Tuesday, May 20, 2025

Perfect Hero Bab 223 - Jeni's Birthday || a Romance Novel by Vella Nine

 



 

“Lek, satenya masih ada?” tanya Yuna begitu sampai di warung satai tempat ia biasa nongkrong bersama Jheni.

 

“Masih. Mau berapa?”

 

“Seratus dua puluh tusuk,” jawab Yuna.

 

“Banyak banget, Yun?” tanya Jeni.

 

“Kan buat bertiga.”

 

“Bertiga gimana? Suami kamu aja nggak mau turun dari mobil.”

 

“Kalo satenya udah mateng, baru dia turun dari mobil. Biasanya begitu.”

 

“Kenapa?”

 

“Dia nggak nyaman sama orang asing.”

 

“Hmm ... tuan muda banget,” celetuk Jheni.

 

Yuna tersenyum, ia mengajak Jheni untuk duduk di salah satu meja yang masih kosong. Sesekali, ia melirik jam yang ada di pergelangan tangannya.

 

“Kamu kenapa? Dari tadi ngelihatin jam mulu?” tanya Jheni. “Udah mau pulang?”

 

Yuna mengangguk. “Tapi, perut aku laper banget.”

 

“Dibungkus aja kali, Yun. Kalian bisa makan di rumah.”

 

“Mmh ... emang nggak papa kalo kamu ditinggal sendirian?”

 

“Nggak papa,” jawab Jheni. “Kalo kamu tega,” lanjutnya.

 

“Hmm ... yang terakhir ini nih yang nggak ngenakin.”

 

“Hehehe.” Jheni meringis ke arah Yuna.

 

Waktu terus berjalan. Yuna sesekali melihat jam dan menunggu pesan dari Icha.

 

Beberapa menit kemudian, satai pesanan mereka sudah terhidang di atas meja. Yuna segera memanggil suaminya untuk bergabung ke meja.

 

“Jhen, besok malam rayain ulang tahun kamu di Sangri-La aja ya!” pinta Yuna.

 

“Nggak usah, Yun. Di rumah aku aja.”

 

“Ah, di rumah kamu nggak bebas. Nggak enak kalo sampe ganggu tetangga. Ntar aku pesenin private room. Kita kan bisa lebih bebas.”

 

“Mmh ... tapi ....” Jheni menggigit bibirnya.

 

“Udahlah. Nggak usah kebanyakan mikir!” sahut Yuna. Ia melirik jam di tangannya. Dua puluh menit lagi, tepat pergantian malam. Ia menoleh ke arah Yeriko yang makan di sebelahnya. Ia langsung menyenggol lengan Yeriko.

 

“Eh!? Kenapa?” tanya Yeriko.

 

Yuna memainkan matanya.

 

“Oh.” Yeriko langsung menghentikan makannya. Ia bangkit dari tempat duduk dan membayar makanan yang mereka pesan.

 

“Jhen, ayo pulang!” ajak Yuna.

 

“Mmh ... aku pulang naik taksi aja, Yun.”

 

“Kenapa? Ada tumpangan gratis, nggak mau dimanfaatkan?”

 

“Rumah aku udah deket, Yun. Lagian, rumah kita nggak searah.”

 

“Mmh ...” Yuna berpikir sejenak. “Kalau aku balik duluan ...?” batin Yuna sambil menggigit bibirnya.

“Ah, rumah kamu deket aja, Jhen. Biar kami antar kamu dulu. Oke?”

“Yakin, nggak papa? Ntar kalian pulangnya kemalaman.”

“Nggak papa,” sahut Yeriko sambil membukakan pintu mobil.

Mereka bergegas masuk ke mobil dan melaju menuju rumah Jheni.

“Yun, bonekanya nggak usah dibawa ke rumahku!” protes Jheni saat melihat Yuna mengeluarkan boneka beruang dari dalam mobil.

Yuna mengerutkan alis sambil memonyongkan bibirnya. “Pelit!” dengusnya kesal.

“Yer, emangnya di rumah kamu itu bener-bener nggak boleh ada barang kayak gitu? Cuma satu boneka beruang aja kalian nggak mau ngerawat, gimana kalau punya anak?” sahut Jheni kesal sambil memasukkan kunci ke lubang pintu.

Yuna mengerdipkan matanya ke arah Yeriko.

“Boneka sama anak itu dua hal yang berbeda,” sahut Yeriko sambil mengikuti langkah Yuna dan Jheni.

“Sama aja. Malah ribet si anak,” celetuk Jheni sambil mendorong gagang pintu rumahnya.

 

DUAR ...!

DUAR ...!

DUAR ...!

 

“Aargh ...!” Jheni berteriak karena di dalam rumahnya tiba-tiba ada suara petasan yang meledak.

“Happy Birthday!” seru Icha dan Lutfi yang sudah ada di dalam rumah saat Jheni menyalakan saklar lampu rumahnya.

“Kalian ...?” Jheni mengernyitkan dahi sambil menatap seluruh ruangan yang kotor karena party popper yang digunakan oleh Lutfi dan Icha. Ia memutar kepalanya menatap Yuna yang tersenyum di belakangnya.

“Happy Birthday kesayangan aku!” seru Yuna sambil memeluk tubuh Jheni.

Jheni tersenyum bahagia. “Makasih ya, Yun. Kamu udah nyiapin kejutan tengah malam begini.”

“Mmh ... sudah lama banget nggak ngerayain ulang tahun bareng,” tutur Yuna sambil mengeratkan pelukannya.

“Harusnya, kalian nggak perlu ngelakuin hal kayak gini!” pinta Jheni sambil menyibakkan kertas-kertas yang berserakan di lantai rumahnya. “Kalian harus bersihkan ini!”

“Hah!? Jhen, ini kejutan ulang tahun buat kamu. Bukannya bahagia, malah nyuruh kami beresin rumah?” sahut Icha.

“Kalian yang kotorin.”

“Nggak bisa. Tetep yang ulang tahun yang harus beresin!” tegas Yuna sambil bergegas masuk ke dalam rumah Jheni.

“Wah ...! Kalian berdua memang yang paling bisa diandalkan,” seru Yuna sambil menghampiri meja makan, semuanya penuh dengan makanan lezat yang telah disiapkan oleh Icha dan Lutfi.

“Jhen, ayo kita tiup lilin dulu!” ajak Icha sambil menarik lengan Jheni menuju meja.

Jheni tersenyum. Semua orang terlihat sangat bahagia memberikan kejutan tengah malam untuk Jheni.

“Jhen, make a wish dulu!” pinta Yuna saat Jheni sudah duduk manis di depan kue ulang tahunnya.

Jheni mengangguk. Ia memejamkan mata sembari mengucapkan harapan-harapan terbaiknya dalam hati. Jheni menarik napas panjang, ia membuka mata perlahan dan meniup semua lilin yang menyala.

“Jhen, selamat ulang tahun ya!” tutur Yuna sambil tersenyum ke arah Jheni. “Semoga panjang umur, sehat selalu, makin dewasa, makin banyak rejekinya, cepet dapet jodoh dan makin sayang sama aku!”

Yeriko tertawa kecil melihat sikap lucu istrinya.

“Yun, kamu sudah bersuami, masih aja se-imut dan semanja ini.” Jheni mengacak ujung kepala Yuna.

“Emangnya aku manja?” tanya Yuna sambil bersandar di bahu Yeriko.

Yeriko mengangguk sambil menjepit hidung Yuna. “Manja banget!” sahutnya gemas.

Lutfi dan Icha tersenyum melihat kemesraan Yuna dan Yeriko.

“Jhen, selamat ulang tahun ya! Semoga mendapatkan semua kebaikan Allah di tahun-tahun berikutnya,” tutur Icha sambil tersenyum ke arah Jheni. “Aku belum lama mengenal kalian, tapi rasanya sudah seperti keluarga sendiri.”

Jheni langsung memeluk tubuh Icha. “Makasih, Cha! Itu karena kamu gadis yang sangat baik.”

Lutfi tersenyum melihat kebahagiaan tiga sahabat yang ada di hadapannya itu. “Selamat ya, Jhen! Mudahan, Chandra cepet nembak kamu.”

Jheni langsung melempar potongan kue ke arah Lutfi.

“Nah, kan ... lempar makanan lagi?” Lutfi mengibaskan kemejanya yang sedikit kotor dengan jemari tangannya.

Jheni terkekeh melihat reaksi Lutfi. “Lagian, kamu ngerusak suasana aja.”

“Kenapa? Karena malam ini dia nggak datang buat kamu? Pasti, kamu ngarepin kalau dia orang pertama yang ngucapin ulang tahun buat kamu kan?” goda Yuna.

Jheni menahan senyuman di bibirnya. Ia harap, pipinya yang tersipu tidak bersemu merah.

“Sabar ya, Jhen!” Yuna meraih tangan Jheni. “Semoga aja, tahun depan kalian sudah jadi pasangan yang sah dan dikasih anak yang lucu-lucu.”

“Kamu mikirnya kejauhan, Yun. Sampai sekarang aja, Chandra masih belum ngasih kejelasan soal hubungan kami,” tutur Jheni lirih.

Yuna menatap wajah Jheni sejenak. Walau bagaimanapun, hari ini adalah hari ulang tahun Jheni. Ia dan Icha hadir dengan pasangannya masing-masing. Sementara, hubungan Jheni dengan Chandra masih mengambang.

Yuna meraih tangan Jheni perlahan dan menggenggamnya. “Jhen, akan ada saatnya kamu harus memutuskan untuk terus berjuang atau berhenti. Aku harap, kamu nggak lelah buat nunjukkin perasaan kamu ke dia. Sampai dia sadar, kalau kamu wanita terbaik dari semua wanita yang dia kenal walau pada akhirnya harus berakhir menyakitkan.”

Jheni mengangguk kecil. Ia memaksa bibirnya untuk tersenyum di hadapan Yuna.

“Ah, sudahlah. Ini hari ulang tahun kamu. Jangan bicarain sesuatu yang bikin sedih!” pinta Yuna.

Jheni mengangguk. Ia mulai melontarkan candaan kepada Yuna. Mereka sangat bahagia bisa memberikan kejutan kecil untuk Jheni.

Yuna tersenyum menatap kebahagiaan yang terpancar dari wajah Jheni. “Kejutan awal, masih ada kejutan selanjutnya ...” batinnya dalam hati.

 

(( Bersambung ... ))

 

Dukung terus cerita ini dbiar aku makin semangat bikin cerita yang lebih seru dan lebih manis lagi. Jiayou!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas