Wednesday, May 21, 2025

Perfect Hero Bab 226 - Kuat Bercinta || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Jhen, kamu kenapa kayak gini sih!?” tanya Yuna kesal.

 

“Huft, kamu nggak akan ngerti, Yun. Aku nggak bisa maksain perasaan orang,” jawab Jheni sambil menatap lantai yang kosong.

 

“Siapa bilang maksain? Jelas-jelas Chandra baru aja ngungkapin perasaannya ke kamu. Kamu mau ngelepasin dia gitu aja?”

 

Jheni tersenyum menatap Yuna. “Yun, aku juga nggak mau kayak gini. Aku suka sama Chandra sejak dia masih tunangan sama Amara. Ini semua bukan salah dia. Aku yang salah, aku yang nekat masuk ke kehidupan mereka,” tuturnya sambil terisak.

 

Yuna langsung memeluk tubuh Jheni. “Jhen, jangan nyalahin diri kamu sendiri!” pintanya lembut sambil mengelus pundak Jheni. “Mmh ... kamu cewek yang baik, lebih pantes buat dapetin cowok yang baik. Bukan yang plin-plan kayak Chandra.”

 

Lutfi dan Yeriko saling pandang. Mereka juga merasa tindakan Chandra tidak benar. Tidak seharusnya Chandra memilih menemani Amara di rumah sakit dan mengabaikan Jheni begitu saja.

 

“Aku kesel banget sama Chandra!” Yuna menghentakkan kaki sambil mondar-mandir.  “Jheni itu kurang apa sih? Udah baik, sabar, nggak marah dan nggak egois. Eh, dianya malah milih cewek jahat itu!” serunya kesal.

 

“Yun, aku jadi senewen kalo lihat kamu uring-uringan gini,” celetuk Icha.

 

Yuna mengerutkan bibirnya. Ia menarik napas panjang. “Okelah. Daripada aku buang-buang energi buat mikirin Chandra sama Amara, lebih baik kita cari makan yuk! Aku laper.”

 

Yeriko tertawa kecil melihat tingkah Yuna.

 

“Kakak Ipar, kamu masih ingat aja kalau soal makanan,” sahut Lutfi sambil tertawa kecil.

 

“Nomer satu. Aku udah buang banyak energi hari ini. Lagian, ini udah tengah malam dan aku belum makan. Harusnya perutku udah kenyang dan udah tidur nyenyak,” tutur Yuna lemas.

 

Yeriko tersenyum sambil merangkul tubuh Yuna. “Ayo, kita cari makan!”

 

“Cari makan di mana jam segini?” tanya Jheni.

 

“Banyak restoran dua puluh empat jam,” sahut Yeriko. Ia langsung melangkah meninggalkan rumah sakit bersama Yuna dan yang lainnya.

 

 

 

Sesampainya di restoran, mereka memilih untuk tidak membahas hubungan Jheni dan Chandra agar suasana hati Jheni bisa lebih baik.

 

“Kakak Ipar, malam ini bukannya acara nikahannya sepupu kamu itu? Kamu nggak datang ke sana?” tanya Lutfi.

 

Yuna mengedikkan bahunya. “Hari ini ulang tahun Jheni. Nggak mungkin aku mengabaikan hari penting sahabatku sendiri.”

 

“Duh, Yun. Aku jadi terhura ... eh, terharu,” sahut Jheni dengan mata berbinar.

 

Yuna tersenyum bangga. “Kamu harus ingat, Jhen. Nggak ada orang lain yang mencintai kamu selain aku!” tegasnya sambil tersenyum ke arah Jheni.

 

“Iya, Sayangkuh!” sahut Jheni sambil mencubit gemas kedua pipi Yuna. “Makan yang banyak!” perintahnya.

 

Yuna tertawa bahagia melihat Jheni yang telah kembali ceria.

 

“Mmh ... aku nggak masuk ya?” tanya Icha. “Aku juga kan sayang sama kalian.”

 

“Uch ... iya, dong!” sahut Jheni sambil memeluk Icha yang duduk di sampingnya. “I love you so much! Betewe, makasih banyak ya hadiahnya.”

 

Icha mengangguk sambil tersenyum.

 

“Iih ... kamu ngasih hadiah apa ke Jheni?” tanya Yuna penasaran.

 

“Ada, deh. Kepo!” sahut Jheni.

 

“Iih ... kok, gitu sih?” Yuna merengut ke arah Jheni dan Icha yang ada di hadapannya.

 

Jheni dan Icha tertawa bersama.

 

“Emangnya kamu ngasih kado apa buat Jheni?” tanya Icha.

 

“Mmh ... ada, deh.”

 

“E-eh, dia nggak ngasih aku kado, Cha. Dia malah sibuk nyari boneka beruang buat dirinya sendiri,” sahut Jheni. “Kamu tahu nggak, dia ngajak aku muter-muter selama dua jam. Kurang ajar nggak tuh!?” dengus Jheni.

 

“Hahaha.” Yuna tergelak menanggapi ucapan Jheni. “Icha loh yang suruh!” tuturnya sambil menunjuk wajah Icha.

 

“Oh, jadi kalian sekongkol buat ngerjain aku?”

 

“Kalo nggak sekongkol, mana bisa ngasih kejutan buat kamu.” Yuna menjulurkan lidahnya ke arah Jheni.

 

“Sialan banget! Dia bawa aku keluar, katanya mau belanja bahan masakan. Sekalinya, muter-muter cuma beli boneka sebiji. Harusnya, aku udah curiga dari awal. Nggak jelas banget!” tutur Jheni sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

Yuna terkekeh mendengar ucapan Jheni.

 

Mereka menikmati hidangan tengah malam sambil terus bercanda. Usai makan, mereka kembali ke rumah masing-masing.

 

Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari saat Yuna dan Yeriko tiba di rumah.

 

“Huuaa ... ngantuk banget!” Yeriko langsung merebahkan tubuhnya ke kasur.

 

Yuna tersenyum jahil, ia menjatuhkan tubuhnya ke dada Yeriko.

 

“Aw ...!” Yeriko langsung melebarkan kelopak matanya sambil menahan sakit di perut dan dadanya. “Yun, bisa nggak kalo ngasih aba-aba dulu biar aku siap?”

 

“Siap apa?” tanya Yuna sambil tersenyum dan menggigit bibir bawahnya.

 

“Siap nerima kamu jatuh di pelukanku,” jawab Yeriko sambil tersenyum.

 

“Iih .. kuat ngegombal ya sekarang!?” dengus Yuna sambil memukul dada Yeriko.

 

“Aku bukan cuma kuat ngegombal, tapi juga kuat bercinta,” sahut Yeriko sambil menggenggam kedua pergelangan tangan Yuna dan balik menekan tubuh Yuna.

 

Yuna tertawa kecil. “Yer, makasih ya!”

 

“Untuk?”

 

“Hmm ... karena kamu selalu bikin aku bahagia, bikin aku nyaman. Selalu jagain aku dan ... mau menerima aku yang rewel dan merepotkan ini,” tutur Yuna sambil tersenyum. Ia terus menatap Yeriko dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami yang begitu hebat dalam segala hal, termasuk menyingkirkan cinta pertamanya demi Yuna.

 

Yeriko tersenyum kecil sambil mengetuk dahi Yuna. “Kamu baru sadar kalau kamu rewel dan merepotkan, hah!?”

 

Yuna meringis. “Kenapa bisa sayang sama perempuan yang merepotkan?”

 

“Mmh ... harusnya aku nggak suka sama cewek rewel kayak kamu. Tapi ...” Yeriko mengamati wajah Yuna.

 

“Tapi apa?”

 

“Aku suka sama kamu yang genit,” jawab Yeriko sambil tersenyum.

 

“Iih ... aku gak genit!”

 

“Udah genit gini, masih aja nggak mau ngaku,” sahut Yeriko.

 

“Genitnya kan sama suami doang,” tutur Yuna sambil tersenyum.

 

“Mmh ... waktu kita pertama kali ketemu, kamu yang nyium aku duluan kan?”

 

Yuna menyembunyikan bibir, menahan senyuman yang tetap saja terlihat di mata Yeriko. “Hmm ....jangan diungkit lagi!” pinta Yuna. “Waktu itu, aku bener-bener bodoh karena baru aja putus sama Lian dan aku sakit hati banget. Jadi, aku pake kamu buat bikin dia cemburu.”

 

“Oh ... jadi, selama ini kamu manfaatin aku biar Lian cemburu?” Yeriko bangkit dari tubuh Yuna.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Cuma sekali itu aja. Suer!”

 

Yeriko tersenyum sinis. Ia berkacak pinggang dan berbalik membelakangi Yuna.

 

Yuna langsung bangkit, menarik tubuh Yeriko kembali ke atas kasur. “Nggak perlu diungkit lagi ya!” bisik Yuna. “Sekarang, kita berusaha untuk bikin Ye kecil aja, gimana?”

 

“Huft, kamu memang yang paling pintar bikin aku nggak berdaya,” jawab Yeriko sambil menenggelamkan tubuh Yuna ke dalam pelukannya. 

 

(( Bersambung ... ))

 

Scene kali ini bakal bikin senam jantung.

So, ikuti terus keseruan kisah Chan & Jhen ya!

Thank you so much... I Love you double-double

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas