“Chan, tolongin aku!” pinta Amara dengan langkah tertatih
menghampiri Chandra.
Di belakang Amara, muncul beberapa orang preman bertubuh
kekar yang sedang mengejar Amara.
“Chan, tolongin aku, please!” Amara berlutut di hadapan
Chandra sambil memegang tangan Chandra. Ia menatap Iba, berharap Chandra bisa
menolongnya.
Chandra menarik napas perlahan saat melihat luka yang ada
di punggung Amara. Sementara, Jheni tak bisa berkata-kata. Ia melepaskan
tubuhnya dari pelukan Chandra. Amara kembali dalam keadaan terluka seperti ini,
apakah Chandra akan menolongnya dan kembali ke pelukan Amara?
“Heh, kalian siapa?” tanya Lutfi sambil menatap preman
yang ada di hadapannya.
“Kami mau nagih hutang. Dia berhutang banyak sama kami
dan sampai sekarang belum bisa bayar. Orang tua dia sangat kaya, kenapa nggak
mau bayar hutang ke kami!?” sentak preman tersebut sambil menatap Amara.
“Chan, aku nggak tahu kalau Harry pinjam uang atas
namaku. Mereka selalu ngejar-ngejar aku. Aku nggak tahu harus minta
perlindungan ke siapa lagi. Cuma kamu yang bisa nolongin aku sekarang. Please,
Candra!” pinta Amara yang semakin lemah.
Yeriko tersenyum kecil menatap beberapa preman yang ada
di dalam ruangan tersebut. Ia tetap duduk santai tanpa ada keinginan untuk
menanganinya.
Chandra menatap pimpinan preman yang ada di hadapannya.
Wajah itu tak asing lagi, ia sangat mengenal David, raja judi se-Asia. Memiliki
beberapa tempat judi offline dan online. Ia tidak tahu bagaimana Amara bisa
berhubungan dengan preman-preman mengerikan tersebut.
“Dav, kasih aku waktu buat ngembalikan hutangnya Amara!”
pinta Chandra.
Semua orang yang ada di ruangan itu langsung menatap
Chandra.
“Bodoh!”
maki Yeriko dalam hati. Ia menahan kesal karena Chandra justru membela Amara yang sengaja ia buat
susah untuk memberinya pelajaran.
David tertawa kecil. “Aku bukan mau uang kamu. Aku mau
uang dia!” tegasnya sambil menunjuk Amara.
Amara menunduk ke lantai. Matanya berkunang-kunang,
tubuhnya terhuyung ke lantai, pandangannya semakin gelap. Suara-suara di
ruangan itu samar-samar menghilang dari pendengarannya.
“Amara!” Chandra langsung mengangkat tubuh Amara. “Amara,
bangun!” pintanya sambil menepuk pelan pipi Amara.
Amara tidak bereaksi, Chandra memeriksa denyut nadi Amara
dan langsung menggendong tubuh Amara keluar dari ruangan tersebut.
“Dav, soal ini kita bicarakan nanti!” pinta Chandra
sambil melewati tubuh David. “Aku harus bawa dia ke rumah sakit.”
Jheni sangat kecewa melihat sikap Chandra yang masih
begitu memperdulikan Amara. Tapi, ia juga tidak bisa menyalahkan Amara jika
melihat kondisi gadis itu memang sangat buruk.
Yuna berdiri sambil berkacak pinggang menatap semua
preman yang ada di ruangan itu. “Kalian udah ngerusak acaraku. Kenapa harus
sekarang sih?” Yuna geram. Ia sendiri sangat bingung mengungkapkan kalimat apa
yang tepat untuk memaki preman-preman tersebut.
Yeriko menarik lengan Yuna, memintanya untuk duduk di
sisinya.
“Kalian pergi dari sini! Masalah ini, bisa kita bicarakan
besok lagi,” perintah Yeriko.
David langsung membawa orang-orangnya keluar dari ruangan
tersebut.
“Jhen, maaf ya! Aku bener-bener nggak nyangka kalau bakal
kayak gini. Aku ... aku ...”
“Yun, kamu nggak salah, kok.” Jheni tersenyum sambil
menatap Yuna. Perasaannya kini tak karuan, ia tidak tahu harus bahagia atau
sedih. Ia sangat bahagia karena Chandra telah menyatakan cinta untuknya. Tapi
di saat yang bersamaan, Amara muncul kembali dalam kehidupan Chandra dan
membuat perasaannya tak karuan.
Icha dan Lutfi hanya saling pandang. Mereka juga tidak
tahu bagaimana menghibur Jheni agar suasana hatinya menjadi lebih baik. Walau
terus tersenyum, mereka bisa memahami kalau Jheni sangat kecewa terhadap
Chandra.
“Jhen ...!” Yuna menghampiri Jheni, memeluk tubuh Jheni
dengan mata berkaca-kaca. Walau terlihat baik-baik saja, ia tahu bagaimana
kesedihan yang dialami oleh sahabatnya itu.
Jheni tersenyum, tapi ia tidak bisa menahan air matanya
jatuh membasahi pipi.
Yuna menarik napas dalam-dalam. “Udah, jangan sedih ya!”
pintanya sambil mengusap air mata Jheni. “Be positif! Mungkin, Chandra cuma mau
nolong Amara doang.”
Jheni mengangguk sambil tersenyum.
“Ya udah, kita lanjutin acara ulang tahun kamu walau
tanpa dia. Gimana?” tanya Yuna.
“Mmh ... lebih baik, kita susul mereka. Aku juga
kepikiran sama keadaan Amara.”
“Eh!?” Yuna menatap semua orang bergantian. Ia tidak tahu
apa yang harus ia lakukan sekarang. “Oke. Kita ke rumah sakit sekarang!”
Lutfi dan Yeriko saling pandang. Mereka enggan beranjak
dari tempatnya.
Yuna merasa suasana menjadi sangat canggung. Yuna
melangkah perlahan menghampiri Yeriko. “Ayo!” ajaknya sambil menarik lengan
baju Yeriko.
“Kamu yakin, Jhen?” tanya Yeriko sambil menatap Jheni.
Jheni mengangguk sambil tersenyum.
“Oke.” Yeriko bangkit, mereka semua bergegas keluar dari
ruangan dan langsung menuju ke rumah sakit tempat Chandra membawa Amara untuk
mendapatkan perawatan.
“Chan, gimana keadaan Amara?” tanya Jheni begitu ia
sampai di rumah sakit.
“Masih diperiksa sama dokter.”
Jheni tersenyum kecil. Ia duduk di kursi tunggu bersama
Yuna dan yang lainnya.
Chandra menyandarkan kepalanya ke dinding.
Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruang
pemeriksaan.
“Gimana keadaannya, Dok?” tanya Chandra.
“Baik-baik saja. Hanya shock sementara. Lukanya tidak
terlalu parah. Tapi, tetap harus menginap untuk kami pantau perkembangannya.”
Chandra mengangguk tanda mengerti.
Dokter tersebut bergegas pergi.
Chandra dan Jheni masuk ke dalam ruangan untuk melihat
keadaan Amara, diikuti oleh Yuna dan yang lainnya.
Amara langsung tersenyum begitu membuka mata begitu
melihat Chandra ada di hadapannya.
“Chandra ...!” panggil Amara lirih.
Chandra tersenyum dan langsung menghampiri Amara. “Kamu
udah sadar?”
Amara mengangguk. Matanya tertuju pada Jheni yang berdiri
di belakang Chandra. Perasaannya sangat sakit saat melihat Chandra sudah
memilih untuk bersama wanita lain.
“Kenapa bisa kayak gini?” tanya Chandra sambil menatap
Amara.
“Aku nggak tahu kalau Harry pinjam uang atas namaku. Dia
punya banyak hutang dan aku harus ikut bertanggung jawab sama hutang-hutang dia
karena dia pakai namaku. Beberapa hari ini mereka terus ngejar-ngejar aku.
Bahkan sampai bikin aku kayak gini. Mereka bener-bener mengerikan,” jelas Amara
sambil menangis.
Yuna mengernyitkan dahi melihat cara Chandra menatap
Amara. Sepertinya, Chandra masih belum bisa melupakan Amara. Terlebih saat
melihat Amara menangis. Ia merasa kalau Amara sengaja membuat Jheni cemburu.
“Amara, kenapa kamu malah cari Chandra? Kenapa nggak
minta perlindungan suami kamu tercinta itu? Kamu kayak gini, itu hukuman buat
kamu karena kamu udah nyakitin Chandra,” tutur Yuna. Ia semakin tidak tahan
melihat sahabatnya terus terluka.
“Aku tahu aku salah. Aku bener-bener nyesal sama
keputusanku memilih Harry,” sahut Amara lirih. “Please, maafin aku, Chan!”
Amara menatap pilu ke arah Chandra.
Chandra tersenyum sambil mengangguk kecil.
Yuna geram dengan sikap Chandra yang mudah luluh dengan
permintaan Amara. Ia terus menatap Jheni yang terlihat sangat tenang. Ia
benar-benar tidak mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini.
“Chan, tolong temenin aku malam ini!” pinta Amara.
Chandra menatap semua orang yang ada di ruangan tersebut.
Ia bimbang menjawab pertanyaan Amara. Ia tidak tega meninggalkan Amara
yang sedang terluka, juga tak ingin menyakiti hati Jheni yang dengan setia
menemaninya bangkit dari keterpurukan.
“Amara, kamu ini nggak punya perasaan dan nggak tahu
diri!” sahut Yuna kesal. “Kamu udah nikah sama cowok lain. Sekarang kamu minta
Chandra nemenin kamu. Kalian udah nggak asa hubungan apa-apa lagi,” cerocos
Yuna.
“Aku tahu, Yun. Aku cuma minta temenin malam ini aja. Aku
takut, preman-preman itu bakal nyari aku ke sini.”
Yuna mengerutkan hidungnya. Ia hampir saja menyemprot
Amara, namun Jheni justru menahannya.
“Udah, Yun. Nggak baik berdebat di sini. Aku nggak papa,
kok. Biar Chandra temenin Amara,” tutur Jheni.
Yuna mengernyitkan dahi menatap Jheni. “Kamu ...!?”
Jheni tersenyum sambil menarik lengan Yuna. “Chan, kami
pulang dulu ya!” pamit Jheni sambil tersenyum.
Chandra tersenyum sambil mengangguk. “Hati-hati ya!”
(( Bersambung ... ))
Scene kali ini bakal bikin senam jantung.
So, ikuti terus keseruan kisah Chan & Jhen ya!
Thank you so much... I Love you double-double
Much Love,
@vellanine.tjahjadi

0 komentar:
Post a Comment