Tuesday, May 20, 2025

Perfect Hero Bab 224 - Romantic Surprise || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Cha, ntar malam dateng ke Sangri-La ya!” pinta Yuna. “Ajak Lutfi juga!” lanjutnya sambil mengunyah makanan di sela-sela makan siangnya di rumah Icha.

“Ada acara apa, Yun?”

“Mau kasih kejutan buat Jheni,” tutur Yuna sambil menatap layar ponselnya.

“Bukannya semalam udah ngasih kejutan buat dia?” tanya Icha.

“Itu kan kejutan dari kita. Kali ini kejutan spesial dari orang yang spesial.”

“Hah!? Serius!? Si Chandra?”

Yuna mengangguk sambil tersenyum.

“Akhirnya ... Chandra mau nembak Jheni?” tanya Icha.

Yuna mengedikkan bahu. “Mudahan aja, Cha. Aku masih nunggu chat dari Chandra nih.”

“Dia ngerencanain sesuatu?”

“Emang ini rencananya dia, Cha. Dari kemarin, dia nggak ada hubungi si Jheni sama sekali. Makanya, dia juga sengaja nggak dateng semalam. Lihat!” Yuna menyodorkan layar ponselnya ke wajah Icha. “Jheni udah uring-uringan. Hahaha.”

“Kasihan banget sih Jheni. Kalian ngerjain dia sampai segitunya.”

“Ah, kamu ini gimana sih Cha? Orang lagi ulang tahun itu harus dikerjain habis-habisan. Hahaha.”

Icha ikut tertawa kecil. Ia tahu, cara menyayangi sahabat bukanlah hanya dengan membuatnya tertawa. Tapi juga dengan membuatnya menangis, menangis bahagia.

“Oh ya, promil kamu gimana?” tanya Icha.

“Bagus.”

“Iih ... kok bagus?”

“Terus, maunya jelek?”

“Ya nggak gitu juga. Berhasil atau nggak?”

“Kalo bagus, mudahan berhasil. Kemarin, udah periksa ke dokter. Kondisi rahimku udah normal.”

“Wah ... mudahan cepet hamil ya! Aku nggak sabar pengen lihat anak kamu.”

Yuna tersenyum kecil.

“Kalo kamu udah hamil, kira-kira masih kerja atau nggak, Yun?”

“Mmh ....” Yuna melirik ke atas. “Lihat sikonnya.”

“Kayaknya, Yeriko nggak akan ngebiarin kamu kerja ya?”

Yuna tersenyum menanggapi ucapan Icha. “Yeriko bukan suami yang menahan istrinya untuk berkembang. Tapi, dia juga mulai protektif. Mungkin, semuanya bakal beda kalau aku sudah hamil nanti.”

“Seneng kali, Yun. Kalo hamil lebih disayang sama suami. Katanya, suami bakal ngelakuin apa aja demi anak yang ada di dalam perut.”

“Oh ya?”

Icha mengangguk. “Semua yang kamu minta pasti dikasih. Enak banget kalo orang ngidam.”

“Hahaha. Bisa minta apa aja ya? Ngidam pesawat jet keren kali ya? High class banget!” sahut Yuna sambil tertawa.

“Yaelah, suami kamu kan kaya raya. Kamu ngidam pesawat jet pasti dikasih.”

“Hahaha. Nggak segitunya juga kali, Cha. Pemborosan banget!” sahut Yuna. “Padahal, hari-hari cuma di rumah sama ke kantor. Beli pesawat jet buat apa?” mending buat ngembangin bisnis dia.”

“Eh, iya. Aku kemarin ada baca-baca majalah bisnis. Galaxy Group terus mengembangkan bisnisnya ke banyak sektor. Eh, suami kamu kok bisa hebat banget sih? Bisnisnya di ibukota juga berkembang pesat. Apa ada kemungkinan kalian bakal tinggal di sana?”

Yuna tertawa kecil. “Dia nggak pernah membicarakan soal tempat tinggal. Kayaknya, dia udah nyaman sama rumah villa yang ada di sini. Buktinya, dia nggak mau tinggal di rumah orang tuanya yang super mewah dan banyak pelayan itu.”

“Kenapa?”

Yuna mengedikkan bahunya. “Mungkin, dia bisa lebih tenang. Aku juga ngerasa gitu sih. Udah capek di kerjaan, pengen bisa istirahat di rumah tanpa gangguan orang banyak. Waktu mama mertuaku ngirim banyak pelayan ke rumah, rasanya mau gila. Hahaha.”

“Kamu aneh, Yun. Dikasih fasilitas enak dan mewah, malah nggak mau.”

“Nggak nyaman aja, Cha. Aku biasanya bebas, trus mau ngapa-ngapain dilihatin banyak orang kayak gitu rasanya aneh.”

Icha tertawa kecil. Mereka menyelesaikan makannya sambil terus berbincang asyik.

 

Tepat jam tujuh malam ...

Jheni keluar dari rumahnya dan bergegas menuju Sangri-La. Sesampainya di Sangri-La, ia langsung menelepon Yuna.

“Halo, Yun! Kamu di mana?”

“Aku di private room nomor tiga. Buruan ke sini ya!”

“He-em.” Jheni mengangguk dan langsung mematikan teleponnya. Ia bergegas menuju ruangan yang dimaksud oleh Yuna.

Jheni tertegun saat masuk ruangan yang gelap. Tak ada suara sedikitpun, bahkan suara angin pun tak terdengar apalagi kehidupan.

“Aku nggak salah ruangan kan?” batin Jheni. “Kok, Yuna nggak ada?” batin Jheni.

“Yun, kamu nggak lagi ngerjain aku kan?” tanya Jheni hati-hati sambil melangkah perlahan.

Tiba-tiba lampu sorot menyala, cahayanya tertuju pada sosok pria yang duduk di kursi sambil memetik senar gitar yang ada di pelukannya.

Jheni tertegun saat mendengar lantunan gitar menggema ke seluruh ruangan.

 

“Awalnya ku tak mengerti apa yang sedang kurasakan ... Segalanya berubah dan rasa rindu itu pun ada ... sejak kau hadir di setiap malam di tidurku ... aku tahu sesuatu sedang terjadi padaku.” Chandra melantunkan syair lagu cinta milik Roullete sambil tersenyum menatap Jheni yang terpaku di tempatnya.

Jheni terus tersenyum menatap Chandra yang menyanyikan sebuah lagu dengan suara merdunya. Ia tak menyangka kalau pria yang dikenalnya sebagai pria yang super cuek, memiliki sisi romantis juga.

“Sudah sekian lama kualami pedih putus cinta ... dan mulai terbiasa hidup sendiri, tanpa asmara ... dan hadirmu membawa cinta, sembuhkan lukaku ... kau berbeda, dari yang kukira ... Aku jatuh cinta, kepada dirimu ...” Chandra tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Jheni.

Jheni tertawa kecil, ia tak bisa lagi menyembunyikan perasaan bahagianya. Ia tak menyangka kalau Chandra akan mengungkapkan perasaannya dengan sebuah lagu yang sangat romantis.

Chandra mengakhiri lagunya, ia menyandarkan gitar ke kursi. Melangkah perlahan menghampiri Jheni yang masih terpesona dengan apa yang dilakukan oleh Chandra malam ini.

“Jhen, selamat ulang tahun!” ucap Chandra sambil menyodorkan hadiah kecil untuk Jheni.

Jheni tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Ia menatap sepasang anting-anting mutiara yang ada di tangan Chandra. “Ini buat aku?” tanya Jheni. Ia masih tak percaya kalau Chandra akan memberikan hadiah untuknya.

Chandra mengangguk sambil tersenyum. “Semoga kamu suka sama pemberian kecil dari aku.”

Jheni mengangguk. “Suka banget!” sahutnya. “Pakein ya!” pintanya sambil tersenyum manis.

Chandra mengangguk. Ia mengambil anting-anting dari dalam kotak dan memasangkannya di telinga Jheni.

Jheni terus tersenyum sambil menatap wajah Chandra yang berjarak tak lebih dari sepuluh senti dengan hidungnya. Perasaannya semakin tak karuan, ia tidak tahu kata apa yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini.

Chandra tersenyum saat ia selesai memakaikan anting-anting di telinga Jheni. Gadis itu terlihat sangat cantik. Bukan hanya cantik, tapi juga sangat ...?

Yuna, Icha, Lutfi dan Yeriko ikut tersenyum dari balik kegelapan saat melihat Chandra dan Jheni penuh cinta.

Chandra terus menatap manik mata Jheni tanpa kata. Ia semakin mendekatkan wajahnya. Ia merasa, ada medan magnet yang terus menariknya, hingga bibirnya menyentuh bibir Jheni yang begitu manis.

Jheni tertegun, ia tidak tahu bagaimana memberikan reaksi untuk tindakan Chandra kali ini. Apakah ini artinya ... Chandra juga mencintainya?

Chandra melepas bibirnya perlahan. Ia tersenyum kecil karena Jheni tidak menolak ciumannya. Dengan cepat, ia menarik tengkuk Jheni dan mengulum bibirnya penuh cinta.

“Aargh ...!” Yuna berteriak tanpa suara saat melihat Chandra dan Jheni berciuman panas. Ia langsung memeluk lengan Yeriko yang berdiri di sampingnya sambil melompat kegirangan.

 

Yeriko tertawa kecil melihat kebahagiaan yang terpancar dari istrinya. Ia menoleh ke belakang, melihat Lutfi dan Icha yang juga ikut berciuman.

 

Yeriko langsung menyalakan saklar lampu yang ada di sebelahnya. Seketika seluruh ruangan berubah menjadi terang benderang.

 

Lutfi melepas ciumannya, begitu juga dengan Chandra.

 

“Kalian di sini!?” seru Jheni sambil menoleh ke arah Yuna dan tiga orang yang bersamanya.

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum menggoda.

 

Jheni menahan tawa sambil menggigit bibir bawahnya. Ia menundukkan kepala. “Astaga, malunya!” gumamnya lirih.

 

Chandra tersenyum kecil. Ia merengkuh Jheni ke dadanya. “Malu kenapa?”

 

Yuna bertepuk tangan riang melihat kemesraan Jheni dan Chandra. “Akhirnya ... kalian bersatu juga.”

 

BRAAK ...!

 

Semua orang langsung menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka.

Amara menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil membungkuk. Penampilannya terlihat sangat kacau, rambut acak-acakan dan pakaiannya sangat berantakan. Ia langsung menoleh ke arah Chandra yang sedang merangkul Jheni.

“Kenapa dia bisa ke sini?” Yuna membelalakkan mata sambil menatap Yeriko.

Semua orang menggelengkan kepala. Amara tidak ada dalam rencana mereka, bagaimana gadis itu bisa mengetahui keberadaan Chandra? Apakah dia ...?

Yuna benar-benar kesal dengan kehadiran Amara.

 

 

(( Bersambung ... ))

Uuch ... part.nya bikin deg-degan ...

Dukung terus cerita ini , biar aku makin semangat bikin cerita yang lebih seru dan lebih manis lagi. Jiayou!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas