar dari rumah sakit.

 

“Yun, apa aku emang nggak pantes buat dicintai?” tanya Jheni sambil memeluk Yuna saat mereka sudah berada di dalam taksi.

 

“Siapa yang bilang begitu? Aku kan selalu mencintai kamu sepenuh hati. Kamu nggak lihat cinta sahabat kamu ini besar banget, hah!?”

 

Jheni menengadahkan kepalanya menatap Yuna. Ia tersenyum kecil. “Aku juga cinta sama kamu. Tapi kita nggak akan bisa menikah, huuaaa ...” Jheni mulai terisak lagi.

 

“Iya, iya. Aku tahu.” Yuna mengelus lembut pundak Jheni. “Lagian, kenapa sih kamu harus jatuh cinta sama cowok bodoh kayak Chandra itu. Kan masih banyak cowok lain.”

 

“Yun, kalo bisa milih cowok lain, aku udah pilih. Tapi perasaan nggak bisa dibohongi. Aku udah coba buat mikirin cowok lain, tapi tetep aja si Chandra yang selalu ada di pikiranku. Kenapa sih nasib percintaanku nggak sebaik kamu?” tutur Jheni.

 

“Jhen, urusan percintaanku juga nggak mulus. Kamu tahu sendiri kalau banyak yang harus aku hadapi. Refina yang terang-terangan mau balik ke Yeriko lagi dan orang-orang yang menginginkan hubungan kami berakhir. Kamu harus tanya sama hati kamu sendiri. Kalau emang cinta, jangan menyerah! Kalau nggak bener-bener cinta, lebih baik lepaskan daripada kamu sakit!” tutur Yuna lirih.

 

Jheni menatap Yuna dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu apa yang sudah dilewati oleh sahabatnya itu dan Yuna tetap berdiri tegar.

 

“Jhen, hubunganku dan Yeriko jauh lebih rumit. Saat kami berantem, kami nggak bisa bilang putus dengan mudah seperti orang yang lagi pacaran. Awalnya, aku nggak yakin sama pernikahan yang aku jalani. Nggak yakin akan bertahan lama. Tapi ... sikap Yeriko yang bikin aku yakin kalau kita bisa bertahan walau awalnya kami tidak saling mencintai. Sekarang, banyak hal yang harus kami hadapi bersama. Jadi menantu keluarga Hadikusuma ternyata nggak mudah.”

 

“Jhen, kamu nggak perlu sesedih ini. Chandra udah ngungkapin perasaannya ke kamu. Kalau emang dia cinta sama kamu. Dia pasti balik ke kamu lagi, Jhen.”

 

Jheni mengangguk kecil.

 

“Bukannya kamu pernah bilang kalau kita harus melakukan banyak kebaikan untuk orang yang kita cintai sampai orang itu nggak bisa menemukan orang lain lagi yang lebih baik dari kita?”

 

Jheni tersenyum menatap Yuna. “Kamu masih ingat, Yun?”

 

“Selalu ingat!” jawab Yuna sambil tersenyum. “Karena ... Bunda juga selalu mengajarkan banyak kebaikan. Aku nggak akan pernah lupa.”

 

Jheni tersenyum. “Iya, Yun. Itu juga alasanku kenapa aku selalu melakukan banyak hal untuk Chandra. Kalau suatu saat kami memang nggak berjodoh. Setidaknya, aku bisa jadi satu-satunya orang yang akan selalu dia ingat seumur hidupnya.”

 

“Kalo gitu, jangan sedih lagi ya! Aku yakin Chandra nggak akan balik lagi sama Amara. Aku bakal bantu kamu memperbaiki hubungan kalian.”

 

Jheni mengangguk. Ia sangat beruntung memiliki sahabat seperti Yuna. Melakukan banyak hal untuknya.

 

 

(( Bersambung ... ))

 

Salam hangat dari persahabatan penuh cinta...

Ikuti terus keseruan kisah Chan & Jhen ya!

Thank you so much... I Love you double-double

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas